Share

Wejangan dari Senior Misterius

Leo mengerutkan kening mendengar wejangan sinis dari atasannya yang bertubuh tambun itu. Namanya Sheriff Rogers, pangkatnya Kepala Polisi Kota Senja sekaligus pemimpin satu-satunya anggota kepolisian di kota kecil ini. Dari name tag yang tersemat di seragam kebesarannya, Leo menyimpulkan pria paruh baya itu sudah cukup lama bertugas.

"Maaf Pak Sheriff, saya tidak mengerti maksud Anda," sahut Leo sopan. "Bukankah sudah menjadi kewajiban polisi untuk melayani dan melindungi masyarakat?"

Sheriff Rogers mendengus geli mendengar pertanyaan lugas Leo. Dia menepuk bahu muda itu sok akrab. "Dengar Letnan, di kota antah berantah seperti Senja, hukum rimba-lah yang berlaku. Tidak ada gunanya memberi 'pelayanan maksimal' pada penduduk. Mereka cuma sekumpulan petani kolot yang penakut," cetusnya malas.

"Tapi... menjadi polisi berarti mengabdi demi keadilan dan kebenaran, Pak. Itu sudah sumpah setiap anggota kepolisian," bantah Leo bersikeras.

Sheriff Rogers kembali terkekeh mengejek. "Sumpah apanya? Itu cuma formalitas belaka agar terdengar muluk! Dengar ya Letnan, selama kau mau 'tutup mata' pada 'ketidakberesan' di Senja, kau akan aman terkam lubang," ujarnya penuh arti.

Leo menautkan alis tidak mengerti. Apa maksud Sheriff adalah menyuruhnya berpura-pura buta dan tuli pada tindak kejahatan? Tentu saja itu melanggar prinsipnya sebagai penegak hukum!

"Maaf Sheriff, saya tetap pada pendirian akan menjunjung tinggi keadilan dan profesionalisme dalam bertugas," tegas Leo.

Sheriff Rogers berdecak kesal mendengar kegigihan Leo. "Terserahlah! Tapi jangan menyesal nanti jika berurusan dengan keluarga Rosewood. Mereka berkuasa mutlak di kota ini!" ancamnya.

Nama Rosewood kembali mengusik rasa penasaran Leo. Sebelumnya si kakek tua juga sempat menyebut 'polisi cuma pajangan' saat Leo nyebut Kota Senja. Apa hubungannya keluarga itu dengan reputasi buruk kepolisian di sini?

"Maaf Sheriff, keluarga Rosewood itu... siapa?" tanya Leo hati-hati.

Sheriff Rogers melotot kaget mendengar pertanyaan itu. "Astaga Letnan! Masa kau tidak tahu keluarga bangsawan pemilik Senja sekaligus 'penguasa' di balik layar seluruh wilayah barat?! Darimana saja kau selama ini?!" pekiknya heboh.

Leo menggaruk kepalanya salah tingkah. "Saya kan baru lulus akademi dan langsung ditugaskan ke mari..."

Sheriff Rogers menggeleng-geleng tak percaya. "Ya sudahlah, dengarkan baik-baik. Keluarga Rosewood itu pemilik tanah seluas 80% wilayah Kota Senja. Mereka keturunan bangsawan kaya raya peninggalan kerajaan dulu. Jadi silakan tebak, siapa yang sebenarnya pegang kendali di kota ini?" jelasnya retorik.

Leo mengangguk paham. Pantas saja Sheriff bersikap masa bodoh soal kewajibannya. Ternyata ada koneksi kuat antara pejabat setempat dengan keluarga pemilik tanah ini.

"Jadi... apa Rosewood sering mempengaruhi keputusan pemerintah kota?" tanya Leo penasaran.

"Bukan cuma itu, mereka bahkan bisa membuat peraturan sendiri yang HARUS dipatuhi semua warga. termasuk polisi seperti kita!" dengus Sheriff jengkel. "Makanya aku bilang, tutup saja mata dan telinga selama bertugas di mari. Atau kau mau cari masalah dengan keluarga angker itu?"

Bulu kuduk Leo meremang mendengar nama Rosewood disebut angker. Apa keluarga ini memiliki koneksi gelap selain kekayaan dan kekuasaannya? Rasanya Leo harus segera mencari tahu lebih banyak tentang siapa sebenarnya klan bangsawan misterius ini.

"Terima kasih infonya, Sheriff. Akan saya ingat baik-baik," ujar Leo mengakhiri sesi pengarahan singkat itu. Dia pun beranjak masuk ke dalam kantor untuk membereskan meja kerjanya yang berdebu.

Sementara Sheriff Rogers hanya mendesah dan geleng-geleng kepala melihat entengnta sikap Leo. Dalam hati dia mendoakan semoga anak ingusan itu cepat ditampar kenyataan dan jera sebelum terlibat masalah dengan sang Bos Besar di Senja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status