Beranda / Urban / Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya / Bab 63. Pilihan Calon Istri

Share

Bab 63. Pilihan Calon Istri

Penulis: Romero Un
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-07 21:49:57

Max: Lucas, jadwalku mulai besok, 2 minggu ujian. Setelah itu, aku persiapan skripsi.

“Kirim,” gumam Max sambil menyikat giginya. “Hm. Beres.”

Setelah beberapa bulan di lantai 18, Max sudah terbiasa dengan dua kehidupannya. Sebagai calon penerus yang masih dirahasiakan dan sebagai asisten direktur.

Mungkin tepatnya, tiga kehidupan. Sebagai mahasiswa bangkrut yang setidaknya masih punya uang untuk mentraktir teman-temannya.

Ponsel Max bergetar lagi. Ia menerima pesan balasan dari Lucas bahwa semua sudah di bawah kendali Lucas. Tidak ada yang perlu Max khawatirkan selama ia menjalankan ujian.

Selesai bersiap, Max segera pergi.

Minggu pagi ini, Arienna meminta Max untuk pulang. Karena kesibukan barunya sebagai asisten direktur, ia memilih untuk tinggal di Valdrya Residence. Dengan alasan jarak yang lebih dekat dengan kantor.

Sekarang, karena sedang ujian, ia memilih tinggal di mansion yang dekat dengan kampusnya.

“Mom. Kau mau titip apa nggak?” tanya Max lewat sambungan telepon.

Ia menut
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 82. Tuduhan Plagiasi

    “Bos, sudah sampai.”Supir sekaligus ajudan Max yang baru saja ia dapatkan beberapa hari lalu itu berhenti di depan lobi sebuah hotel bernama Mulina Hotel.“Art, kau parkir dan segera nyusul makan di atas.” Max berpesan pada si supir, sebelum turun.“Baik, Bos.”Max dan Henry segera turun, sementara Arthur–sang supir pergi untuk mencari parkiran. Mereka melangkah menuju restoran dengan plang bertuliskan The Caffey.Sudah ada satu staf menunggu di sana untuk mengantar Max menemui orang yang membuat Henry penasaran setengah mati.“Selamat datang, Pak Maxmillian. Silakan lewat sini.” Staf restoran langsung membawa mereka ke area dalam. Max juga sudah membayar meja-meja yang dekat dengannya, agar tidak ada orang asing mendengarkan. “Max! Sudah datang!” seru wanita muda yang ternyata adalah Tristania Drajat. “Tania!” Max menyapa hangat kakak dari mantan kekasihnya itu. “Kenalkan, ini adalah Henry Liam, direktur pelaksana yang kutunjuk untuk mengurus segala sesuatu terkait perusahaan Tem

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 81. CEO Yang Sebenarnya

    “Pak Henry, saya nggak berharap perusahaan saya ini akan diambil alih oleh perorangan.” Imam Drajat melihat sebelah mata pada kedatangan Henry. Setelah sepakat, Max dan Lucas memilih Henry yang sudah pernah menjadi pemilik sebuah badan usaha, walau mengalami kegagalan. Dari sana, ia banyak belajar dan bisa menerapkannya di perusahaan yang akan diakuisisi Max.“Apa ada hukum yang melarangnya, Pak Imam? Saya rasa, selama kami bisa mengeluarkan dana, perorangan atau badan hukum tidak ada masalah.” Henry terlihat cukup tenang. Ia sudah melatih cara bicara, seolah dialah yang memiliki seluruh uang yang ada di dalam rekening bank Max.Imam terlihat bimbang. Jelas, ada ketakutan kalau orang yang ada di hadapannya itu sedang berusaha menipunya. Melihat Imam tak kunjung melanjutkan percakapan, Henry pun membuka pertanyaan, “Apa yang mengganjal, Pak Imam? Apa ada ketakutan tertentu?”“Mohon maaf, Pak Henry. Jujur saja, untuk membayangkan perorangan membeli saham sejumlah itu, saya tidak perc

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 80. Baju Tempur Baru

    “Dad, Mom, apa kalian ada waktu sebentar?” Max melongokkan kepalanya ke dalam ruang kerja sang ayah.Sang ibu ada di sana untuk mengatur jadwal Mozart. Sejak dulu, Arienna sudah berperan sebagai sekretaris utamanya, yang bekerja dari rumah.Malam itu Max memutuskan untuk langsung memberitahu keluarganya terkait rencana mengakuisisi PT TembokTinggi.“Max! Kau baru pulang kerja, Nak?” sapa Mozart dengan riang. Ia segera meninggalkan meja kerjanya dan membawa Max ke sofa yang lebih santai. “Bagaimana harimu?”Max tersenyum singkat dan menceritakan beberapa hal yang penting. Termasuk rencana akuisisinya.Arienna tetap terlihat tidak setuju. “Max, Mom nggak yakin ini jalan baik.”“Ini benar-benar tidak sengaja, Mom.” Max menjelaskan lagi.“Pertama, Areston datang dan meminta bantuan. Itu pun aku nggak menggubrisnya. Lalu, beberapa hari lalu aku mendapat kabar bahwa mereka dinyatakan bangkrut.”Mozart menepuk tangan sang istri pelan dan berkata, “Kurasa ini baik, Sayang. Dengan Max mengambi

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 79. The Best of The Best

    Max mengerutkan dahi, mendengar namanya disebut oleh orang yang tak dikenal. “Siapa orang itu?”Namun, alih-alih menghampiri, Max membiarkan sang sekretaris mengatur sesuai prosedur. Karena ia tidak bisa membiarkan orang lain masuk ke ruangannya.Setelah beberapa saat, telepon meja di ruangan Max berdering singkat. Ia menekan tombol speaker, agar tidak perlu mengangkat gagangnya. “Ya, Al?”“Tuan Max, Pak Anthony memaksa untuk bertemu. Dia tahu bapak sebagai asisten direktur.” Aletha menjelaskan. “Katanya dia mau bicara soal game.”“Game?” Max mengernyitkan keningnya. “Di ruangan mana? Saya ke sana.”“Di ruang ‘Tulip’, Pak.”Max mematikan sambungan telepon itu dan segera beranjak menuju ruang rapat yang disebutkan. Letaknya ada di ujung lorong setelah Max berbelok ke kanan.Baru saja ia masuk dan berencana menyapa dengan sopan, tetapi Anthony langsung menghampirinya. Pria paruh baya itu berceloteh panjang lebar soal game milik Max. Game tersebut memang cukup sukses, dinilai dari si pem

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 78. Anak Buah Paling Bisa Diandalkan

    “Aku?”Max menatap Areston seolah memastikan ‘apa kau nggak salah sasaran minta tolong padaku?’“Kau mau aku menolong orang yang sudah menginjak-injak keberadaanku?” tanya Max dramatis. “Aku bahkan tak yakin, kalau saat itu kamu ada di sana, apa kamu akan memihakku atau bertingkah seperti mereka.”Areston membuka mulutnya, tetapi ia tak tahu apa yang harus dikatakan. Setelah tahu bisnis keluarganya kesulitan, ia langsung terbang kembali ke Asia. Sampai di Djayakarta, ia malah mendapati cerita bahwa Max bekerja di perusahaan besar.Yang membuatnya kalap adalah kenyataan bahwa Max seolah menutup mata atas kesusahan calon mertuanya di saat ia bergelimang uang. Areston tidak tahu menahu soal kejadian di acara ulang tahun sang adik.“Max ... demi pertemanan—“Max mengangkat telapak tangannya ke arah Areston, meminta untuk tidak melanjutkan ucapan tak bertanggung jawab itu. “Bahkan keluargamu saja tidak memandangku. Tidak memikirkan demi semua bantuan yang pernah kuberikan selama ini. Merek

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 77. Kakak Ipar

    Tok! Tok!Max mengerutkan dahi. Kepalanya terangkat, teralih dari kertas-kertas di atas meja kerjanya.5 hari sudah berlalu sejak rapat pertama Max dengan kehadiran Bebby di departemen kreatif desain. Menurut laporan dari Jordan, Bebby terlihat bersemangat mengerjakan proyeknya bersama Anthony.Namun hari ini, ia merasa tidak punya rapat dengan siapapun. Jadi, ia mencoba menebak siapa yang datang ke ruangannya. Antara Lucas atau Aletha.“Ya?!”Seruan Max menjadi tanda bahwa si pengetuk pintu diperbolehkan masuk. Ternyata tamunya hanyalah sang sekretaris. Aletha.“Apa ada masalah, Al?” tanya Max heran.Ia ingat kalau tadi ia minta agar tidak ada yang mengganggunya. Kalau Aletha sampai memaksa bertemu, jelas ada masalah penting yang perlu campur tangan Max.“Tuan Max.” Nada mengadu terdengar dari panggilan yang dilontarkan Aletha. “Ada seorang pria memaksa untuk bertemu. Dia membuat keributan di lobi, karena saya menolaknya.”Dahi Max berkerut semakin dalam. Ia mencoba menganalisa masal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status