Share

Bab 5

Penulis: Ina Qirana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-26 18:36:29

 

 

"Terus sekarang gimana? uang kita sudah menipis!"

 

"Engga tahu, Mas, kita pikirin nanti aku lapar ini." Wirda melenggang masuk menuju dapur, berharap jika Fatma akan menyajikan sedikit makanan untuk mengganjal perutnya.

 

Sedangkan Ahza mendengus kesal saat melihat istrinya begitu saja mengingkari janji, tak dapat dipungkiri ia pun merasa lapar, karena semenjak berbuka puasa hanya satu lembar roti tawar berisi selai coklat yang Wirda hidangkan dan air putih dingin sebagai pelepas dahaga.

 

Tanpa ada sop buah, takjil buatan Fatma dan masakkannya yang sudah terkenal lezat di lidah, Ahza memang merasakan ramadhan kali ini berbeda dengan sebelumnya.

 

Wirda melangkah menuju dapur sembari memegangi ulu hatinya, perut mulai terasa melilit kala menghirup aroma kuah rawon yang menguar di sekitar dapur.

 

Beberapa kali wanita itu menelan air liur saat aroma rawon begitu menusuk indra penciumannya. Namun, nahas rawon itu milik Fatma, dan sepertinya mantan kakak madunya itu enggan untuk berbagi.

 

Wirda mencebik kala melihat mantan kakak madunya dengan telaten memindahkan rawon itu dari plastik ke dalam Tupperware.

 

Ingin sekali ia menegur, akan tetapi cangggung rasanya, mengingat akhir-akhir ini sosok Fatma tak banyak bicara pada dirinya ataupun Ahza.

 

Wirda duduk di kursi meja makan sembari menatap Fatma yang sibuk memindahkan rawon lengkap dengan nasinya ke dalam Tupperware.

 

Tak berselang lama Ahza juga menghampiri, mereka bertiga berada dalam satu ruangan tapi terjebak dalam keheningan.

 

Fatma sibuk memindah-mindahkan makanan yang barusan di belinya di luar untuk makan sahur esok hari, sedangkan Ahza dan istri keduanya tak berhenti menatap makanan itu dengan sesekali menelan air liur karena merasa tergoda oleh aroma khas daging sapi.

 

Dirasa selesai, Fatma melengang pergi dengan membawa makanan tersebut menuju kamarnya tanpa kata, ia melengos begitu saja di hadapan Wirda dan mantan suaminya.

 

"Bund, kok dibawa ke kamar makanannya?"Ahza menghalangi langkah Fatma dengan cara berdiri di hadapan menghalangi.

 

Perutnya begitu terasa melilit, ia sangat berharap jika Fatma akan iba dan memberikan sedikit makanan itu untuk dirinya.

 

Namun, wanita yang mengenakan kerudung coklat itu masih diam membisu, ia berusaha melangkah dengan cara menghindari tubuh kekar Ahza yang menghalangi jalannya.

 

"Bund, kenapa sih kamu ga mau bicara lagi sama Mas?" Ahza memelas lebih tepatnya tak tahu malu.

 

"Minggir! Aku bukan siapa-siapa kamu lagi, sekarang ini aku orang lain, dan lebih baik kita urus diri masing-masing," ucap Fatma tegas lalu ia mulai beranjak pergi.

 

"Bund! Apa kamu ga kasihan lihat aku belum makan sejak tadi?" Ahza mencekal pergelangan tangan Fatma

 

Perut yang terasa melilit membuat Ahza memberanikan diri mengatakan hal itu, meskipun dalam hati kecilnya ia merasa malu.

 

"Lepas, Mas! Kita sudah ga halal lagi, kalau kamu mau makan minta masakin sana sama istri kesayangan kamu itu," ujar Fatma seraya menoleh Wirda.

 

Sedangkan Wirda mencebik merasa tersinggung.

 

"Aku ke kamar dulu, Mas, ingat! Kamu sudah talak aku secara tiba-tiba, dan mulai saat ini kita harus menjalani hidup masing-masing."

 

Fatma melenggang pergi menuju kamar, lagi-lagi ia ingin menangis menumpahkan segala rasa sakitnya.

 

Dengan langkah yang terseok akhirnya Fatma masuk ke dalam kamar, menatap putra-putrinya satu persatu, dalam beberapa detik cairan bening kembali luruh dari sudut matanya.

 

Bukan sedih karena berpisah dengan Ahza. Namun, ia sedih karena kedua anaknya akan kehilangan kasih sayang seorang ayah.

 

Fatma terus melafalkan istighfar untuk menenangkan hatinya, tak ada pijakan yang membuat ia semakin kuat selain dengan mengingat Tuhannya.

 

*

 

 

Sementara di ruang makan Ahza dan Wirda nampak saling bersitegang, satu dan yang lainnya saling menyalahkan.

 

"Aku lapar, Dek coba kamu masak apa saja lah terserah," ungkap Ahza sedikit kesal karena istri kesayangannya teramat pemalas.

 

"Masak apa, Mas? di kulkas ga ada sayuran atau apapun," sanggah Wirda tak ingin disalahkan.

 

Padahal sejatinya ia malas untuk memasak, karena sejak kecil wanita itu tak pernah berkutat di dapur seperti Fatma.

 

"Huuh! Mas bilang juga terserah, mulai sekarang biasakan masak jangan beli makanan di luar terus, boros!"

 

Ahza melengos lalu masuk ke kamar mandi kecil di samping dapur, saat kakinya berpijak betapa tercengangnya ia mendapati kamar mandi begitu kotor dan bau pesing.

 

Entah kapan ruangan kecil itu dibersihkan, yang ia tahu  tempat ini selalu bersih ketika akan memakainya.

 

Lelaki berjanggut tipis itu keluar seraya mengumpat lalu menghampiri istrinya yang sedang memasak telur dadar.

 

Bau gosong menguar di penjuru dapur, bukannya membalikkan telur di atas penggorengan istri keduanya itu malah sibuk dengan ponsel.

 

"Ya ampun, Dek! Itu telurnya gosong, astaghfirullah! Coba kamu tuh jangan main hape terus, dari pagi sampe malam hape teruus, sekali-sekali pikirin suami."

 

Ahza nampak kesal, amarahnya mulai memuncak saat Wirda tak sesuai harapannya.

 

Dalam angannya ia ingin Wirda pandai dalam segala hal seperti Fatma. Namun, kenyataan ternyata tak begitu, bahkan Wirda lebih baik dari Fatma dalam segala hal, ia baru menyadari itu selepas beberapa pekan mengucap talak.

 

"Kok bisa gosong sih?" Wirda menghampiri lalu melihat penggorengan yang mulai menghitam pekat.

 

"Makanya jangan main hape terus! Itu juga toilet kenapa ga kamu bersihin, bau tau!" Ahza nampak semakin meradang.

 

"Mas pikir aku ini babu? yang harus bersihin toliet setiap hari." Wirda mencebik.

 

"Kamu itu istriku, dan tugas istri itu bersih-bersih sama masak, lihat Fatma apa dia pernah ngeluh selama ini saat mengerjakan pekerjaan rumah?" emosi lelaki itu mulai memuncak.

 

Ia tak suka wanita pembangkang, lelaki itu sudah terbiasa dengan perangai Fatma yang lemah lembut juga sopan dalam bertutur kata.

 

"Bau gosong apa sih ini?" Fatma menghampiri karena merasa risau saat mencium bau gosong yang mulai menguar ke kamarnya.

 

"I-ini, Dek, teplon," jawab Ahza seraya mengangkat sedikit benda itu.

 

"Ya ampun! Kok bisa begini, ini tuh teplon kesayangan aku, pokoknya kamu harus cuci sampe bersih, Wirda!"

 

"Maaf, Mbak, aku ga sengaja," jawab Wirda gugup.

 

Fatma tak menanggapi lagi, lekas ia kembali menuju kamarnya dengan hati yang kesal, selama ini ia selalu merawat peralatan masak itu dengan baik. Namun, Wirda merusaknya dengan sekejap mata.

 

Wanita itu memang perusak segala hal, gumam Fatma.

 

"Cepet bersihkan, Dek, sekalian kamu cuci tuh toilet, keramiknya juga harus disikat," ucap Ahza geram.

 

"Enak aja aku disuruh nyikat toilet, aku ini anak Tuan Adiguna, bukan anak pembantu!" Wirda pergi meninggalkan Ahza yang sedang meradang.

 

Lelaki itu mendengkus seraya membanting pelan penggorengan, terpaksa ia yang harus membersihkan semuanya.

 

"Dasar istri pemb*ngkang! pemalas! Kamu ga ada apa-apanya dibanding Fatma, jauh berbeda bagai langit dan bumi," cerocos Ahza saat tangannya mulai menggosok penggorengan yang gosong dan menghitam.

 

"Ini juga toliet bau banget lagi, ga di bersihin berapa Minggu coba." Ahza menyikat lantai kamar mandi seraya berbicara tiada henti 

 

Hoeekk! Hooekk!

 

Ahza merasa mual saat tangannya menyikat closet, bau pesing dan kotoran menguar menusuk indra penciumannya.

 

"Sial! Wirda! Cepat kesini bersihkan toilet ini!" teriak Ahza seraya membanting sikat pembersih ke segala arah.

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fatma Qistina
Membuang berlian demi mata kutil
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 30)

    "Oke kalau gitu, saya nggak akan ambil uangnya lagi, Bapak ambil aja.""Baiklah, Pak."Saat itu juga Uwais langsung pergi ke kos-kosan tempat Anisa, dia menemui pemilik rumah kos kosan untuk bertanya perihal gadis yang membuat perasaannya tidak tenang "Saya nggak tahu soal itu, lagi pula Anisa juga nggak ada bilang apa apa sama saya, kirain dia masih di dalam kamarnya.""Ya ampun." Uwais mengusap wajahnya, dia benar benar merasa khawatir."Memangnya ada apa gitu?""Saya curiga Anisa diculik seseorang, Bu.""Hah, masa sih?""Saya pergi dulu, Bu.""Nak, kau telpon saja polisi."Uwais hanya menoleh sekilas.Ribet banget harus telepon polisi segala, belum harus nunggu 24 jam Setelah Anisa pergi lalu harus ada bukti kuat, lebih baik kucari sendiri.Naik ojek online, Uwais pergi ke rumah salah satu temannya yang paham IT, dia memberikan nomor ponsel Anisa untuk melacak keberadaan saat ini, tentunya sebelum itu Uwais melakukan basa basi."Di sini nih tempatnya."Akhirnya nomor ponsel gadis

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 29)

    Ayah dan anak yang selama ini nampak akrab itu kini mulai saling memandang dengan tajam, Uwais kecewa karena ternyata semua ayah di dunia ini sama, baik itu ayah kandung yang dulu sudah menelantarkannya, juga ayah tiri yang kini boleh mengungkit ngungkit pemberiannya.Kalau tahu akan begini lebih baik dahulu Aku tidak pernah mengizinkan ibuku menikah dengan siapapun, lagi pula kau sanggup menghidupinya sebagai balas jasa karena ia sudah membesarkan seorang diri, begitu pikir Uwais."Nak, tenangkan dirimu ya." Fatma berdiri lalu mengelus bahu Uwais.Amarah yang akan meledak itu seketika pudar mendengar suara lembut yang keluar dari bibir Fatma, sejak dulu Jika ada masalah apapun dia memang tidak pernah mengeluarkan suara tinggi ataupun bicara kasar."Baiklah, Bi, aku akan pergi nggak bawa apa-apa, termasuk supermarket yang selama ini disokong oleh Abi, ambil aja, aku masih bisa cari uang dengan cara lain yang penting itu halal dan tidak menzalimi orang lain." Uwais tersenyum tipis.Sej

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 28)

    "Gimana Zhafran? Apa penyesalanmu itu ada gunanya?"Lelaki itu mengalihkan pandangannya, dia juga seorang lelaki normal, satu tahun yang lalu ketika bisnis mereka untung besar, kantor mengadakan pesta yang dihadiri oleh karyawan penting saja, Zhafran sempat mabuk berat dan dibawa ke sebuah kamar hotel lalu dengan lancangnya Selly masuk ke kamar pria itu, menggodanya mati Matian hingga dia mau mengga gahi Selly untuk pertama kali.Perempuan itu tidak bo doh, dia mengabadikan momen itu dengan ponselnya lalu menyimpan rapi dalam sebuah folder untuk dijadikan senjata, Selly yang ambisius sangat ingin menjadi Nyonya Zhafran yang kaya raya, tidak peduli walaupun dia sudah beristri, toh dia tidak pernah melihat wajah istrinya seperti apa karena selalu tertutup cadar, Selly berpikir jika Fatma adalah perempuan tua seperti kebanyakan ibu ibu lainnya karena sudah memiliki anak gadis dan bujang yang beranjak dewasa.Namun, ternyata Zhafran tidak sebodoh itu, sedikit pun dia tidak tertarik menjad

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 27)

    27Hiruk pikuk orang orang di pelabuhan ini membuat Uwais bisa melangkah perlahan tanpa takut dilihat oleh Zhafran dan yang lainnya, bagaimana pun juga Uwais ingin tahu sebenarnya untuk apa Anisa berada di tempat ini? Dirangkul lelaki pula? Apakah memang wanita itu tidak baik seperti kata ayahnya?Dia terus mengendap ngendap bahkan sekarang sudah mulai memakai masker walau wajahnya berkeringat banyak karena terkena teriknya sinar matahari di siang hari.Setelah hampir mendekat Uwais hampir mendengar jelas percakapan mereka, diabtidka terima seorang pria yang berada di hadapan Anisa menyentuh pipi gadis itu, entah kenapa ada rasa cemburu menyelusup ke dalam hatinya, dia pun melangkah lebih dekat lagi "Beneran dia masih pe ra wan ini?""Masih lah segelan, kalau ternyata udah jebol nanti duit kembali lima puluh persen.""Beneran nih ya duit kembali.""Kapan sih gua bohong."Uwais tercekat saat mendengar percakapan Zhafran dan lelaki itu, ternyata Anisa memang benar akan dijual dan mungk

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 26)

    "Tunggu!" Orang orang yang menyeret Anisa langsung menoleh, sementara gadis itu masih meronta ronta sambil menatap Uwais, untuk beberap detik mereka saling berpandangan."Ngapain kalian kasar sama perempuan? Dia itu temanku!"Lalu salah satu lelaki menyorotkan senter ke wajah Uwais hingga lelaki itu merasa silau."Kau kan anaknya Tuan, ngapain di sini?""Mau nyusul temenku, lepaskan dia."Beberapa orang lelaki itu saling berpandangan nampak bingung karena bagaimanapun juga perintah Zhafran pantang dilanggar."Bicarakan saja sama Tuan, urusanku cuma menangkap perempuan ini, dia masuk ke dalam ingin mencuri.""Hah?"Uwais langsung menatap Anisa, rasanya tidak mungkin gadis selembut dia harus mencuri, begitu pikir Uwais."Aku nggak mencuri! Aku mau menyelamatkan ….""Diam! Masuk ke dalam sekarang juga! Silakan Anda bicara dengan Tuan Zhafran, saya nggak mau disalahkan."Melihat Anisa kembali diseret Uwais langsung masuk ke dalam berlarian entah ke mana, beberapa kali dia menghadang para

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 25)

    Pagi itu Wirda sudah tak sabar menanti kedatangan Uwais, pasalnya malam tadi dia langsung pulang ke rumah karena sudah kemalaman dan kelelahan."Mbak, aku sudah agak enakan kalau mau pulang silakan, aku bisa sendiri kok."Fatma menatap Wirda dengan getir, pagi ini Wirda memang terlihat lebih bugar, baru satu malam saja sudah ada perubahan pada tubuhnya lain lagi ketika dirawat di rumah sakit kemarin Wirda lebih banyak tidur dan susah bergerak."Besok deh aku pulang ya, biar yang jaga gantian sama Uwais, hari ini dia ngajar dulu nanti siang baru kemari katanya.""Ngajar di mana, Mbak?" "DI sebuah universitas, Wir, ini hari pertamanya setelah kembali dari Madina, kamu sabar ya.""Oh hebat banget ya anak Mbak, punya bisnis jadi dosen lagi, iya deh aku sabar, tapi gimana suami Mbak?""Tidak hebat tapi Allah yang karuniakan kelebihan itu padanya." Dia tersenyum.Sejak dulu Fatma memang tidak pernah membanggakan dirinya ataupun prestasi anak anaknya pada orang lain, itu semua untuk menjaga

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 24)

    Uwais yang baru datang ke rumahnya mendadak merasa lemas, Serapi itu sang ayah tiri menyembunyikan kebusukannya hingga dia dan ibunya tidak tahu apa apa, dia benci dibohongi sekaligus bingung harus bagaimana karena Uwais bukan tipe pemarah yang meledak ledak, dia cenderung seperti Fatma yang menghadapi segala masalah dengan kepala dingin, begitulah didikan ibunya.Tidak ada suara lagi di dalam sana entah sedang apa Zhafran di dalam, Uwais pun memilih masuk ke kamar, dia membuka laptop dan mulai melakukan pencarian tentang bisnis sang ayah.Malam harinya dia mendatangi Fatma di rumah sakit, untuk saat ini Uwais hanya bisa menghindar dari pada bertatap muka."Mau ke mana, Nak?""Nyusul Umi, aku mau nyuruh dia pulang dulu.""Nggak makan malam dulu?" "Aku makan di luar aja, pergi dulu ya, Bi." Seperti biasanya Uwais selalu mencium tangan orang tua jika hendak bepergian, Zhafran pun tidak curiga jika anaknya itu telah mengetahui kebusukannya"Iya hati hati, pakai mobil Abi aja ya.""Aku n

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 23)

    Mobil Uwais masuk ke jurang tetapi beruntung sekali mobil itu tersangkut di sebuah batu besar, para warga yang sedang di kebun dan pengendara mobil lain berbondong-bondong turun ke bawah "Sepertinya kita harus lapor polisi.""Iya lapor saja."Sementara yang lain berusaha menyelamatkan Faisal yang terjepit di dalam mobil, lelaki itu tidak sadarkan diri, beberapa orang membuka paksa pintu mobil mulai dari memecahkan kacanya, tetapi setelah pintu terbuka Faisal masih belum bisa dievakuasi karena tubuhnya terjepit body mobil."Susah ini, tunggu polisi saja."Orang orang saling bertanya bagaimana kejadian kecelakaan itu bisa terjadi pada saksi mata."Mobil itu bunyiin klakson keras banget, entah dia lagi mabok atau mengalami rem blong saya nggak tahu, yang jelas dia menghindar," ujar sopir mobil pick up yang tadi hampir saja bertabrakan dengan Faisal.Tidak lama kemudian polisi datang bersama tim evakuasi, mereka menyuruh warga untuk naik ke atas jurang agar tim evakuasi bisa menyelamatka

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (bab 22)

    Gadis muda itu membawa nampan berisi air putih dingin, dia tidak tersenyum hanya menganggukan kepalanya sedikit sebagai tanda hormat."Silakan diminum.""Terima kasih, Teh.""Iya.""Kalian ini abis ngapain di atas bukit sana?" Tanya perempuan itu."Oh itu, kita tersesat, oh ya apa kamu tahu tentang bangunan besar di atas bukit itu?' Uwias balik nanya "Bangunan?" Gadis itu nampak tak mengerti "Iya bangunan gede.""Aku nggak tahu, soalnya bukan asli orang sini, aku dan beberapa teman lagi melakukan penelitian buat skripsi.""Oh kirain kamu ustazah di sini." "Bukan lah, saya masuk dulu, nggak enak berduaan.""Eh tunggu." Gadis itu kembali menoleh, hingga mereka saling berpandangan beberapa detik"Iya?""Kita mau pergi sekarang, terima kasih ya.""Oh mau pergi lagi? Sama sama, kalau gitu hati hati.""Iya." Uwais tersenyum sungkan, dia menatap wanita itu, hatinya berontak ingin kenalan."Om, tanya dong nama dia siapa ya?" "Ah tanya aja sendiri, masa gitu aja nggak berani," ledek Faisal

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status