Beranda / Urban / Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya / Bab 1. Pacar Tak Perlu Undangan

Share

Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya
Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya
Penulis: Romero Un

Bab 1. Pacar Tak Perlu Undangan

Penulis: Romero Un
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-08 09:48:45

“Max! Tangkap!”

Sprei putih terbang menuju wajah pria berambut hitam legam bergaya spike. 

Maxmillian Tandjaya. Mahasiswa semester 4 jurusan bisnis, Universitas paling bergengsi di Jayakarta bagian Utara. Universitas Lentera Harapan.

Hanya orang-orang kelebihan uang, sanggup menyekolahkan anaknya di kampus tersebut. Jauh berbeda dengan kondisi Max saat ini.

Cukup banyak yang tahu betapa kaya keluarga Tandjaya. 

Namun, ketika Max berusia 17 tahun, orang tuanya tiba-tiba menghilang. Bisnis tambang batu bara mereka ditutup karena dianggap menyalahi aturan. Seketika dunianya runtuh.

Max beruntung. Ia berhasil diterima di kampus mentereng itu hanya dengan nilai rapor SMA-nya. Max tergolong anak dengan kepandaian di atas rata-rata.

Tetap saja, ia masih harus membayar uang kuliah setiap semester. Karena itu, ia bekerja di mana dan apa saja, asal menghasilkan uang. Seperti yang sedang ia kerjakan saat ini. 

Mencucikan baju atau apapun milik mahasiswa lain. Dengan bayaran sepadan.

“Giliran cucianku!” Si pelempar sprei tadi kembali berteriak. Diiringi tawa cekikikan dari beberapa mahasiswa yang ada di sana.

Hampir pukul 11 siang dan Max masih sibuk di ruang laundry asrama kampus, dengan tumpukan cucian mereka yang membayarnya.

Dengan tawa mengejek, 2 mahasiswa yang sepertinya dekat dengan laki-laki gemuk pemilik sprei itu menambahkan, “Boxer nggak sekalian, Bro?”

“Ah … aku nggak setega itu lah sama Max.” Si gempal bersuara penuh sindiran, membuat hati Max sedikit was-was. 

“Boxerku lengket parah!” teriaknya seru. “Bekas semalam! Hahaha!”

Max langsung membuang sprei itu ke lantai dan meraba pelan pipinya. Ia terlihat murka ketika ujung jarinya menemukan cairan lengket menempel di sana. Pasti kena saat sprei menjijikkan tadi dilempar ke wajahnya.

‘Brengsek!’ 

Segera ia membuka keran air dan mencuci wajahnya sembarangan. Sampai-sampai bajunya sendiri basah.

"Bajingan sial!" teriak Max, tertahan. 

Kepala Max tetap menunduk. Tapi, lirikan mata yang tertutup rambut itu seolah menghujamkan pisau tajam ke arah si pelaku.  

Ha! Ha! Ha!

Semua orang yang ada di ruang laundry pun tergelak melihat tingkah Max yang menurut mereka lucu dan konyol. 

“Tenang, Max! Ku-transfer Rp 500 ribu, buat cuciin sprei itu.”

Max mengepalkan tangan kuat-kuat, menahan diri untuk tidak mengamuk. 

Yang lain menambahkan, “Keluargamu sudah bangkrut, Max! Bersyukurlah masih dikasih Rp 500 ribu! Deal nggak?!”

Max sadar hal itu. Bagaimanapun juga, itu adalah tawaran terbaik. 

Rp 500 ribu untuk mencucikan sprei yang ternoda cairan si pemilik.

“Yeah!” Max melepaskan kepalan tangannya. Menenangkan diri. 

Ketiga mahasiswa yang menjahili Max saling pandang. Mereka berharap Max sedikit mengamuk dan menjadi alasan untuk menghajar Max. 

Reaksi Max yang datar, membuat mereka bosan.

“Cih! Cuci yang bersih, Max si kacung!” 

“Jangan lupa kerjakan tugasku, Bro! Setelah libur mau dikumpulin.”

Mereka melewati Max satu per satu, memberi tepukan mengejek di bahunya. Max hanya diam mematung. Menahan amarah dan ego.

Sekitar pukul 12 siang, Max kembali ke kamarnya. 

Ketika hendak membuka pintu, Max mendengar nama kekasihnya disebut-sebut oleh ketiga temannya di dalam kamar.

“Kau dapat undangan ulang tahun Tiara?” 

Max yakin, itu suara Paul. 

“Yeah. Tapi kenapa Max nggak dapet ya?”

Max tidak kaget mendengarnya. Ia memang tidak pernah mendapatkan undangan ulang tahun. 

Max mendengus geli karena orang lain mempermasalahkannya. "Undangan?! Buat apa?! Aku kan pacarnya!"

“Kudengar Darren sudah mengirim banyak hadiah ke rumah Tiara.” 

Temannya masih saja berbincang. Tak tahu kalau Max mendengarkan dari luar kamar.

“Lebih parah lagi, ada yang bilang kalau dia mau melamar Tiara. Katanya, Tiara udah putus dari Max.”

“Bisa jadi karena Max udah nggak kaya lagi.”

Mendengar hal itu, Max teringat pertemuannya dengan Tiara. Pertama kali mereka berpacaran, setelah masa orientasi SMA selesai. 

Max siswa baru. Sementara Tiara, kakak kelas yang menjadi panitia ospek. Mereka dikenal sebagai pasangan yang paling manis satu sekolahan.

Bahkan setelah keluarga Tandjaya bangkrut, Tiara tetap bertahan menjadi kekasih Max. Tidak ada yang berubah.

Bahkan menurut Max, mungkin dia lah yang berubah. Waktu yang biasa dihabiskan untuk Tiara mulai berkurang. Karena kerja paruh waktu di sana-sini demi menunjang kehidupannya. 

Uang yang dulu mudah sekali ia keluarkan untuk semua keinginan Tiara, kini berkurang. Max hanya bisa mengajak Tiara kencan makan mewah 1 kali dalam sebulan.  

“Guys, sebenarnya tadi pagi Tia—”

Cklak!

Max memutuskan untuk masuk, menghentikan percakapan mereka. 

Panik, mereka langsung menyembunyikan tangan di belakang badan.

Dahi Max berkerut heran. “Kenapa?” Ia masuk hanya untuk berganti pakaian. 

Pria berambut belah tengah bernama Tara meringis canggung. “Ehm … nggak! Nggak ada apa-apa, Max. Kau sudah makan?”

Max menggeleng. “Aku makan di acara ulang tahun Tiara saja nanti.”

“Kau mau ke sana?!” tanya mereka. “Kau nggak punya undangan, Max!”

“Aku pacarnya.” Senyum Max penuh kebanggaan. “Aku nggak butuh undangan”

“Sebaiknya kau jangan gegabah!"

Max mengembuskan napas panjang, lelah meyakinkan ketiga temannya itu bahwa ia memang tak perlu undangan. 

“Aku nggak gegabah, Paul. Aku punya hak untuk datang ke pesta Tiara.”

“Tapi katanya anak donatur utama kampus kita mau ngelamar Tiara, Max!”

Max menghempas napasnya, kesal. “Mau anak donatur atau anak presiden, Tiara nggak mungkin berpaling. Dia sudah bertahan bahkan setelah aku nggak punya apa-apa.”

Paul terlihat panik. “Max, sebenarnya tadi—”

“Stop, guys!” sentak Max mulai kesal. “Setelah kerja, aku akan ke tempat Tiara.”

Tanpa menoleh lagi, Max segera keluar dari kamarnya.

“Max! Tunggu!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 7. Mahkota Sang Tuan Muda

    “Landy.”Sepertinya, Henry akan menyerahkan penjelasan untuk Max pada sang kepala pelayan. Landy membungkuk hormat sebelum mendekat. “Perkenankan saya, Tuan muda.”Max mengangguk saja. Ia tidak paham gestur para orang berada. Terlebih orang-orang dengan kekuatan old money seperti keluarga Lou.Landy mengambil benda pertama. 2 kartu hitam. “Kartu dengan satu bingkai emas ini adalah kartu berisi tabungan Anda, Tuan muda. Dan yang memiliki dua bingkai emas berfungsi seperti kartu kredit. Tanpa limit.”Max ternganga. Mengabaikan keterkejutan Max, Landy kembali meletakkan kartu-kartu itu dan beralih ke benda kedua. Sebuah cap.“Seperti yang Anda lihat. Ini adalah cap khusus yang hanya dikuasakan kepada Anda, Tuan muda.”Landy meletakkan cap tersebut dan mengambil tumpukan dokumen sambil melanjutkan, “Cap ini mengacu pada kepemilikan harta, baik uang, rumah, tanah dan perusahaan.”4 amplop yang ia letakkan satu per satu mengacu pada harta yang baru saja disebut Landy.Tak sadar Max menela

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 6. Kotak dan Amplop Hitam

    “Selamat datang, Maxmillian!” Terdengar seruan ramai memanggil namanya. Max langsung menurunkan lengan yang ia gunakan sebagai tameng. Ia membeku di tempat, menyadari perhatian semua orang tertuju padanya. Semua orang berpakaian sangat rapi dan terlihat elegan. Baik pria maupun wanita.“Wow!” seru salah seorang, mengamati Max dari atas sampai bawah. “Kau … berantakan sekali.”Sementara yang lain terlihat ragu dan heran, satu orang pria meliriknya dan berdecak sinis. Siapa yang tidak heran, melihat penampilan Max dengan pakaian tak sesuai ukuran tubuhnya. Ingin segera menyudahi kehadirannya, Max pun menundukkan kepala dan berkata dengan suara sedikit keras. “Maaf karena saya meninju salah satu anggota keluarga kalian! Tapi saya rasa kami impas, karena dia juga memukuli saya secara sepihak!”Mendengar seruan Max, mereka semua semakin menatap dengan heran.“Siapa yang kau maksud?” tanya mereka lagi. Max menjawab, “Darren Gunawardi Lou.”Nama yang disebutkan oleh Max membuat mereka

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 5. Hari Penghakiman

    “Max, memangnya kau mau ke mana?”Paul terlihat memperhatikan Max dari layar ponsel. “Dengan wajah babak belur begitu?”Karena liburan semester genap cukup panjang, ketiga temannya pulang ke rumah. Tak banyak mahasiswa yang tetap berada di asrama selama libur. Mungkin, hanya ada 3-4 orang, termasuk Max.Tara lanjut mengomentari luka lebam di wajahnya. “Kau sudah gila sih! Ngapain juga kau urusi si Darren!”Paul menambahkan, “Aku sudah benar, melarangmu pergi kemarin, Max.”Max hanya diam sambil memasang dasi hitam, berpadanan dengan kemeja polos putih yang sudah mulai kekuningan. Kemarin, Max sudah menyatakan tekadnya untuk datang memenuhi undangan yang diberikan Landy. Dan saat ini, ia tengah mencari pakaian, sesuai dengan dress code yang tertera dalam undangan.Ia masih mengira bahwa acara itu adalah rekayasa Darren dan teman-temannya. ‘Kurasa benar, Darren itu anggota keluarga Lou. Mungkin hari ini keluarganya minta pertanggungjawaban karena sudah meninjunya. Aku nggak mau meliba

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 4. Undangan Mencurigakan

    Spontan Max memutar tubuhnya. “Aku, tuan muda?" Max mengerutkan dahi kemudian mendengus geli. "Anda salah orang, Pak Tua.”Lelaki misterius yang mendatanginya itu memang tua. Ia tersenyum hangat. “Tidak, Tuan muda. Kami tidak salah orang.” Max mencoba keluar dari kejadian yang tak terduga itu. Ia menduga kalau pria tua yang tiba-tiba mendekatinya itu mungkin adalah suruhan Darren. “Tapi saya juga nggak kenal Anda, Pak.”Pria berjas hitam itu terlihat panik. “Astaga! Mohon maaf, Tuan muda. Saking senangnya, saya lupa memperkenalkan diri.”Tiba-tiba ia membungkuk dalam-dalam dan berkata, “Saya Landy. Saya bekerja untuk keluarga Lou.”“Keluarga Lou?”Dahi Max berkerut-kerut, mencoba mengingat di mana ia pernah mendengar nama keluarga itu. Setelah mengingat sesuatu, netra Max langsung membulat sempurna. Keluarga Lou adalah keluarga taipan terpandang. Kaya raya bukan lagi kata yang tepat untuk keluarga tersebut. Karena mereka termasuk golongan mereka yang disebut old money family, yang

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 3. Pria Misterius

    “Sial kau, Darren!” raung Max mencoba memukuli Darren yang terjatuh cukup keras di atas panggung. Tiara terkesiap sambil menutup mulut dengan kedua telapak tangannya. “Max! Hentikan!”Tak tinggal diam, Darren pun menendang perut Max kuat-kuat. “Brengsek!”“Argh!” Max terpental sampai jatuh dari panggung. Tak memberi kesempatan Max untuk bangun, Darren segera menyuruh dua satpam memegangi Max. “Dasar orang miskin sialan!” Darren memaki sambil memukuli wajah dan tubuh Max. “Beraninya kau melukai wajahku!”Darren berhenti ketika Max sudah tak berdaya di atas lantai. Semua orang terkesiap melihat perkelahian itu.Kedua orang tua Tiara yang keluar karena mendengar ribut-ribut pun panik menyaksikan suasana ulang tahun putri mereka yang sudah kacau balau. “Astaga! Darren!” seru Tiara sambil memeluk pacar barunya. Dengan kondisinya yang lebih buruk dari Darren, Max berusaha berdiri lagi. Ia berharap orang tua Tiara yang dulu selalu menyanjung, setidaknya membela dia kali ini.Namun, bet

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 2. Tali Kesabaran Pun Putus

    “Sial! Sepertinya aku terlambat cukup lama. Tiara mungkin sudah tiup lilin duluan!”Karena terlalu memikirkan pembicaraan teman sekamarnya, Max berakhir dengan ocehan dari manajer restoran Wakdomal tadi. Ia membuat kesalahan yang sama saat meracik pesanan burger tanpa sayuran. Dan ocehan 15 menit itu menahannya untuk datang tepat waktu di acara ulang tahun Tiara. Terlebih, membuatnya kehilangan beberapa lembar uang gajinya.Turun dari ojek online, Max langsung berlari masuk dan mendapati tuan putrinya tengah berdiri di atas panggung. Sebuah kue ulang tahun menjulang tinggi di sebelahnya. Ia yakin dekorasi kali ini lebih mahal ketimbang tahun lalu. Seperti bukan pesta ulang tahun.“Astaga! Itu, si Max!” Seseorang berbisik, menarik perhatian yang lain. “Siapa Max?”“Dia pernah pacaran sama Tiara. Katanya sih udah putus.”Wajah mereka berkerut-kerut. Heran dan tak setuju dengan keberadaan Max di acara itu. “Terus kenapa dia dateng?”Max mempercepat langkahnya. Tak peduli dengan tatap

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 1. Pacar Tak Perlu Undangan

    “Max! Tangkap!”Sprei putih terbang menuju wajah pria berambut hitam legam bergaya spike. Maxmillian Tandjaya. Mahasiswa semester 4 jurusan bisnis, Universitas paling bergengsi di Jayakarta bagian Utara. Universitas Lentera Harapan.Hanya orang-orang kelebihan uang, sanggup menyekolahkan anaknya di kampus tersebut. Jauh berbeda dengan kondisi Max saat ini.Cukup banyak yang tahu betapa kaya keluarga Tandjaya. Namun, ketika Max berusia 17 tahun, orang tuanya tiba-tiba menghilang. Bisnis tambang batu bara mereka ditutup karena dianggap menyalahi aturan. Seketika dunianya runtuh.Max beruntung. Ia berhasil diterima di kampus mentereng itu hanya dengan nilai rapor SMA-nya. Max tergolong anak dengan kepandaian di atas rata-rata.Tetap saja, ia masih harus membayar uang kuliah setiap semester. Karena itu, ia bekerja di mana dan apa saja, asal menghasilkan uang. Seperti yang sedang ia kerjakan saat ini. Mencucikan baju atau apapun milik mahasiswa lain. Dengan bayaran sepadan.“Giliran cuc

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status