Home / Urban / Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya / Bab 51. Merekrut Kompetitor

Share

Bab 51. Merekrut Kompetitor

Author: Romero Un
last update Huling Na-update: 2025-06-01 21:45:50

“Tuan Max!”

Landy terlihat khawatir saat Max pulang dengan wajah lesunya. “Apa rapat tidak berjalan baik?”

Max menggeleng. “Semua berjalan mulus. Terlalu mulus malahan.”

Sayang, baginya, penutup rapat tadi meninggalkan rasa pahit yang mengganggu. Karena itulah, ia memutuskan untuk pulang ke mansion Mediteranean.

“Tuan muda.” Landy kembali berkomentar, “Anda sebaiknya tidak memaksakan diri menyamakan persepsi dengan Tuan Henry.”

Max mengangguk paham. Ia seharusnya bertindak layaknya Max seorang mahasiswa.

Seharusnya ia langsung saja membawa Wilbert ke dalam ruang kosong dan menghajarnya. Itu lebih baik ketimbang mempermalukan anak itu di depan umum.

“Duduklah dulu, Tuan Max. Akan saya buatkan susu hangat.”

Landy segera menuju pantri, sementara Max merebahkan diri di atas sofa ruang tamu. Bersamaan dengan itu, Arienna keluar dari kamarnya karena mendengar kericuhan yang ditimbulkan Landy dan Max.

“Max? Kau baru pulang?”

Max menyingkirkan tangannya yang tadi menutupi wajah dan menyapa sa
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 87. Keinginan Menolong Sang Ayah

    1 bulan berlalu sejak semester 7 Max dimulai. Max tengah khawatir karena wajah sang ayah belakangan ini terlihat seperti orang hidup segan mati tak mau.Ia mencoba mencari waktu untuk bertemu dengan Mozart, tetapi ibunya melarang. “Mom, kali aja aku bisa bantu Dad.” Namun, Arienna kembali menggeleng. “Ayahmu ingin mengurus ini sendiri, Max. Kalau dia butuh bantuanmu, pasti akan cari kamu. Kau tahu dia punya pride yang tinggi.”Max merasa kecil menyadari bahwa ia bahkan tak punya kekuasaan untuk menolong ayahnya. “Kalau Dad nyerah pas masalah sudah memuncak, gimana aku harus bantu, Mom?”Arienna terdiam mendengar alasan Max yang masuk akal. “Mom bicarakan dulu sama Dad. Gimana?”Max mengangguk setuju. Lelaki memang paling sulit kalau sudah tersenggol masalah harga diri, walau dengan anak sekalipun. “Aku tunggu di kamar, Mom. Setidaknya, aku punya gambaran masalah apa yang lagi dihadapi Dad.”Arienna mengusap lengan Max penuh syukur. “Iya, Max. Terima kasih, Nak.”Mereka berpisah jal

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 86. Big Boss

    “Res, kalau kau berniat mengganggu di perusahaanku, aku nggak akan tinggal diam.” Max menahan tubuh Areston untuk tidak lanjut masuk ke lift. Areston terdiam. Ia tidak berniat membuat masalah, tetapi ia juga tahu kalau Max takkan percaya. “Bagaimana kalau kau ikut saja ke atas?”Max langsung menggeleng. “Aku ada janji dengan teman-temanku.”Ia mengamati raut wajah Areston dan menilai bahwa pria muda yang menjadi saudara tiri Tania itu terlihat tulus. Bahkan ada kekhawatiran di sana. “Kau menyukai kakak tirimu itu?” tanya Max tak menyaring lagi kata-katanya.Netra Areston terbelalak mendengarnya. “Ngomong apa kau, Max?!”“Well, kau ini kan anak dari Tante Hani dan suami lamanya. Kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi.” Max mengangkat dua bahunya. “Not like I care, Res.” Max menepuk pundak Areston kemudian menambahkan, “Naiklah. Dan jangan buat ulah!”Areston berbalik. Matanya mengikuti punggung Max yang sudah semakin menjauh, meninggalkannya di depan pintu lift. Sementara itu, M

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 85. Maling Teriak Maling

    “Pengkhianat kamu, Tania!” sentak Imam murka. “Sengaja kamu merebut perusahaan ini dari Papa!”Tania mendengus geli mendengarnya. “Ha! Maling teriak maling! Papa lupa siapa pemilik dan siapa perebut?!”“Berani sekali kamu! Kamu—”“Dengar ya, Pa!” sentak Tania tak mau mendengarkan sang ayah. “Saya hanya mengambil lagi apa yang menjadi milik saya. Saya keturunan dari keluarga Drajat. Sebaiknya, Papa juga harus lepas nama keluarga Mama!” Netra Imam pun membulat kaget. Ia tak percaya Tania mengancam dengan hal yang paling ia takutkan dalam hidupnya. Selama ini, Imam hidup bangga dan angkuh dengan nama itu. Nama yang cukup membuat orang mau berinvestasi dengannya. “Nak. Kamu jangan jadi anak kurang ajar sama orang tua.” Imam mencoba mengoreksi kesalahan Tania dengan lembut. Ia jelas tidak mau kehilangan nama Drajat di belakangnya.Namun Tania sudah tidak ingin lagi menganggap Imam sebagai keluarga. Toh, ia masih punya keluarga dari pihak ibu yang selalu mendukungnya tanpa pamrih.“Kalau

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 84. Tamu Tak Diundang

    “Ha! Kau sebaiknya bereskan barang-barangmu!” Imam membelalak ke arah ponsel Max yang tergeletak di meja kemudian beralih menatap Max kesal. Max menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan sedikit cepat. Berusaha untuk tidak menertawakan pria tua itu. Ia sudah tak sabar menonton opera yang diperankan Imam di depan mata. Tak lama kemudian dua orang satpam muncul di depan ruangan. Pintunya memang sengaja tak ditutup oleh Max. Karena itu, Imam bisa tahu kalau Max di sana.“Selamat siang, Pak Imam. Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya satpam tersebut. Awalnya dua satpam itu sudah bersiap untuk menangkap orang yang dimaksud Imam di telepon tadi, yang datang tanpa diundang. Namun, melihat Imam dan Max di sana, mereka jadi kebingungan. Karena menurut mereka, baik Imam maupun Max tidak bisa dianggap tamu tak diundang. Kalaupun benar, yang tak diundang adalah Imam. Dia sudah menjual perusahaan itu pada orang lain.“Kalian tunggu apa lagi?!” sentak Imam. Ia menunjuk tegas ke ara

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 83. Badut Tua

    “Cas! Lihat ini! Max!” Beberapa jam setelah Max selesai bicara dengan Bebby, Jordan kembali menghadap. Kali ini wajahnya sudah terlihat lebih tenang. Mereka sibuk mengecek media sosial dan mendapati Monza menaikkan unggahan perihal keramaian para penikmat game mengenai karakter game yang serupa dengan milik Monza Play.“Mereka baik juga ya mau bikin postingan begini,” ujar Jordan dengan nada lega. Lucas, tentu saja, tidak percaya bahwa unggahan itu adalah inisiatif murni dari pihak kompetitor. Jelas, ia mencurigai Max melakukan sesuatu di belakang mereka. “Well, masalah selesai kan?” Max menaikkan kedua alisnya. “Nggak makan waktu lama.”“Yeah. Case closed, Max.”Dengan adanya unggahan dari Monza, sekaligus menutup hubungan Bebby dengan keluarga itu. Max sudah melayangkan ancamannya, karena jika mereka berani mengganggu Bebby, maka ia tidak akan tinggal diam.“Kalau gitu, aku ada keperluan pribadi. Aku pulang lebih awal, Lucas.” Max pamit. “Siap!”Max segera keluar dari ruangan

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 82. Tuduhan Plagiasi

    “Bos, sudah sampai.”Supir sekaligus ajudan Max yang baru saja ia dapatkan beberapa hari lalu itu berhenti di depan lobi sebuah hotel bernama Mulina Hotel.“Art, kau parkir dan segera nyusul makan di atas.” Max berpesan pada si supir, sebelum turun.“Baik, Bos.”Max dan Henry segera turun, sementara Arthur–sang supir pergi untuk mencari parkiran. Mereka melangkah menuju restoran dengan plang bertuliskan The Caffey.Sudah ada satu staf menunggu di sana untuk mengantar Max menemui orang yang membuat Henry penasaran setengah mati.“Selamat datang, Pak Maxmillian. Silakan lewat sini.” Staf restoran langsung membawa mereka ke area dalam. Max juga sudah membayar meja-meja yang dekat dengannya, agar tidak ada orang asing mendengarkan. “Max! Sudah datang!” seru wanita muda yang ternyata adalah Tristania Drajat. “Tania!” Max menyapa hangat kakak dari mantan kekasihnya itu. “Kenalkan, ini adalah Henry Liam, direktur pelaksana yang kutunjuk untuk mengurus segala sesuatu terkait perusahaan Tem

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status