Home / Historical / Bara Dendam Sang Prabu Boko / Bab 80: Kekalahan, Anak, dan Ancaman Kematian

Share

Bab 80: Kekalahan, Anak, dan Ancaman Kematian

Author: Alexa Ayang
last update Last Updated: 2025-10-30 22:29:53

Pertarungan yang membekukan itu, antara Tumenggung Gagak Rukma melawan Mpu Kumbayoni dan Wiyuhmega, memang berlangsung singkat, namun begitu brutal. Nyala api perlawanan dari Kubu Walaing, yang dibawa oleh Mpu Kumbayoni dan Wiyuhmega, ternyata tak sanggup menandingi dinginnya amarah dan kesaktian yang dikuasai oleh Rukma. Rasa sakit akibat pengkhianatan yang membusuk dalam jiwanya telah mengubahnya menjadi lawan yang mematikan, yang setiap ayunan pedangnya diisi dengan kekosongan pahit. Tatapan kosong, tetapi pedang menusuk, seperti jiwa yang kehilangan pegangan.

Mpu Kumbayoni, meski telah mengerahkan segala daya dan upayanya, tidak mampu menghadapi badai pedang dan jurus Rukma yang begitu brutal, melambangkan dendam yang tak tertahankan. Pedang hitam Rukma melesat dengan kecepatan gila.

Sebuah pukulan telak menghantam Gusti Kumbayoni. Ia tak berdaya menahan serangan tersebut. Tubuhnya ambruk. Dengan nafas yang sesak, ia tersungkur dan terluka parah. Melihat pemimpin mereka tumbang,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bara Dendam Sang Prabu Boko   Bab 80: Kekalahan, Anak, dan Ancaman Kematian

    Pertarungan yang membekukan itu, antara Tumenggung Gagak Rukma melawan Mpu Kumbayoni dan Wiyuhmega, memang berlangsung singkat, namun begitu brutal. Nyala api perlawanan dari Kubu Walaing, yang dibawa oleh Mpu Kumbayoni dan Wiyuhmega, ternyata tak sanggup menandingi dinginnya amarah dan kesaktian yang dikuasai oleh Rukma. Rasa sakit akibat pengkhianatan yang membusuk dalam jiwanya telah mengubahnya menjadi lawan yang mematikan, yang setiap ayunan pedangnya diisi dengan kekosongan pahit. Tatapan kosong, tetapi pedang menusuk, seperti jiwa yang kehilangan pegangan.Mpu Kumbayoni, meski telah mengerahkan segala daya dan upayanya, tidak mampu menghadapi badai pedang dan jurus Rukma yang begitu brutal, melambangkan dendam yang tak tertahankan. Pedang hitam Rukma melesat dengan kecepatan gila.Sebuah pukulan telak menghantam Gusti Kumbayoni. Ia tak berdaya menahan serangan tersebut. Tubuhnya ambruk. Dengan nafas yang sesak, ia tersungkur dan terluka parah. Melihat pemimpin mereka tumbang,

  • Bara Dendam Sang Prabu Boko   Bab 79 Pertarungan Para Panglima dan Pengkhianatan Balas Dendam

    Api murka membakar medan laga. Mpu Kumbayoni, diapit oleh kekuatan tak terbantahkan dari Laturana, Megarana, dan Wiyuhmega, melesat bagai badai neraka menuju jantung Keraton Medang. Tujuan mereka terpahat jelas dalam benak, tak tergoyahkan oleh jerit prajurit atau raungan pertempuran yang meluluhlantakkan pelataran: penjara kerajaan, tempat Gusti Rahagi dan Diajeng Srigunting disekap. Setiap ayunan lengan mereka memercikkan bara yang melumat barikade pertahanan Medang. Elemen api yang dikuasai mereka membakar semangat sekaligus pertahanan lawan, mengubah jalan menuju kompleks tahanan menjadi lorong kehancuran. Prajurit Medang, yang semula teguh, kini terseret arus panik, kocar-kacir menghadapi serangan elemental yang mematikan.Namun, amuk dahsyat mereka tak berlanjut tanpa hambatan. Tepat di ambang gerbang kokoh yang memisahkan dunia luar dari labirin penjara, sebuah bayangan kokoh muncul. Itu adalah sosok tegap Panglima Kavaleri Medang, Cangak Sabrang, berdiri dengan keberanian memb

  • Bara Dendam Sang Prabu Boko   Bab 78: Darah di Pesta Pernikahan Poh Pitu

    Malam menyelimuti bumi ketika Gusti Mpu Kumbayoni dan Gandara Raja memimpin pasukan inti Watak Wasa Mandala bergerak tanpa suara. Langkah mereka sigap dan terkoordinasi, menembus lebatnya vegetasi menuju pusat Keraton Medang di Poh Pitu. Hati Mpu Kumbayoni membara oleh murka tak terbendung atas pengkhianatan Mayang Salewang yang telah melukai harga diri Wasa Mandala dan Walaing. Di sisinya, Gandara Raja berjalan dengan tekad bulat, pedoman hatinya adalah pembebasan Mpu Rahagi dan Srigunting, dua sosok yang tak sepatutnya tunduk di bawah kuasa penipu daya. Keheningan pekat malam menjadi saksi atas langkah-langkah berat para pejuang yang membawa serta ancaman badai.Sementara itu, di dalam Keraton Poh Pitu, pesta pernikahan Mahamentri I Halu mencapai puncaknya. Kemeriahan yang berlebihan itu, ditunjang oleh aliran tuak dan arak yang tak henti, mulai mengikis kewaspadaan. Para Panglima dan Tumenggung Medang terbuai dalam gelombang kemabukan. Panglima Besar Kunara Sancaka terhuyung, akhi

  • Bara Dendam Sang Prabu Boko   Bab 77: Kemilau Pesta di Poh Pitu dan Ujian Kesabaran Rukma

    Pelataran utama Keraton Medang di Poh Pitu malam itu bersinar bak gugusan bintang yang jatuh ke bumi, dibanjiri cahaya keemasan dari ribuan obor yang menyala dan temaram lampu-lampu minyak berwarna-warni. Aroma dupa wangi bercampur semerbak melati dan kenanga menguar, memanjakan indra setiap tamu. Musik gamelan mengalun meriah, kadang menenang kadang menghentak, mengiringi pesta pernikahan Mahamentri I Halu Pangeran Balaputeradewa dan Mayang Salewang, sebuah perayaan yang konon disiapkan dengan kemewahan tiada tara, bahkan konon sanggul Mayang Salewang saja bertabur intan dari perut naga.Hampir seluruh pembesar dan petinggi Kerajaan Medang hadir. Panglima Besar Kunara Sancaka terlihat gagah dengan pakaian kebesarannya, di sisinya duduk anggun Sriti, yang walau berusia, genitnya tak pernah lekang seperti jamur di musim hujan.Tak jauh dari mereka, Panglima Jentera Kenanga, komandan pasukan elite Sanditaraparan yang terkenal dingin namun tegas, hadir ditemani istrinya yang memesona, Ch

  • Bara Dendam Sang Prabu Boko   Bab 76: Kabar Buruk dan Rencana Gila Megarana

    Udara di markas tersembunyi Walaing terasa menusuk, memadat oleh ketegangan yang mencekik. Lampu minyak menari-nari redup di antara pilar-pilar batu, memproyeksikan bayangan panjang yang meliuk-liuk seolah-olah mengisyaratkan suatu keburukan. Keheningan yang aneh tiba-tiba saja memecah setelah terdengar langkah tergesa dari seseorang yang baru tiba. Sosok itu adalah Windri Sageni, salah satu pengikut setia yang diutus untuk misi pengintaian yang berisiko di jantung kekuasaan Medang. Kedatangannya yang tidak diiringi dengan raut wajah penuh kemenangan, justru membawa aura kegelapan dan kabar yang akan mengguncang pondasi perjuangan mereka.Windri Sageni jatuh berlutut, napasnya tersengal-sengal, di hadapan Mpu Kumbayoni yang telah tampak tegang bahkan sebelum Windri membuka suara. Mata Mpu Kumbayoni memancarkan antisipasi dan kekhawatiran yang samar. "Ampun, Tuanku Mpu," ujar Windri, suaranya parau dan tercekat, sarat akan beban berat yang dibawanya. Ia tidak berani menatap langsung ma

  • Bara Dendam Sang Prabu Boko   Bab 75: Bara di Keraton Medang dan Nasihat Sang Panglima

    Braaaak! Grrtch!Suara gulungan perkamen yang dirobek dengan brutal membelah kesunyian khidmat di ruang dewan militer Medang. Bunyi yang lebih mirip kambing nyasar yang merobek dokumen pajak daripada reaksi seorang tumenggung. Gagak Rukma, tumenggung yang biasanya begitu tenang hingga patung batu pun terlihat lebih emosional, kini berdiri membeku seperti tertimpa durian runtuh—hanya saja, yang ini isinya lebih pahit. Dadanya naik-turun menahan amarah yang mendidih, uap kemarahan hampir terlihat mengepul dari kedua telinganya yang merah. Di lantai yang beralaskan tikar pandan terbaik, tergeletak serpihan undangan dari Keraton Medang, dihiasi segel Pangeran Balaputradewa yang mentereng—sebuah undangan pernikahan. Calon mempelainya? Mayang Salewang, tentu saja. Seperti kerudung merah pada mata banteng, undangan itu adalah belati yang tak hanya menusuk, tapi juga memelintir di jantung kesetiaan dan perasaan Gagak Rukma.Jentra Kenanga, Panglima pasukan khusus Sanditaraparan yang terkenal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status