Share

Setelah Tujuh Tahun

Penulis: Baby Yangfa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-22 18:53:04

"Bu Devina nanti inginnya desain seperti ini. Detailnya memang tidak terlalu banyak, tapi cukup rumit. Hati-hati saat kalian menjahitnya. Ini untuk seragam geng arisannya, jangan sampai ada kesalahan karena Bu Devina sangat teliti. Kalian paham kan?"

"Baik Bu,"

Kania berjalan berkeliling mengawasi tiga karyawannya yang tengah menjahit pesanan yang ia sudah jelaskan. Sesekali ia akan menegur lalu memberitahu mereka jika ada sesuatu yang salah di jahitannya. Sudah tujuh tahun semenjak ia menjalani bisnis ini dan sekarang bisnisnya sudah cukup berkembang. Dari seorang penjahit kecil-kecilan kini Kania sudah memiliki tiga orang karyawan yang membantunya dalam menyelesaikan pesanan para pelanggannya. Dari satu pelanggan tetap kini pelanggannya bertambah hingga puluhan orang. Banyak yang menyukai hasil jahitannya karena dinilai rapi dan selesai dengan cepat.

Kania berjalan ke arah meja kerjanya setelah dirasa para karyawannya telah mengerti apa yang ia maksudkan. Para karyawan hanya bertugas untuk menjahit sedangkan Kania yang memutar otak untuk memikirkan desain dan bahan yang akan mereka gunakan nanti.

Konsentrasinya pecah kala tiba-tiba ponselnya berdering dengan nyaring di arah sampingnya. Dengan cepat, Kania mengangkat ponsel itu lalu menempelkannya ke arah telinga.

"Mama!"

Suara melengking seorang anak laki-laki terdengar menggema di sebrang sana. Kania mengulas senyumnya mendengar suara malaikat kecilnya yang ia namai Devan. Ya, putera yang tujuh tahun lalu tidak diakui oleh ayahnya dan seluruh keluarganya itu kini sudah tumbuh menjadi anak yang ceria dan menggemaskan. Kania sama sekali tidak pernah menyesal membesarkan Devan. Jika tidak ada Devan saat itu, sungguh mungkin Kania lebih memilih membunuh dirinya sendiri.

"Iya Sayang? Malaikatnya Mama ada apa?"

"Kenapa Mama tidak bisa menjemput Devan lagi? Bukankah Mama sudah janji akan mengajak Devan ke taman bermain?" Terdengar keluhan Devan yang melengking dari sebrang sana.

Kania memendarkan pandangannya ke segala arah. Terlihat tumpukan-tumpukan kain yang berjejer di hadapannya membuat Kania seketika memijat keningnya. Pesanannya masih sangat banyak dan ia tidak mungkin bisa meninggalkannya begitu saja.

Raut wajahnya menunjukkan rasa bersalah yang teramat. Lagi-lagi ia harus mengingkari janjinya kepada Devan. Pesanan-pesanan yang menumpuk ini baru ia terima pagi tadi, jadi Kania tidak punya pilihan lain selain membatalkan janjinya kepada Devan.

"Maafkan Mama ya Sayang, hari ini kamu dijemput Bi Minah dulu."

"Mama bohong terus!" Terdengar Devan merajuk.

"Nanti minggu depan Mama janji akan menyelesaikan semua jahitan Mama dan kita akan pergi ke taman bermain. Bagaimana Sayang? Mau kan?"

"Benarkah? Mama akan mengajak Devan ke taman bermain?"

"Iya Sayang, kita ke taman bermain bersama nanti."

"Asyik!"

Secara cepat rajukan dan rengekan Devan berubah menjadi seruan kegembiraan. Kania mengulas senyumnya dengan lebar. Syukurlah membujuk Devan tidak terlalu sulit kali ini.

"Kalau begitu, berikan telponnya lagi pada Bi Minah, Sayang,"

"Baik Ma."

Kania menunggu sejenak hingga telpon itu berpindah tangan. Suara seorang wanita paruh baya kemudian menyambutnya, "Iya, Bu?"

"Bi, tolong jaga Devan dengan baik hari ini. Saya sudah berikan catatannya seperti biasa di atas lemari. Sepertinya hari ini saya akan pulang malam lagi."

"Baik, Bu. Maafkan saya karena Devan tadi menangis ingin bicara dengan Ibu,"

"Tidak apa-apa. Saya juga merasa bersalah karena Bibi harus kembali direpotkan dengan tingkah Devan."

"Itu sudah tugas saya. Kalau begitu saya antar Devan pulang dulu Bu."

"Baik Bi."

Panggilan mereka pun berhenti. Kania memutuskan panggilan teleponnya lalu kembali fokus pada pekerjaannya. Ia harus segera menyelesaikan semua pekerjaan ini agar bisa memberikan waktu lebih banyak untuk Devan nanti.

****

Akhirnya semua pesanan Kania hampir selesai hari ini. Wajahnya menjadi cerah, hari ini dapat dipastikan bahwa ia bisa menjemput Devan dan besoknya mereka akan berlibur bersama seperti yang sudah ia janjikan.

Kania sudah mengambil barang-barangnya lalu bergegas masuk ke dalam mobil. Namun, belum selesai langkahnya meninggalkan area butiknya, ponselnya berdering kembali.

Dengan sebelah tangan, Kania mengambil ponsel lalu membuka pintu mobil. Tanpa melihat siapa yang menelepon, Kania menjawab, "Ya?"

"Bu Kania, bisa kemari sebentar?"

Kania segera memindahkan ponselnya lalu berdiri dengan tegak. Ini suara Bu Astuti, salah satu pelanggan tetapnya.

"Ada apa ya Bu?"

"Ini loh, saya punya project besar untuk ibu."

Kania menaikkan sebelah alisnya mendengar ucapan Bu Astuti, "Project besar?"

"Iya. Saya tunggu di rumah ya, cepat datang ya Bu."

"Tidak bisa Bu, hari ini saya..."

Tut Tut Tut

Kania berdecak saat merasakan panggilan telepon mereka diputus begitu saja oleh satu pihak. Padahal hari ini ia ingin bersenang-senang dengan Devan, tapi ada saja orang yang mengganggunya. Kania mendesah, project besar? Hah! Sudah dipastikan akan ada pekerjaan lagi untuknya.

Kania segera membuka pintu mobilnya kembali yang sempat tertunda. Tanpa membuang waktu, ia segera memacu mobilnya menuju tempat Bu Astuti.

****

"Saya ingin Bu Kania mengerjakan gaun pertunangan milik atasan saya,"

"Tapi Bu, saya masih ada pekerjaan yang lain kali ini saya tidak bisa menerima tawaran Ibu," tolak Kania secara halus, ia sudah banyak berjanji kepada Devan, kali ini ia tidak boleh mengingkarinya.

"Tapi feenya besar lho Bu, sekitar lima puluh juta."

Kania terhenyak mendengar nilai fantastis di hadapannya. Lima puluh juta? Untuk satu gaun? Bahkan pesanan seragam Bu Helenna saja tidak mencapai nilai hingga seperti itu.

"Bagaimana?"

Kania mulai bergerak dengan gelisah. Lima puluh juta bukan nilai yang sedikit untuk bisa siapapun tolak. Jumlahnya bisa ia tabung untuk kehidupan pendidikan Devan kelak.

"Bagaimana Bu? Apa Ibu masih menolak?" Terdengar decakan kasar dari mulut Bu Astuti, "Kalau Ibu menolak, saya juga tidak akan lagi datang ke butik Bu Kania. Saya terlanjur malu pada atasan saya,"

Mendengar hal itu, raut wajah Kania seketika berubah. Tidak, ia tidak bisa kehilangan pelanggannya karena kecewa seperti ini.

"Baik, baik Bu, saya akan kerjakan."

Raut wajah Bu Astuti bersinar dengan cerah mendengar ucapan Kania.

"Nah kalau seperti itu, saya jadi lega."

Kania mengulas senyuman tipisnya. Ya sudah, lagipula feenya lumayan tinggi. Ia bisa membujuk Devan untuk pergi lain kali.

"Tapi, sebenarnya siapa atasan Ibu yang hendak bertunangan itu?" Tanya Kania, setidaknya ia harus tahu namanya agar mudah berkomunikasi.

"Ah, dia sebentar lagi datang kemari. Ah itu dia."

Kania segera membalikkan tubuhnya mendengar ucapan Bu Astuti. Namun, wajah cerahnya seketika berubah saat melihat siapa yang berada di hadapannya saat ini. Tubuh Kania menegang di tempat.

"Ini Bu Sheline dan Pak Sean, atasan saya yang akan menggelar pertunangan. Beri salam pada mereka Bu Kania."

Dari sekian banyak orang di dunia ini, bagaimana mungkin dia bisa bertemu kembali dengan pria yang selalu ada di dalam mimpi buruknya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bangkitnya Istri yang Dibuang   Mari Kita Menikah

    Saat mengetahui bahwa yang berada di hadapannya adalah Leonard, Kania segera mengambil langkah. Ia mundur untuk kemudian berlari menghindar dari pria itu.Leonard yang melihat Kania melarikan diri darinya segera menyusulnya. Dengan cepat ia kembali menahan Kania lalu bertanya dengan nafas tersengal saat berhasil mendapatkan tangannya, "Kenapa kau lari?""Lepaskan aku.""Baik, tapi bagaimana kalau kita bicara? Aku sudah menyewa seluruh tempat ini khusus untukmu, apa kau tidak sayang jika aku membuang-buang uang karena kau tidak mau menemuiku?""Aku tidak menyuruhmu menyewa tempat untukku,""Ayolah Kania, aku mohon."Kania terlihat menghela nafasnya panjang, "Baik, tapi lepaskan tanganku dulu."Dengan cepat Leonard melepaskan genggaman tangannya. Kania segera memilih kursi yang berada tepat di hadapannya lalu duduk di sana. Musik romantis segera mengalun saat mereka duduk berdampingan. Kania memberikan tatapan jengahnya, sebenarnya apa maksud pria ini?"Kenapa kau lari?""Tidak apa-apa,

  • Bangkitnya Istri yang Dibuang   Akhirnya Kita Bertemu Lagi

    Leonard pulang ke rumahnya dengan langkah gontai. Setelah berkeliling selama hampir satu jam di dalam bandara, Leonard sama sekali tidak bisa menemukan Kania dimanapun. Kania sudah pergi dari kehidupannya, ia terlambat, sangat terlambat."Jadi bagaimana? Kamu menemukan wanita itu?"Leonard mendengus kuat mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Lauren tepat saat ia tiba di kediaman mereka."Mama pasti senang sekarang, Kania tidak bisa aku temukan. Dia sudah pergi dari hidupku selamanya. Apa sekarang Mama puas?" Tukas Leonard dengan penuh emosional.Alih-alih merasa simpati Lauren yang malah menuang alkohol ke gelasnya membuat Leonard merasa geram. Lauren memang sudah tidak perduli kepadanya lagi."Sepertinya Mama cukup senang karena sudah menghancurkan hidupku." ucap Leonard dingin. Ia menghela nafasnya panjang lalu mulai beranjak meninggalkan Lauren.Namun, baru saja ia hendak melangkah, Lauren tiba-tiba memanggilnya kembali, "Kau akan menyerah begitu saja padanya?"Leonard seketika m

  • Bangkitnya Istri yang Dibuang   Akhir?

    Leonard seketika tertegun mendengar ucapan Jasmine. Jasmine terlihat sangat serius di hadapannya membuat Leonard seketika mengangkat alis."Apa maksudmu?""Hari ini adalah keberangkatan Kania, apa kau akan terus berdiam diri di tempat ini dan membiarkan Kania pergi begitu saja?"Mata Leonard seketika melebar mendengar ucapan Jasmine, cekalannya di tangan Jasmine seketika terlepas, "Kania pergi hari ini?" tanyanya dengan nada tidak percaya. Sepengatahuannya projek mereka belum selesai dengan sempurna, masih ada beberapa tahapan pendistribusian dan promosi produk yang harus dilakukan."Pekerjaannya untuk membuat pakaian sudah selesai, jadi dia tidak akan ikut andil dalam promosi produk, semuanya hanya akan dilakukan oleh pihak Valerine."Leonard terlihat terhenyak mendengar penuturan Jasmine. Jadi Kania benar-benar akan pergi hari ini?"Tunggu apa lagi? Pergi!"Mendengar ucapan Jasmine, Leonard segera beranjak dari sana. Ia berlari keluar dari restoran itu tanpa menghiraukan panggilan d

  • Bangkitnya Istri yang Dibuang   Kita Batalkan Saja!

    "Yak selesai! Hasilnya bagus sekali."Semua bertepuk tangan ketika foto terakhir yang diambil dari Jasmine selesai. Beberapa orang menyalami Kania dan juga Jasmine karena projek itu berhasil dilakukan. Kania tersenyum, merasa cukup lega karena ia bisa melakukan projek itu tepat pada waktunya. Meski hatinya teramat berantakan dan juga banyak drama yang terjadi, akhirnya semuanya selesai. Ia menatap kursi tempat Leonard berada yang diduduki oleh Hannah. Masih sama, Leonard masih tidak ingin menemuinya sama sekali."Nanti malam akan ada perayaan kecil karena pekerjaan kita sudah selesai dilakukan, apa Ibu mau ikut?"Kania menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Dewi, "Kalian saja yang ikut, saya akan mempersiapkan semua persiapan kita untuk terbang besok?""Apa tidak apa-apa, Bu?" Tanya Dewi merasa tidak enak."Tidak apa-apa, kalian sudah banyak bekerja keras selama dua Minggu ini. Bersenang-senanglah di sana. Ah, jangan lupa bawa instal aplikasi bahasa di ponsel kalian masing-

  • Bangkitnya Istri yang Dibuang   Aku Sangat Mencintainya

    Setelah kejadian di rumah sakit tempo hari, Leonard tidak pernah datang lagi ke pertemuan mereka. Hanya ada asistennya yang mengikuti pertemuan mereka beberapa kali.Penasaran dengan keadaan Leonard, Kania menahan langkah asisten pribadinya setelah rapat selesai."Hannah, bisa bicara sebentar?"Hannah terlihat mengangkat alisnya lalu kemudian mengangguk mendengar pertanyaan Kania, "Ya, ada apa Bu Kania?""Apa Leonard baik-baik saja? Ah maksud saya sudah beberapa kali dia mangkir dari pertemuan kami.""Ah, Pak Leon baik-baik saja, dia sangat sibuk akhir-akhir ini karena projek yang lain. Apa ada masalah jika saya yang menggantikan Beliau?"Kania segera mengibaskan tangannya mendengar ucapan Hannah, "Ah tidak, kamu adalah orang yang kompeten juga, saya rasa Leonard tepat memilih kamu untuk mengurusi projek ini. Kalau begitu terimakasih,"Kania terlihat membalikkan tubuhnya untuk beranjak, namun Hannah kembali memanggilnya."Emm... Bu Kania? Apa Anda memiliki pesan untuk atasan saya?"Ka

  • Bangkitnya Istri yang Dibuang   Dilema

    Delon seketika terdiam mendengar ucapan Leonard. Keningnya berkerut dengan bingung, jadi mereka sudah saling mengenal sebelumnya? Tapi kenapa mereka berpura-pura tidak saling mengenal seolah baru berkenalan? Sebenarnya sedalam apa hubungan mereka hingga Leonard bersikap sangat posesif kepada Kania?Delon menghela nafasnya panjang, tidak ingin membuat keributan karena hal sepele akhirnya ia menyerah."Baiklah, saya serahkan Bu Kania kepada Anda."Delon menatap ke arah Kania yang masih tidak sadarkan diri lalu beranjak meninggalkannya. Untuk terakhir kalinya ia membalikkan tubuhnya lalu tertegun saat melihat pemandangan Leonard yang tengah memegang tangan Kania dengan erat. Delon terlihat mengangkat alis, sebenarnya apa hubungan mereka hingga Leonard bisa bersikap sedekat itu pada Kania?****Kania mengerjapkan matany saat mendapati atap putih di hadapannya, bau alkohol dan obat-obatan yang menyeruak membuat Kania seketika terhenyak. Dimana ia? Apa dia ada di rumah sakit?Kania mengangk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status