“Rose! Apa kau mendengarku?” Liam berteriak. Sesaat setelah pintu terbuka, asap langsung mengudara ke halaman. Membuat api berkobar kian parah di lantai dasar.Liam menyipitkan mata di tengah kabut asap yang mencuri setengah penglihatannya. Salah satu tangannya menutup bagian mulut dan hidungnya. Liam masuk lebih jauh sambil menghindari bagian yang sudah terbakar.“Rose! Apa kau ada di dalam?” Liam berteriak sekali lagi dengan matanya yang terus sibuk mencari-cari Rosalie.Gadis itu tidak ada di lantai dasar. Membawa Liam segera bergerak ke arah anak tangga. Gelombang panas keseluruhan lantai dasar membuat pegangan pada bagian anak tangga terasa sangat panas. Sekali lagi hal itu membuat tangan Liam terluka.Tapi pria itu terus bergerak. Tidak ragu sama sekali. Liam tidak tahu entah Rosalie ada di dalam atau tidak. Bisa saja itu hanya jebakan yang ingin membunuhnya.Lebih parah lagi, bisa saja itu terjadi karena arus listrik dan masuknya dirinya ke dalam rumah hanya mengantarkannya kep
“Ahh, harusnya aku bisa bersikap lebih halus.” Liam bergumam pada dirinya sendiri sambil menyadarkan tubuhnya ke kursi mobil.Dasi yang melingkar di lehernya ditarik oleh Liam sampai nyaris terlepas. Liam mematikan mesin mobil dan langsung keluar. Berpikir akan segera berbicara dengan Rosalie untuk apa yang terjadi. Mungkin saja suasana gadis itu sudah membaik sekarang.Suasana rumah sudah sepi saat itu karena dirinya pulang lebih malam dari biasanya. Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan olehnya.Liam pergi ke arah tangga dan naik ke lantai dua. Ia pergi ke kamarnya terlebih dahulu dan melepaskan jasnya. Melemparkan dasinya sembarangan.Liam tidak bisa menunggu sampai pagi dan memutuskan untuk pergi ke kamar Rosalie. Ia mengetuk pintunya beberapa kali. “Rose!” Sambil memanggil pelan.Tidak ada apa pun yang menyambutnya dari dalam. Entah sahutan atau suara langkah kaki.“Rose!” Liam memanggil lagi sambil terus mengetuk pintu. Apa gadis itu sudah tidur?Tangannya sudah terangkat in
“Rose!” Liam memanggil sambil melangkah cepat, mengejar Rosalie yang sudah mulai menjauh dari ruang kerja Greyson.Gadis itu tidak mengindahkan panggilannya sama sekali. Membuat Liam memanggil sekali lagi.“Rose!” Liam sedikit berteriak.Untuk sesaat Rosalie menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Melihat Liam yang mengejarnya. Tapi Rosalie hanya mengembuskan napas dan meneruskan langkahnya untuk kembali ke ruang kerjanya.Ketika sudah sampai di ruang kerjanya, Rosalie menuju meja. Mencari ponsel dan beberapa barang yang perlu dibawa olehnya. Liam datang dan segera menutup pintu. Tidak akan membiarkan pembicaraan itu didengar siapa pun di kantor.“Kenapa kau terus lari saat aku memanggilmu?” Liam bertanya“Karena aku sedang tidak ingin berbicara dengan siapa pun, Liam.” Rosalie menjawabnya enggan.“Kau tidak bisa begini. Ingin pergi ke mana?” Liam mengikuti gerakan Rosalie yang seperti mencari-cari sesuatu. Gadis itu pergi ke arah sofa dan menemukan ponselnya di atas meja. La
Perlu Rosalie sebutkan bahwa itu adalah pertama kalinya dirinya melihat kemarahan ayah kandungnya setelah dirinya mengenal pria itu. Kemarahan itu belum pecah, tapi ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa pria itu sedang menahannya mati-matian.Di matanya, ayahnya mungkin terkesan tegas, tapi Rosalie selalu bisa melihat kelembutan pada wajahnya. Pada bagaimana pria itu berbicara dengannya, atau menganggap Liam yang merupakan anak angkatnya. Ayahnya tidak pernah membeda-bedakan antara dirinya dan Liam.Tapi sekali lagi Rosalie dibuat tertampar dengan satu kenyataan. Tidak peduli meski di dalam tubuhnya mengalir darah ayahnya, pada akhirnya dirinya dan pria itu masihlah orang asing.Fakta itu belum berubah sampai sekarang. Kemarahan yang diperlihatkan oleh ayahnya memberitahu Rosalie betapa dirinya tidak mengenal keseluruhan watak pria itu.Untuk mencairkan suasana, yang dilakukan Rosalie adalah menarik senyum tipis. Memandangi ayahnya di seberangnya penuh kelembutan.“Kenapa kau terlihat s
Sebagai pemegang kuasa tertinggi di Syl Hampton, Greyson selalu mengawasi setiap tindakan di perusahaan. Terutama kalau itu hal-hal besar.Dengan perusahaan mana saja Syl Hampton menjalin kerjasama, apakah perusahaannya memiliki klien terbaru atau tidak, dan apakah kolega perusahaannya bertambah atau tidak. Hal-hal semacam itu. Greyson selalu mengawasinya.Hari itu saat asistennya membawakan banyak berkas yang berhubungan dengan perusahaan selama dirinya dirawat di rumah sakit, Greyson dibuat terpaku pada satu nama di dalam sebuah berkas kerjasama.Di sana tertulis bahwa Syl Hampton bekerja sama dengan sebuah perusahaan melalui kolaborasi bisnis, dan perusahaan mitra itu adalah Bixton Company. Satu-satunya perusahaan yang menjadi daftar hitam Greyson.Sejak lama, Greyson sudah memutuskan untuk tidak bekerja sama dengan perusahaan Brixton Company, karena permasalahan di masa lalu. Tapi sekarang Greyson malah mendapat ada orang di perusahaannya yang menjalin kerjasama dengan perusahaan
“Pak, Anda memiliki tamu di bawah. Orang itu tidak memiliki janji dan saya memintanya menunggu terlebih dahulu untuk mengkonfirmasi apakah Anda bersedia menemuinya atau tidak.”Sekretaris pribadi Benjamin berbicara setelah membuka pintu ruang kerja Benjamin.“Siapa?” Benjamin mengerutkan dahi sambil menghisap pipa tembakau di tangan kanannya.“Pak Gilbert. CEO dari anak perusahaan Syl Hampton.”Suara tawa liar segera memenuhi ruangan. Benjamin menyandarkan tubuhnya, menemukan suasana hatinya berubah sangat baik. Lucu sekali mendapatkan hiburan di pagi itu.Benjamin menyimpulkan Gilbert pasti membutuhkan bantuannya tentang sesuatu sampai datang langsung ke kantornya tanpa menghubungi terlebih dahulu. Apa dia mengalami masalah?“Pria itu masih saja tidak tahu malu.” Benjamin berkomentar sinis.“Jadi apa Anda ingin menemuinya? Atau saya harus meminta petugas resepsionis untuk mengusirnya pergi saja?”“Tidak perlu.” Suara Benjamin terdengar halus. “Dia sudah datang jauh-jauh ke kantorku.