Home / Romansa / Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa / 8 - Ancaman Dari Masa Lalu

Share

8 - Ancaman Dari Masa Lalu

Author: Paus
last update Last Updated: 2025-08-28 13:58:10

Perasaan itu adalah jenis perasaan yang sama yang pernah Rosalie temui. Bukan hal yang baru, tapi tetap terasa asing. Plafon ruangan yang begitu bersih, sekelilingnya yang terasa sepi, serta senyap yang begitu mencekik.

Rosalie akhirnya sadar berjam-jam setelah operasi. Tubuhnya terasa kaku di atas ranjang. Ingatan mengerikan dari berbulan-bulan lamanya sendirian, kesepian di rumah sakit tanpa ada yang menjenguknya menghantuinya.

Kedua matanya begitu saja terasa basah. Teriakan tertahan di tenggorokannya.

Sampai akhirnya sebuah langkah menyapa telinga Rosalie. Suara kecil itu menjadi irama yang menyenangkan untuknya. Ada seseorang di sana!

Lalu….

“Apa kau sudah sadar?” Sebuah suara yang masih terasa asing pun menyapa. Membuat Rosalie mengalihkan matanya ke sumber suara.

Liam di sana. Berdiri di tepi ranjang.

“K-kau—” Suara Rosalie tercekat. Terdengar serak. Tapi pandangannya melihat semakin jelas. Wajah itu begitu dekat dengannya. Terlihat cemas.

“Tidak perlu berbicara dulu. Tunggulah di sini sebentar. Aku akan memanggil dokter.”

Wajah itu kemudian menjauh. Diiringi dengan suara langkah kaki terburu-buru. Yang didengar oleh Rosalie setelahnya adalah sebuah teriakan. Langkah-langkah lain muncul hanya berselang sepersekian detik.

Rosalie dengan cepat dikerumuni oleh orang berpakaian serupa. Salah satunya memastikan keadaannya, lainnya mengikuti perintah dari dokter. Melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap Rosalie.

“Gejala seperti nyeri punggung, pinggul, kelelahan atau nyeri otot, itu sebenarnya hal yang wajar. Hanya efek samping setelah pendonoran sumsum tulang belakang. Tapi sejauh ini, tidak ada komplikasi. Meski begitu, kami akan terus melakukan pengawasan secara penuh untuk memastikan pasien bisa pulih sepenuhnya.”

Dokter tersebut berbicara panjang lebar. Menjelaskannya sambil sesekali bergantian menatap Rosalie dan Liam.

"Terima kasih, Dok. Saya percayakan perawatan yang terbaik sampai pasien pulih tanpa gangguan apa pun setelah keluar dari rumah sakit.” Liam berpesan serius.

“Tentu.” Dokter itu menganggukan kepalanya sopan kemudian pamit pergi meninggalkan ruangan. Membawa ramai yang sempat hadir dan meninggalkan keheningan yang langsung menggantung di antara Rosalie dan Liam.

“Bagaimana keadaanmu? Apa kau membutuhkan sesuatu?” Liam bertanya saat mendekati ranjang Rosalie lagi.

Gadis itu menatapnya. Ingin berbicara, tapi hanya suara serak tertahan yang keluar dari mulutnya. Liam akhirnya meraih gelas yang ada di atas nakas. Dia membantu Rosalie untuk menyesap minuman itu menggunakan sedotan.

“Bagaimana operasinya?” Rosalie langsung bertanya. Wajahnya nampak khawatir.

“Apakah semuanya berjalan lancar? Apa operasinya berhasil? Apakah sumsum tulang belakangku bisa diterima oleh tubuh ayahmu? Apa ayahmu baik-baik saja?” Dan rentetan pertanyaan itu pun terdengar.

Liam mengembuskan napas panjang. Daripada memikirkan dirinya sendiri, Rosalie malah bertanya mengenai keadaan ayahnya terlebih dahulu. Seperti itu adalah hal penting pertama yang harus dipastikan, dibandingkan kesehatannya sendiri.

Tapi bisa-bisanya gadis hangat dan selembut itu justru dikhianati oleh orang-orang tercintanya. Liam tidak habis pikir bagaimana wanita itu bisa bertahan sejauh ini.

“Tenanglah.” Liam memberi instruksi lewat tangannya agar Rosalie tidak perlu cemas.

“Operasinya berjalan lancar dan sumsum tulang belakangmu cocok untuk ayahku.” Hanya satu kalimat dan Rosalie langsung terlihat sangat lega. Setidaknya satu pengorbanan yang dilakukan olehnya bermanfaat untuk orang lain.

“Walaupun masih perlu pemantauan panjang setelah ini, tapi setidaknya aku bisa memberitahumu bahwa langkah yang kau ambil tidak sia-sia.”

“Aku benar-benar senang mendengarnya. Kuharap ayahmu lekas pulih setelah ini.” Rosalie menarik senyum tipis.

"Ya, aku harap juga begitu. Kau juga," balas Liam turut menarik senyum tipis. “Kalau begitu beristirahatlah. Aku akan meninggalkanmu untuk saat ini.”

Liam pamit undur diri dari sana. Dia memutar tubuhnya dan melangkah menuju pintu. Saat pintu sudah berayun terbuka dan Liam hampir melangkah melewati pintu tersebut, Rosalie berbicara lagi.

“Omong-omong, apa sejak tadi kau berada di sini? Sebelum aku sadar.” Rosalie memandangi Liam agak penasaran.

Rasanya aneh melihat pria itu ada di sana. Menjadi orang pertama yang dilihat olehnya. Padahal saat dirinya bangun dari koma, tidak ada siapa pun yang dilihat olehnya.

Bahkan hanya ada rasa kesepian setelahnya. Cukup lama.

“Ya.” Dan itulah jawaban yang diterima oleh Rosalie dari Liam.

“Oh… terima kasih. Aku benar-benar sangat lega. Bangun sendirian tanpa ada orang lain itu sangat menakutkan.”

Tatap itu. Liam bisa melihatnya. Luka mendalam yang berusaha ditutupi. Tidak sempurna tentu saja, karena pancaran sendu di matanya terlihat terlalu jelas.

“Aku hanya perlu memastikan bahwa semuanya baik-baik saja, jadi aku menunggumu. Baguslah kalau itu membuatmu merasa lebih baik.”

Rosalie langsung merasakan hangat memenuhi dadanya. Matanya terasa basah saking menyenangkannya kalimat itu terdengar di telinga.

Ya, itu sangat melegakan. Hanya saja Rosalie tidak mengerti kenapa Liam yang orang asing mau melakukan hal itu untuknya?

Rosalie terharu dibuatnya.

“Seharusnya aku menemukanmu sejak lama. Membawamu keluar dari tempat terkutuk itu lebih awal,” kata Liam pelan. Langsung menghilang di balik pintu yang tertutup.

Dan Rosalie hanya diliputi kebingungan setelahnya.

Sama seperti sebelum operasi tadi, Liam mengatakan hal yang tidak dia mengerti. Apa maksud ucapan itu?

***

Setelah pergi dari ruangan Rosalie, Liam langsung menuju ruangan ayahnya. Karena keadaan ayahnya sudah memburuk sejak lama, pria tua itu belum sadar. Prosesnya jauh lebih lambat sebagai penerima donor.

Langkahnya berat. Liam mengembuskan napas panjang di samping ranjang ayahnya. Rasanya sudah beratus kali melihat wajah itu nampak semakin kurus.

“Aku berjanji semuanya akan berakhir di sini.” Liam berbicara sambil meraih satu tangan ayahnya. Menggenggam jemarinya erat.

“Semuanya akan membaik. Kau akan keluar dari rumah sakit, dan … kau juga akan segera bertemu dengan orang yang sudah hilang dari hidupmu sejak lama.”

Meski harus melawan satu dunia sekalipun, Liam hanya akan memastikan semuanya kembali ke asalnya. Ke tempat seharusnya.

***

Sementara jauh di sisi lain, kediaman Syl Hampton penuh dengan ketegangan hanya karena satu panggilan dari rumah sakit tempat Tuan Besar dirawat.

“Kakak!” Seorang pria berjalan cepat ke arah wanita setengah baya yang tengah menyeruput teh di ruang tengah.

“Aku menerima kabar dari anak buahku. Operasi Tuan Besar berhasil. Donor sumsum tulang belakang itu cocok dengan genetik Tuan Besar.”

Wanita setengah baya itu membelalak. Dia berdiri dari posisi duduknya. Begitu juga putrinya yang berada di seberang.

“Bagaimana bisa?! Sulit menemukan sumsum tulang belakang yang cocok secara genetik.” Ia memandangi putranya setengah percaya.

“Aku juga tidak tahu! Atau jangan-jangan—”

Lalu … hening.

Tiga orang itu saling pandang. Seperti tahu akan sesuatu.

“Hubungi suamiku. Kita akan ke rumah sakit sekarang juga.” Wanita itu terlihat sangat panik. Merasa terancam.

“Ini sangat gawat! Kita harus mencegah semua ini sebelum Tuan Besar bangun!”

Mereka semua bergegas ke arah yang sama. Ketegangan dan kecemasan mewarnai wajah mereka.

“Kita semua akan hancur kalau sesuatu dari masa lalu itu muncul ke permukaan!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    139 - Aku Milikmu dan Kau Milikku

    Halaman belakang kediaman Syl Hampton disulap menjadi lokasi pesta pernikahan. Karpet berbulu berwarna hijau di halaman penuh dengan kursi-kursi berkain putih yang berjajar sangat rapi. Sudah diisi penuh dengan para tamu undangan.Karpet berwarna putih terhampar di antara barisan kursi yang membelah menjadi dua bagian. Menuju tempat pelaminan.Saat semua orang menanti-nanti mempelai wanita yang akan datang, jauh di dalam rumah Rosalie dibuat kelimpungan untuk menangani perasaan gugupnya sendiri.Penampilannya jauh berbeda dari yang biasanya. Gaun putih dengan bagian belakang menjuntai panjang terpasang sempurna di tubuh Rosalie yang molek.Satu ketukan terdengar dari arah pintu dan Rosalie langsung mengalihkan pandangan. Menemukan ayahnya berdiri di tengah ambang pintu yang terbuka. Pria itu tersenyum dan langsung masuk ke dalam“Kau terlihat gugup sekali.” Greyson mengusap bagian anak rambut di sisi wajah Rosalie. Melakukannya hati-hati agar tidak menyentuh kulit wajahnya. Greyson ti

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    138 - Damai

    Duduk berhadap-hadapan dengan Chelsea di satu ruangan yang sama, Rosalie tidak pernah sekalipun menduganya bahwa rasanya akan begitu tidak menyenangkan. Entah bagaimana wajah yang dulu pernah melihatnya dengan sorot ceria, sekarang memandangnya penuh rasa benci. Tidak ada apa pun yang tersisa dalam tatapan Chelsea selain kebencian. Seakan dirinya sudah mengambil setiap hal berharga dalam hidup Chelsea. Merenggutnya tak bersisa darinya.Rosalie menarik senyum dan bertanya. “Bagaimana kabarmu?” Bukan untuk basa-basi, tapi betulan dirinya ingin tahu mengenai kabar tentang Chelsea.“Menurutmu apalagi yang bisa kau harapkan? Apa kau pikir aku bisa berpesta ria di dalam sini? Apa menurutmu aku bisa memasang wajah bahagia saat di dalam sini? Kau pikir ada hal yang menyenangkan tentang tinggal di penjara?”Tidak tentu saja. Rosalia sedikit banyak bisa membayangkannya. Tempat tidur tanpa kasur empuk, makanan yang dijatah, bahkan ada banyak perseteruan yang tidak diketahui olehnya.Tidak ada s

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    137 - Doa Dari Masa Lalu

    Rosalie baru tahu bahwa pernikahan ternyata akan serumit itu. Dirinya pernah menikah tentu saja, tapi tidak pernah memikirkan keseluruhan pernikahan sama sekali.Saat menikah dengan mantan suaminya dulu, Rosalie tidak melakukan apa pun. Semuanya diatur oleh Alex dan ibunya. Mulai dari konsep acara, konsep undangan, gaun pengantin, tempat dan sebagainya. Ibu Alex tidak membiarkannya untuk membantu karena khawatir seleranya jauh di bawah mereka.Dirinya hanya perlu menerima bersih. Itu nyaman-nyaman saja meski belakangan baru diketahui olehnya rasanya tidak memuaskan menikah dengan konsep yang tidak sesuai dengan kemauannya.Tapi sekarang rasanya jauh lebih rumit. Barisan gaun pengantin yang sedang dilihatnya di sebuah tablet benar-benar cantik. Rosalie tidak bisa memilihnya. Sejak tadi dirinya hanya terus menggulir layar ke kanan. Menggulirnya lagi ke kiri hanya untuk memastikan bahwa gaun sebelumnya sepertinya terlihat jauh lebih baik daripada gaun di gambar yang selanjutnya.Benar-be

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    136 - Maukah Kau Menikah Denganku?

    Bab 136Rosalie memperhatikan seorang wanita yang berdiri di hadapannya. Diam tidak bergerak. Wanita itu mengenakan gaun satin selutut berwarna putih tulang.Kaki jenjangnya dilapisi dengan high heels berwarna serupa. Rambutnya di gerai bebas. Dengan kepangan halus di kanan dan kiri. Terikat di bagian belakang. Wanita itu adalah pantulan dirinya di cermin.Rosalie tidak tahu sudah berapa kali dirinya memperhatikan cermin hanya untuk memastikan penampilannya tidak buruk.“Kau sudah sangat cantik.” Suara itu pun menginterupsi kegiatan kecilnya.Rosalie berjengit sambil menoleh ke arah pintu. Menemukan ayahnya berdiri dengan kedua tangan menyilang.“Pria-mu sudah menunggu di luar. Kapan kau akan menemuinya?”“Liam sudah datang?” Rosalie melotot. Buru-buru pergi ke arah kasur untuk menyambar tas selempangnya beserta ponsel.“Itu karena kau terlalu fokus memperhatikan dirimu sendiri, sampai tidak menyadari suara mobil Liam. Apa yang perlu dilihat lagi saat kau sudah secantik ini?”“Ayah, b

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    135 - Aku Menginginkan Dirimu, Rose

    “Jadi ini alasan Anda tidak makan siang dengan Nona Rosalie hari ini?” Owen berbicara kepada Liam yang berdiri di sampingnya.Pria itu sedang berdiri di depan sebuah etalase besar yang keseluruhannya terbuat dari kaca. Matanya nampak fokus melihat benda-benda kecil yang ada di dalamnya. Sebuah perhiasan.Owen hanya menahan senyuman geli melihat tingkah atasannya itu. Ternyata dia bisa merencanakan sebuah kejutan juga.“Jangan beritahukan hal ini kepada Rosalie,” kata Liam kemudian memandang Owen sekilas.“Tentu, Pak.” Owen menjawabnya dengan senyum meyakinkan. Turut senang juga dengan keputusan yang diambil oleh atasannya itu. Kalau dia sekarang ada di toko perhiasan, sedang memilih cincin, berarti sudah jelas apa yang akan dilakukannya untuk Rosalie.Tapi Owen tidak tahu bahwa sebenarnya Liam pun tidak terlalu yakin. Atau lebih tepatnya bisa dibilang dirinya sudah yakin, tapi belum bisa memastikan semuanya berjalan dengan baik atau tidak.Liam mau-mau saja menikah dengan Rosalie. Bi

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    134 - Kalian Harus Memberiku Cucu!

    Hari-hari berikutnya tidak lagi ada mendung. Hanya ada hari cerah. Sama seperti Rosalie dan Liam. Tidak lagi bermuram durja dan hanya terus mencari kebahagiaan.Pekerjaan berlalu seperti biasanya. Mereka bersikap profesional saat di kantor. Kecuali setelah di luar, keduanya menjadi jauh lebih hangat satu sama lain dan memperhatikan lebih dekat lagi.Akhir pekan menjadi waktu-waktu menyenangkan. Mereka melakukan beberapa hal normal yang dilakukan pasangan kebanyakan. Piknik, kadang Liam menemani Rosalie berbelanja kebutuhannya sendiri dengan Liam yang ekstra sabar, kadang mereka hanya menonton film. Di rumah Liam. Jauh lebih menyukai keintiman seperti itu.“Seolah-olah ada pelangi saja di atas kepala kalian berdua.” Dan itu adalah komentar pertama yang mereka dengar dari Greyson tentang kelengketan mereka berdua.Pria itu geleng-geleng kepala melihat dua sejoli itu. Terlihat sangat bahagia. Bukan dirinya tidak menyukainya, justru sebaliknya, tapi mereka ... benar-benar lengket.“Ayah,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status