Share

Kembali ke istana

Tandu yang ditarik oleh dua ekor kuda melewati hutan lebat yang menyeramkan. Hutan dengan banyak pepohonan rindang masih di tambah angin malam yang begitu menusuk membuat suasana begitu mencekam.

Suara gesekan ranting dan dedaunan yang diterpa angin membuat hawa terasa lebih mencekam. Para prajurit juga merasakan hal yang sama.

Bulu kuduk merinding, terlihat sosok hitam kelam dengan tubuh yang amat besar mendekati mereka.

Tandu yang di naiki Ling bergoyang dan hampir saja terbalik. Di saat bersamaan terdengar suara pedang yang saling bergesek.

"Astaga, makhluk apa itu?" Ling terbelalak ketika membuka jendela tandu.

Dia melihat seekor rubah dengan sembilan ekor yang cukup besar. Tingginya kurang lebih dua ratus meter, masih di tambah ekor yang menjulang di langit.

Sepuluh prajurit mencoba melumpuhkan makhluk itu, tapi kekuatan mereka tidak cukup untuk itu. Hanya dengan sekali kibasan ekornya semua prajurit tergeletak.

Ling segera keluar tandu untuk membantu prajurit melawan siluman rubah itu. Pertarungan tidak dapat di hindari. Dengan segenap ilmu Ling yang masih terbilang rendah, dia mencoba melawan siluman itu.

Ling duduk bersila dan mulai membaca mantra, cahaya berwana kuning mulai keluar dari tubuhnya, tak lama kemudian cahaya kuning itu mengarah ke siluman rubah.

"Kau tidak akan bisa melawanku gadis manis," kekeh siluman itu.

Hanya dengan kibasan ekornya, para prajurit terkapar tak berdaya dan hanya menyisakan Ling seorang.

Asap tipis keluar dari tubuh para prajurit yang tidak sadarkan diri. Siluman rubah mulai menyerap inti jiwa para prajurit itu, hingga terlihat jelas kulit mereka menjadi keriput dan menua mendadak.

Ling hanya terpaku ketika makhluk itu perlahan mendekatinya. Sembilan ekor sudah mengembang sempurna dan hendak menyerang Ling.

"Tidak, jangan ... aku mohon," ucap Ling yang bergeser mundur.

Makhluk itu semakin mendekat, salah satu ekor rubah itu mengangkat tubuh Ling. Tubuhnya terasa sakit seperti di sedang di cengkram kuat. Membuat Ling tak sadarkan diri.

"Dewa Naga hitam, sangat menarik." Suara siluman rubah yang berat menggema.

"Sejak kapan kau mulai muncul lagi, ini sangat menarik. Sudah saatnya menyapa teman lamaku," lanjut siluman rubah. Mengeluarkan mantra untuk memanggil pustakanya.

Siluman itu terbang dan membawa Ling yang dia cengkraman dengan ekornya. Sebisa mungkin dia mencari sosok naga itu dengan aroma yang dia cium.

Dia bisa merasakan betapa kuatnya energi naga yang menempel di tubuh gadis itu, pasti naga yang baru saja bangkit itu tidak jauh dari tempatnya saat ini.

Siluman rubah tersenyum penuh kemenangan saat melihat titik merah yang berada di ujung matanya. Dia segera mendarat di titik merah tersebut.

"Ini tidak mungkin, kenapa naga itu malah tinggal di rumah repot seperti ini. Sangat menyedihkan," ucap siluman rubah yang merubah wujudnya menjadi seorang pria tampan dengan rambut berwarna putih.

"Naga hitam, keluarlah! Sampai kapan kau akan bersembunyi di dalam. Lihat apa yang aku bawa untukmu," kekeh siluman itu.

Mendengar keributan di luar, Longwei mengayunkan langkahnya untuk membuka pintu. Matanya terbelalak ketika melihat seorang pria dengan ekor yang mekar di belakangnya.

Di tambah lagi, salah satu ekor itu sedang mencengkram kuat seorang wanita yang dia sayangi.

"Lepaskan dia!" ucap Longwei mengambik pernah yang tak jauh dari jangkauannya.

"Apakah kau lupa denganku, bukankah kita sering berburu bersama?" ucap Siluman itu, dengan santainya dia melangkah mendekati Longwei.

"Setelah aku ingat-ingat, aku tidak pernah memiliki teman sepertimu," ucap Longwei mengayunkan pedang kepada siluman rubah.

Dengan mudah siluman rubah itu menghindar, jelmaan rubah itu merasa heran. Kenapa teman lamanya bahkan tidak mengenal diriny sama sekali.

Dia pikir wanita yang ada di ekornya adalah mangsa yang melarikan diri, ternyata semua salah. Melihat temannya menyerang, siluman itu tidak sungkan untuk mengeluarkan kekuatannya.

"Baiklah jika ingin bermain-main denganku," siluman itu mengeluarkan pedang dari tubuhnya dan mulai menyerang Longwei.

Siluman itu mengayunkan pedang, dengan gesit Longwei menghindarinya djas sekali melawan. Hanya saja kekuatan belum kembali sempurna. Luka yang tadinya tertutup, kini sedikit terbuka dan mengeluarkan cairan merah.

"Ada apa Temanku, apakah kau sudah lelah? Ternyata stelah kau tidur begitu lama, tidak merubah sedikitpun kekuatanmu," ucap Siluman rubah.

Longwei menekuk lututnya dan bertumpu pada pernah yang dia tancapkan di tanah. Dadanya kembang-kempis menahan rasa sakit yang berada di dadanya.

"Bagaimana kalau kita berbagi energi bersama, aku pikir gadis ini cukup memiliki kekuatan untuk memulihkan tenagamu," ucap siluman itu mengembangkan sembilan ekornya.

"Tidak, jangan!" ucap Longwei di tengah napasnya yang masih tersengal.

Tidak ingin mendengar ucapan Longwei, siluman itu melambung tubuh Ling keudara dan mulai menyerap inti jiwa Wanita tersebut.

Mata Longwei terbelalak, dia sudah menyaksikan kematian Qixuang sengaja mata kepalanya sendiri dan sekarang? Dia tidak mungkin hanya diam saja menyaksikan kepergian Wanita yang dia cintai untuk kedua kalinya.

Dengan sisa kekuatannya Longwei mulai bangkit, tidak peduli dengan darah yang terus mengalir membasahi bajunya. Dia mencabut pedang yang tertancap dan mulai menyerang siluman itu kembali.

Tubuhnya terpental saat menabrak lingkaran mantra yang mengunci tubuh Ling, hal ini membuat Longwei semakin tak berdaya.

Kepedihan mulai menyelimuti jiwa Longwei, amarah di hatinya berkobar karena tidak bisa mengubah takdir ini. Tiba-tiba tubuh mengeluarkan cahaya biru yang membawanya terbang.

"Aku tidak akan membiarkanmu membunuh dia untuk yang kedua kali!" teriak Longwei.

Aaa ...

Tubuh Longwei terasa panas dan seketika berubah menjadi seekor naga hitam yang besar dengan napas panas yang keluar dari hidungnya.

"Naga hitam, akhirnya kau mencapai kultivasimu," ucap Siluman rubah tersenyum bahagia.

Longwei memecah lingkaran mantra yang menyegel tubuh Ling dan menaruhnya perlahan di teras rumah. Setelah memastikan Wanita itu aman, naga itu mulai menyerang rubah yang tampak begitu kecil di banding tubuhnya.

Longwei berubah ke wujud manusianya dan mulai membaca mantra, asap tipis berwarna hitam keluar dari telapak tangannya dan mulai menjerat siluman rubah itu.

"Taeching, apakah kau benar-benar melupakanku?" ucap Siluman lirih.

Tali yang mengikat tubuhnya semakin kuat, hanya dengan sekali tarikan lagi, tubuhnya bisa terbelah.

"Aku bukan Teaching," ucap Longwei mengeraskan rahangnya.

"Baiklah, kalau kau bukan Taeching, harusnya kau tidak memiliki simbol naga di balik lengan kananmu," ucap siluman itu mulai kehilangan suaranya.

Longwei segera menyingkapkan bajunya, dan benar. Ada tato naga di sana.

"Sebenarnya, siapa aku?" ucap Longwei yang perlahan membuka tali yang menjerat siluman rubah tersebut.

.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status