Tiara langsung memarahinya. "Edward, cepat lepaskan wakil kepala rumah sakit kami.""Kamu buta dan menyeret Keluarga Sebastian ke dalam perapian bersamamu. Apa hubungannya dengan Nathan? Kalau kamu punya nyali, sana luapkan amarahmu pada Keluarga Sebastian. Apa kamu berani?"Edward menggertakkan giginya dan bertanya, "Jangan kira aku nggak tahu. Kamu beruntung bisa menikmati dividen dari proyek Analin pasti karena kamu sudah menggunakan taktik murahan, 'kan?"Nathan berkata dengan kagum, "Tuan Edward benar-benar hebat. Kami memang menggunakan beberapa trik untuk menghasilkan banyak uang."Edward meraung. "Kamu hanyalah dokter kecil yang nggak berdaya. Katakan padaku, dari mana kamu mendapatkan informasi wilayah yang akan dikembangkan berada di Analin?"Nathan tersenyum dan berkata, "Dari mana lagi? Tentu saja aku tahu berita itu dari bertanya-tanya di jalan. Tuan Edward, apa kamu nggak tahu? Kalau begitu, kamu benar-benar ketinggalan berita!""Kamu bercanda, 'kan? Nathan, kamu ingin ma
Namun saat jatuh di tangan Nathan, kenapa rasanya dia begitu tidak berdaya dan tidak bisa melawan sama sekali?Emilia juga tercengang saat ini.Selama ini, sosok Edward itu bagaikan kesatria berkuda putih dalam hatinya.Edward bukan hanya mahir dalam bidang sastra dan bela diri, tetapi ke mana pun pria itu pergi, tindakannya selalu penuh wibawa hanya dan menonjolkan statusnya sebagai putra sulung Keluarga Halim.Namun begitu berhadapan dengan Nathan sekarang, dia bukan hanya dipukuli secara habis-habisan, tetapi sisi pengecutnya, ditambah lagi dengan giginya yang terkatup erat dan juga rambutnya yang acak-acakan membuat Emilia merasa mual.Untuk pertama kalinya, dia merasa Edward membuatnya ilfil."Nathan, beraninya kamu menampar wajahku? Beraninya kamu menampar wajahku?"Edward menutupi wajahnya dan menunjuk Nathan dengan mata memerah. "Aku harus membunuhmu. Master Keluarga Halim kami pasti akan membuatmu mati mengenaskan."Emilia mengerutkan kening dan berkata, "Edward, sudah cukup."
Namun bagi Edward yang kurang beruntung, hari-hari baik masih jauh di depan.Tepat setelah diberi pelajaran oleh Nathan, Ken bersiap mengeluarkan jurus pamungkasnya lagi."Edward, kamu harus menunjukkan sikapmu sekarang. Kapan kamu akan mengembalikan uang miliaran yang aku investasikan padamu?"Ken yang saat ini tampak sangat agresif. Sikapnya benar-benar berbeda dari biasanya, yang mana selalu menyanjung Edward.Edward berkata dengan muram, "Ken, mengingat hubunganku dengan kakakmu, bukankah hanya beberapa miliar saja, 'kan? Aku bisa membayarmu kembali dalam hitungan menit."Ken mengulurkan tangannya. "Baiklah, kalau begitu, kembalikan padaku sekarang juga.""Kamu ...."Edward sangat emosi. Ken memaksanya untuk mengembalikan uangnya sekarang juga. Dari mana dia akan mendapatkan uang sebanyak itu?Dia bahkan tidak berani memikirkan utang-utangnya di luar sana. Apa dia sudah sampai pada titik di mana harus menjual ginjalnya?Jangankan miliaran, bahkan meminta Edward mengeluarkan beberap
"Asal kamu membelikanku Bugatti atau memberikan Panamera-mu, aku akan mendukungmu dan kakakku kembali bersama, bagaimana?"Tanpa menunggu Nathan menjawab, Edward langsung marah dan berkata, "Ken, apa kamu nggak tahu malu? Kamu menjual kakakmu demi ketenaran dan kekayaan, apa kamu mempertimbangkan perasaanku?"Ken mencibir. "Edward, kamu sekarang terlilit utang dan miskin. Apa aku masih harus mempertimbangkan perasaanmu? Kamu pantas?""Sialan! Karena kamu nggak berguna dan nggak bisa cari uang, tentu saja kakakku nggak bisa bersama denganmu lagi."Saking emosinya, Edward bahkan hampir muntah darah. Sejak dia lahir sampai sekarang, dia tidak pernah begitu tidak berguna seperti sekarang ini.Emilia berkata dengan dingin, "Ken, kalau kamu berani mengatakan hal nggak masuk akal lagi, segera keluar dari sini.""Aku nggak butuh pria busuk seperti kalian dalam hidupku. Apa kalian kira aku nggak bisa hidup tanpa pria?"Perkataan Ken barusan telah menyakiti harga diri Emilia.Seakan-akan dia har
Tiara berkata dengan nada menghina, "Kepala Keluarga Halim, Thomas Halim, juga ingin mundur posisinya karena kesehatannya yang lemah.""Tapi dilihat dari kebodohan Edward dan sikapnya yang nggak becus, Keluarga Halim pasti akan hancur kalau jatuh ke tangannya!"Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ini urusan Keluarga Halim dan nggak ada hubungannya denganku.""Aku hanya berharap Edward nggak berpura-pura mati saja."Tiara melengkungkan bibirnya dan berkata, "Kalau dia benar-benar mengambil alih Keluarga Halim, mengingat pikirannya yang sempit, dia pasti akan mencari masalah denganmu.""Kalau begitu, aku akan mengirimnya dan Keluarga Halim ke jurang kehancuran secepatnya," ucap Nathan dengan datar.Tiara menutup mulutnya dan tersenyum. "Kalau memikirkan Edward sekarang, aku merasa merinding. Dia sepertinya terobsesi dengan orang yang nggak suka pamer sepertimu.""Aku bukan orang hebat. Hanya saja, aku nggak suka menindas orang lain. Jadi, sebaiknya mereka juga nggak mencari masa
Regina memberi instruksi pada sekretarisnya. "Selain itu, minta tim keamanan untuk mengawasi dengan ketat dan memastikan nggak terjadi kesalahan sedikit pun."Sekretaris berkata dengan enggan, "Nona, apa kita nggak mau mengemas sepertiga bahan obat yang tersisa? Kalau kita kembali seperti ini, aku khawatir beberapa pabrik di departemen farmasi harus ditutup. Bayangkan, kerugiannya pasti besar.""Biar aku yang menebus kerugian itu sendiri. Lantaran Liam si bajingan itu ingin bermain, aku akan menemaninya sampai akhir," ucap Regina sambil tersenyum dingin.Sekretaris itu khawatir, tetapi tidak berani mengatakan apa pun lagi. Dia berbalik dan meminta sopir truk untuk berangkat.Regina turun dari mobil dan berkata pada seorang wanita berwajah bopeng yang berdiri di sampingnya, "Bibi Eva, truk tanaman obat sudah berangkat. Tolong bawa orang-orangmu dan bantu jaga mereka di sepanjang jalan."Wanita berwajah bopeng itu tampak tidak mencolok dan bertubuh kurus, tetapi matanya sesekali bersinar
Regina yang duduk di kursi belakang hampir muntah karena guncangan yang disebabkan jalanan yang tidak rata. Dia langsung berseru, "Bibi Eva, apa yang kamu lakukan? Kita harus kembali dan membantu mereka."Wajah Eva berubah gelap. Dia sama sekali tidak menurunkan pedal gas. "Kalau kita kembali, itu berarti kita akan mati. Mengenai pengawal-pengawal lainnya, biarkan saja mereka mati. Mereka hanya sekumpulan orang nggak becus. Apa gunanya menolong mereka!"Regina berteriak dengan marah, "Bibi Eva, kamu sadar dengan apa yang kamu katakan?""Sebagai majikanmu, aku perintahkan kamu, segera bawa aku kembali ke lokasi kejadian. Kalau kamu bertindak sesuka hatimu, setelah kembali ke perusahaan nanti, aku akan segera ajukan permohonan pada keluarga untuk mengakhiri kerja sama denganmu."Bibi Eva tersenyum sinis. Bopeng di wajahnya tampak sangat jelek."Beraninya gadis kecil sepertimu memerintahku? Kamu nggak merasa sikapmu sudah terlalu lancang?"Ekspresi Regina langsung berubah. "Apa sebenarnya
Bibi Eva tiba-tiba bertanya, "Apa yang kamu pikirkan?""Aku sedang memikirkan seorang pria," jawab Regina dengan sedih.Bibi Eva berkata dengan penasaran, "Nona muda dari Keluarga Suteja begitu menawan dan cantik. Aku penasaran dengan pria yang dipikirkan Nona?"Regina juga tidak menyembunyikannya. "Namanya Nathan. Dia seorang dokter yang baik dan penampilannya juga tampan.""Sebelum bertemu dengannya, aku sama sekali nggak tahu bahwa menyukai seseorang terkadang bisa begitu sulit dan membuatku kesepian hingga ingin menangis."Bibi Eva langsung menghentikannya. "Jangan bicara lagi. Kamu nggak perlu ceritakan hal ini padaku."Regina menatap Bibi Eva dengan aneh, terutama wajahnya yang penuh bopeng. Gadis itu sepertinya menyadari sesuatu. "Bibi Eva nggak pernah menyukai pria, 'kan? Salah, seharusnya nggak ada pria yang menyukai Bibi Eva, 'kan?"Raut wajah Bibi Eva berubah jelek, seolah-olah Regina menabur garam pada luka dalam hatinya."Huh! Semua pria di dunia ini adalah sekelompok oran
Wajah Tuan Edgar berubah pucat. Dia mencibir. "Nak, aku hampir termakan omonganmu!""Haha. Kata-katamu barusan terdengar nyata sekali. Apa kamu kira aku begitu mudah ditipu?"Nathan merentangkan tangannya dan berkata, "Tuan Edgar, percaya nggak, kamu akan tahu jawabannya dalam tiga hari."Jantung Tuan Edgar berdebar kencang. Dia sudah hampir gila dibuat Nathan.Penyakit datang tak pandang bulu. Meski dia sangat berkuasa, dia juga tidak bisa menghindari yang namanya penyakit.Kalau benar seperti yang dikatakan bocah ini, dirinya menderita penyakit serius dan tidak berusia panjang, maka itu akan menyusahkan!Lebih baik memercayai bahwa sesuatu itu ada daripada memercayai bahwa sesuatu itu tidak ada. Berpegang pada prinsip itu, Tuan Edgar buru-buru berpamitan pada Nayana dan meninggalkan Analin bersama anak buahnya.Nayana menutup mulutnya dan tertawa, "Dasar bodoh! Bisa-bisanya dia percaya semua ini.""Dilihat dari kondisinya barusan, dia mungkin akan pergi ke rumah sakit untuk melakukan
Nathan berkata dengan nada dingin, "Edgar, sepertinya kamu belum sadar kalau kamu sudah sakit parah!""Kalau kamu nggak mendapatkan pengobatan yang tepat dalam tiga hari, nyawamu pasti akan terancam!"Tuan Edgar mencibir, "Lantaran kamu nggak bisa melawanku, jadi sekarang kamu mencoba menipuku, 'kan?""Kamu mungkin nggak tahu, tapi keluargaku punya sejarah panjang dalam seni bela diri sejak aku masih kecil. Tubuhku ini bahkan lebih keras dari besi. Kamu bilang aku sakit parah? Apa kamu kira aku mudah dibodohi?"Nathan berkata dengan nada tenang, "Terserah kamu percaya atau nggak. Pokoknya dalam tiga hari, kamu pasti akan tersiksa dan penuh penderitaan, kemudian berakhir mati."Nayana terkejut. Dia pun berkata, "Tuan Edgar, Anda mungkin masih belum tahu. Tuan Nathan ini seorang dokter. Dia bilang ada yang salah dengan tubuh Anda, itu berarti benar.""Menurutku, sebaiknya kamu bicarakan baik-baik dengan Tuan Nathan. Lagi pula, kamu nggak akan rugi."Wajah Tuan Edgar tampak ragu dan bingu
Edgar benar-benar salut dengan keberanian Nathan. Dari mana asal bocah ini? Beraninya berulang kali menentangnya?Ada kilatan dingin yang melintas di mata Nathan. Dia pun berkata dengan nada datar, "Bagaimana kalau aku bilang aku nggak percaya?"Saking kesalnya, emosi Tuan Edgar sudah hampir meledak. Dia langsung berkata pada Nayana. "Nayana, apa kamu nggak bisa menangani berengsek kecil ini?""Kalau kamu nggak bisa menanganinya, aku akan panggil orang untuk membunuhnya di jalan."Nayana memutar bola matanya ke arah Nathan. Bocah ini cukup keras kepala.Beraninya Nathan bersikap lancang pada Tuan Edgar. Bahkan, menyebutnya sebagai lelaki tua yang nggak tahu malu. Bukankah kelakuannya ini sudah kelewat batas? Apa dia tidak takut membuat Tuan Edgar tersinggung?Lantaran Nathan begitu menginginkan ramuan milik Edgar, bukankah seharusnya dia lebih bersabar?"Jangan marah, Tuan Edgar. Tuan Nathan masih muda dan gampang terbawa emosi. Aku mewakilinya minta maaf padamu."Nayana buru-buru mint
Nayana dipenuhi dengan rasa malu dan marah, tetapi dia masih bisa menyembunyikannya dengan baik. Wanita itu pun berkata sambil tersenyum, "Tuan Edgar bisa tertarik dengan janda tua seperti saya merupakan suatu kehormatan bagi saya.""Tapi masalah kita nggak boleh dicampuradukkan dengan masalah Tuan Nathan. Sebaiknya kita bicarakan dulu tentang ramuan legendaris yang ada di tanganmu."Tuan Edgar tidak tertarik sama sekali. Dia menyipitkan matanya dan memandang Nathan. "Sudah kubilang, bocah ini bukanlah apa-apa. Berbisnis dengan orang kelas bawah sepertinya hanya akan membuat statusku ikut menjadi rendah.""Lantaran kalian begitu menginginkan ramuan di tanganku, jadi kalian kini hanya punya pilihan kedua. Nayana, asalkan kamu setuju untuk mengikutiku, aku bisa memberimu ramuan itu kapan saja dan nggak meminta bayaran sepeser pun."Wajah cantik Nayana berubah merah padam.Namun, bukan karena malu, melainkan marah.Mengingat kepribadiannya, jika mendengar perkataan seperti itu, Nayana pas
Melihat Nathan tidak senang, Nayana segera berkata, "Sayangku, jangan marah. Aku sudah berusaha semampuku.""Tapi orang yang memiliki ramuan itu adalah Tuan Edgar Santoso dari ibu kota provinsi.""Lelaki tua ini ngotot mengatakan dia nggak akan menyerahkan barang sebelum dia tahu siapa yang membutuhkan ramuan itu.""Sebenarnya, aku juga tahu makna di baliknya. Dia adalah komoditas langka dan berpikir bahwa orang yang membutuhkan ramuan itu pastilah orang penting di Beluno, jadi dia ingin menggunakan kesempatan ini untuk menjalin hubungan!"Raut wajah Nathan perlahan kembali normal. Dia pun bertanya, "Dari mana asal Tuan Edgar Santoso ini?"Arjun berkata dengan nada tegas, "Tuan Nathan, aku tahu si lelaki tua ini. Dia adalah putra ketiga dari Keluarga Santoso di ibu kota provinsi.""Mengandalkan reputasi Keluarga Santoso, Edgar sukses besar di wilayah Bimala. Dia juga berhubungan baik dengan orang-orang dari dunia bela diri dan komunitas bisnis.""Lantaran orang ini punya banyak kenalan
Nayana bertanya dengan ragu-ragu, "Sayang, apa ini pil ... ajaib?""Benar! Obat ini bisa merangsang semangat dalam waktu singkat dan membuat kekuatan meledak melampaui level," jawab Nathan dengan nada datar.Arjun berkata dengan gembira, "Tuan Nathan, bukankah barang bagus seperti itu hanya bisa diperoleh sekte seni bela diri dan keluarga bangsawan kuno?""Nggak juga. Meskipun pil ajaib sulit dimurnikan, metode rahasia pembuatannya masih berada dikuasai oleh orang-orang yang punya kekuatan besar," ujar Nathan dengan santai."Tapi di Isernia yang luas ini, bukan hanya sekte, tapi juga keluarga bangsawan kuno, serta orang-orang dari semua lapisan masyarakat yang berkuasa."Nayana meraih botol kecil itu dan enggan melepaskannya. Dia pun berkata, "Pil ini merupakan obat yang nggak bisa dijangkau oleh orang biasa. Aku pernah melihatnya di sebuah pelelangan.""Pil biasa saja harganya sudah hampir beberapa miliar, apalagi nggak ada pasar sama sekali. Sekalipun orang biasa punya uang, juga ngg
"Aku dengar Penguasa Analin ini, karena sudah lama menjadi janda, dia suka mengincar pria muda yang tampan."Nathan tersenyum dan berkata, "Baiklah, aku sudah mengerti.""Dia suka pria muda yang tampan, tapi aku bukan."Tiara menghentakkan kakinya dan berkata, "Percayalah, yang aku katakan itu nyata.""Reputasi Nayana nggak pernah bagus selama ini. Aku hanya takut kamu akan terpikat olehnya.""Tiara, kamu cantik dan punya tubuh yang bagus. Bukankah yang seharusnya bisa memikat pria itu kamu dan bukannya Nayana?" kata Nathan dengan nada bercanda.Wajah Tiara memerah. Dia berkata dengan nada canggung, "Nathan, kamu sekarang pintar ya. Kamu sudah bisa menggoda gadis dan menggombal.""Aku nggak peduli sama kamu lagi. Aku pergi!"Dia memegangi dadanya yang berdebar kencang dan berlari menjauh.Dia diam-diam mengumpat dalam hatinya, 'Tiara, apa kamu sudah gila? Meski Nathan baik, dia itu lelaki-nya sahabatmu. Kamu nggak boleh menyentuhnya. Kalau nggak, kamu akan dicap jalang!'Arjun dan Naya
Rafel mengangguk berulang kali. "Benar. Kalau bukan karena Alice memfitnah Tuan Nathan, saya nggak mungkin berani menangkap Anda."Nathan melambaikan tangannya. "Ya sudahlah. Aku harap Pak Rafael tahu apa yang harus dia lakukan terhadap Alice."Wajah Rafel berubah muram. "Jangan khawatir, Tuan Nathan. Perempuan jalang ini hampir membuatku melakukan kesalahan besar. Aku pasti nggak akan melepaskannya dengan mudah."Nathan berkata sambil tersenyum, "Tapi aku dengar dari Pak Samuel, kamu masih ingin tidur dengan Alice."Rafel langsung berseru, "Tuan Nathan, itu hanya karena aku khilaf sesaat.""Sekarang aku sudah buang jauh-jauh pemikiran itu. Aku hanya ingin menampar perempuan jalang itu dan menarik batas dengannya."Nathan mengangguk. "Jangan sampai dikendalikan oleh nafsu. Pak Rafel, kamu harus waspada."Rafel pun pergi dengan takut-takut. Setelah itu, Regina tersenyum dan berkata, "Dokter Nathan, aku lega melihatmu baik-baik saja.""Kalau begitu, pulanglah bersama Tiara dan lainnya. A
Rafel tertawa datar dan berkata, "Saya nggak berbudi luhur dan mulia seperti Anda, Pak Samuel.""Seperti kata pepatah, bunga liar lebih harum daripada bunga dalam rumah. Bunga di rumah nggak seindah bunga di luar.""Alice adalah wanita cantik dan berbakat dari Keluarga Sebastian di Naroa. Wajar saja aku tertarik dengannya.""Lagi pula ...."Melihat Rafel tampak ragu untuk berbicara, Samuel pun bertanya, "Lagi pula apa? Ceritakan secara rinci agar aku bisa membantumu berbicara."Rafel berkata dengan canggung, "Lagi pula, bisa meniduri wanita berstatus tinggi seperti Alice bukan hanya membuatku gembira, tetapi juga memberiku kepuasan tersendiri.""Selain itu, aku juga akan merekam video tanpa sepengetahuannya. Jadi, kelak aku bisa menontonnya lagi.""Pak Rafel, pikirkanlah, wanita seperti Alice bukanlah wanita yang bisa sembarangan diajak kencan. Asalkan berhasil sekali dan meninggalkan rekaman, aku bisa menggunakan rekaman ini untuk meminta Alice melayaniku lagi ...."Samuel menarik nap