Steward tersenyum getir. Ada air mata yang menetes di sudut matanya. "Pak Nathan, kamu orang yang baik dan juga berpikiran terbuka. Meski aku baru nggak lama mengenalmu, aku tulus mengagumi dan menghargaimu!""Sayangnya, bahkan dewa pun mengalami kesulitan untuk menyelamatkan manusia. Aku hanyalah orang malang yang jatuh ke dalam lumpur dan nggak bisa kembali lagi!"Berdiri di tepi atap dalam waktu lama telah membuatnya lelah baik secara fisik maupun mental.Saat itu, guncangannya makin hebat dan membuat orang-orang merasa dirinya akan runtuh dalam detik berikutnya.Kerumunan di belakang berteriak kaget. Bahkan, ada beberapa karyawan wanita yang mulai menangis.Selain itu, juga terdengar berbagai kutukan marah yang ditujukan pada Nathan.Nathan tidak menghiraukan mereka dan hanya menatap Steward sambil berkata, "Pak Steward, aku ingin memberi tahu sesuatu padamu.""Kamu bilang terkadang dewa pun mengalami kesulitan untuk menyelamatkan manusia. Tapi aku bisa beri tahu kamu di sini kalau
Regina berkata dengan nada cemas, "Dokter Nathan, jangan. Emosi Pak Steward lagi nggak stabil sekarang. Sebaiknya kita tunggu tim penyelamat saja."Dia tidak menjelaskan secara rinci, tetapi Nathan sudah mengerti maksudnya.Regina takut jika Nathan tidak berhati-hati saat mencoba menyelamatkan Steward dan membuat pria itu melompat dari gedung.Saat itu, Nathan tidak akan mampu menanggung konsekuensinya.Nathan memperlihatkan senyuman meyakinkan. "Nona Regina, percayalah. Aku akan membawa Pak Steward kembali.""Nathan, kamu masih sok jadi pahlawan dan ingin membuat masalah lagi, 'kan?" kata Clarisa dengan marah."Kalau gagal menyelamatkan Pak Steward, tahukah kamu apa akibatnya?""Karena nggak ada yang bisa menyelamatkannya, biarlah aku sendiri yang menanggung konsekuensinya," ucap Nathan dengan dingin.Sekarang tidak ada lagi yang berkomentar. Semua orang menatap Nathan yang berjalan mendekati Steward selangkah demi selangkah.Dahi Clarisa penuh dengan keringat dingin karena khawatir.
Kata-kata Steward penuh dengan kebencian saat ini. Pria itu sudah putus asa karena telah kehilangan dukungan dalam hidupnya dan kepercayaan pada pekerjaannya.Regina mengumpat dalam hati, 'Liam, si bajingan ini, kalau dia memaksa veteran perusahaan mati, aku mau lihat bagaimana dia menjelaskannya pada petinggi keluarga!'Dia memeras otaknya dan ingin membujuk Steward lagi, tetapi Nathan menghentikannya dan berkata, "Nona Regina, jangan bahas hal-hal menyedihkan seperti itu lagi.""Saat ini, emosinya nggak stabil. Dia nggak akan mendengar apa pun yang kamu katakan. Sebaliknya, hanya akan membuatnya bertambah emosi."Regina mengangguk berulang kali. "Dokter Nathan, kamu benar. Aku nggak boleh mengungkit hal itu lagi.""Clarisa, apa kamu sudah panggil polisi? Minta tim darurat untuk datang menyelamatkan Pak Steward."Sekretaris itu berkata, "Sudah aku panggil. Tim darurat sedang dalam perjalanan."Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Sudah terlambat. Steward sudah bertekad untuk m
Lantai paling atas Grup Suteja memiliki ketinggian lebih dari lima puluh lantai.Steward berdiri di tepi atap. Wajahnya terkadang bingung, terkadang marah, dan tangannya juga terkepal erat."Mengapa? Mengapa kalian semua mau memaksaku?""Kapan aku pernah mengecewakan kalian? Aku sudah mengabdikan seluruh hidupku untuk perusahaan, apa semua ini masih belum cukup?"Raungan marah dan kesal itu keluar dari mulut Steward.Karena terlalu emosi, dia kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh.Para karyawan perusahaan yang berada di belakangnya langsung bergegas maju ke depan.Semuanya berteriak ketakutan. Jantung mereka berdebar kencang."Pak Steward, kamu turun dulu. Sekalipun ada masalah, kita masih bisa menyelesaikannya!""Steward, apa yang sedang kamu lakukan? Kita semua sudah bekerja sama untuk perusahaan selama bertahun-tahun. Apa pun yang terjadi, kami pasti akan memikul tanggung jawab bersamamu!""Di mana CEO? Mengapa CEO belum muncul? Kalau Pak Steward benar-benar melompat, konsekue
Setelah membeli dua porsi sarapan di lantai bawah gedung perusahaan, Nathan pun berencana naik ke atas.Tepat di saat ini, sebuah mobil Santana berhenti di pinggir jalan. Kemudian, terlihat Steward keluar sambil menenteng tas kerja.Ada tanda-tanda kelelahan yang ditemukan di wajah Steward. Kondisinya juga terlihat tidak begitu baik!Nathan menunggunya mendekat dan berkata sambil tersenyum, "Pak Steward merupakan salah satu pimpinan Grup Suteja, mengapa kamu masih mengendarai mobil Santana? Bukankah kamu terlalu merendah?"Melihat yang menyapanya adalah Nathan, Steward pun memaksakan senyum dan berkata, "Ternyata Pak Nathan. Selamat pagi!""Aku nggak punya tuntutan tinggi untuk mobil. Yang penting aku bisa duduk di dalamnya dan nyaman, itu sudah cukup!""Pak Steward sepertinya nggak cukup istirahat tadi malam. Apa ada masalah?" tanya Nathan dengan santai."Aku memang nggak cukup istirahat tadi malam karena pekerjaan terlalu rumit," kata Steward.Nathan mengangguk. "Meski pekerjaan pent
Alice tiba-tiba mendengus dingin. "Nathan, sebaiknya lupakan saja kalau kamu ingin aku berterima kasih padamu!""Kamu membantu semua orang mendapatkan uang kembali bukan karena murni berniat baik, 'kan? Tapi agar aku punya pandangan berbeda terhadapmu, 'kan?"Nathan tersenyum dan hanya menjawab dengan singkat, "Otakmu bermasalah!""Seberapa keras pun kamu berpikir dan berusaha, kemampuan kecilmu itu tetap nggak pantas disebut di hadapanku dan juga Emilia," kata Alice dengan nada menghina."Aku sudah bisa menebaknya. Jasper mau bekerja sama dengan patuh dan mengembalikan uang itu pasti karena kamu menggunakan Grup Suteja sebagai tameng, 'kan?"Nathan bahkan tidak perlu repot-repot menghiraukan Alice. Dia menyuruh Tiara masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu!Emilia tersenyum dan berkata, "Kak Alice, entah itu karena Nathan atau bukan, kita akan mendapatkan kembali dua triliun itu.""Momen ini patut untuk kita rayakan!"Wajah Alice berubah muram. Dia tampak tidak terlalu senang