Gian nampak terkesiap begitu melihat kedatangan Thomas di toko rotinya.Penampilan pria itu sontak mengalihkan beberapa pengunjung. Tubuh Thomas menjulang. Kedua matanya bersembunyi dari balik kacamata hitamnya.Bergegas Gian menghampiri pria tersebut. Gian tahu Thomas datang ke sini bukan untuk membeli rotinya.Saat Gian berdiri di depan Thomas, pria itu langsung membuka kacamata hitamnya. Dan kini tatapan mereka saling bersirobok.โApa yang membawamu kemari?โ Tanya Gian tanpa basa-basi.Thomas pun mengedarkan pandangannya ke toko roti itu.โMencari Kirana?โ tukas Gian lagi.โAku yakin kamu tahu di mana keberadaan wanita itu kan?โ Thomas memandang Gian dengan tajam.โApa urusannya denganmu?โ Gian mendengus pelan. Lantas Gian bersedekap sambil mendongakkan dagunya. โAku sudah mengetahui semuanya. Kirana sendiri yang menceritakannya padaku.โRahang Thomas nampak mengeras.โKamu menjadikannya alat untuk melahirkan keturunan bagi keluargamu, iya kan?โโAku tidak pernah memaksakan hal itu
Kirana bisa merasakan gerakan tubuh Thomas yang mendekat ke arahnya.Lalu kedua tangan Thomas menyentuh pundak Kirana.Kirana bergeming, membiarkan sentuhan hangat itu membuka kembali memorinya bersama Thomas.โAku akan menceraikan Vivian dan kembali padamu,โ desis Thomas dari balik punggungnya.Kirana menarik napasnya dalam-dalam sebelum akhirnya memutar tubuhnya, menatap binar lembut yang terpancar dari mata Thomas.โTidak. Itu enggak adil bagi Vivian. Teruskan hidupmu bersamanya, Thomas. Jaga anak kita.โโAku enggak pernah mencintai Vivian, kamu tahu itu.โโTetap saja, dia wanita yang setia. Kamu enggak boleh melukai hatinya.โKirana hendak pergi menjauh, namun dengan sigap Thomas menarik tangan Kirana.โAku mencintaimu dan aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu,โ suara Thomas terdengar tegas dan dalam.Sebenarnya, Kirana juga ingin menghabiskan hidupnya bersama Thomas, tapi cinta mereka terasa begitu mustahil.โKalau kamu memilihku, kamu akan kehilangan segalanya, Thomas, b
Bulan purnama penuh menggantung di langit yang gelap, menyinari malam yang kelam.Angin dingin berembus, menggerakkan helaian rambut Vivian.Berkali-kali, wanita itu merapatkan mantel tebalnya, menghalau udara dingin yang menyergap. Dalam cahaya yang minim, dia sedang menunggu seseorang.Suara derap langkah yang mendekat terdengar. Bayangan besar itu pun muncul, membuat Vivian menegakkan punggungnya dengan siaga.โVionaโฆโ Suara serak pria bertubuh besar itu terdengar. โBenar kan?โVivian mengangguk. โKamu bisa melakukannya kan?โPria itu tertawa kecil. โAku sudah berkecimpung di bisnis gelap ini selama puluhan tahun. Jadi, kamu enggak perlu meragukan kemampuanku. Mana uangnya?โโTa-tapiโฆ aku benar-benar bisa mempercayaimu kan?โ Suara Vivian nampak gemetar. Ini kali pertamanya dia berhadapan dengan seorang pembunuh bayaran.Pria itu menghela napas berat. โTentu. Sembilan dari sepuluh targetku pasti mati.โLalu Vivian menyerahkan sebuah amplop coklat. โItu targetnya.โTangan besar pria
Sandra merasakan darahnya mengalir begitu deras. Dirinya masih mematung di depan meja Robert.โDi-Dia sudah menemukan anaknya?โ Batin Sandra panik.โBagaimanaโฆ bagaimana bisa anakmu masih hidup, Robert?โ Suara Sandra terdengar begitu parau. Robert mengembuskan napas berat. โAku menemukan keberadaan Ratna.โโA-Anakmu?โ Tanya Sandra lagi. โKa-Kamu sudah menemukannya?โRobert menggeleng lemah. โRatna bilang dia tidak tahu apa-apa soal malam itu. Kesaksiannya masih sama.โโAstagaโฆโ Batin Sandra lega.Lututnya sudah lemas dan hampir saja Sandra ambruk di lantai.โJadi, kamu akan menghentikan pencarianmu?โ Sandra kini berujar dengan tenang.โYa. Mungkin aku akan mati tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi di malam ituโฆโ tukas Robert lirih. โSemua pintu kemungkinan untuk mengetahui nasib putriku yang hilang sudah tertutup.โSandra bergerak ke samping Robert dan mengusap pelan pundak lelaki tua yang sakit-sakitan itu.โSudahlah, Robert. Kamu harus ikhlaskan semuanya. Mungkin, memang benar ke
โPagi ini telah terjadi tabrak lari. Pengemudi ditengarai mabuk karena terlihat oleh beberapa saksi mata mobil melaju dengan kecepatan tinggi sebelum akhirnya menabrak seorang ibu hamil yang sedang menyebrang.โSetelah narasi yang dibawakan oleh reporter itu selesai, kini kamera mengarah pada ceceran darah yang membekas di aspal.Di atas ranjangnya, napas Vivian tertahan. Mata dan telinganya terus terpaku menonton berita itu.โKorban yang sedang hamil tua sudah dilarikan ke rumah sakit dan dalam keadaan sekarat. Sekarang, kami akan mewawancarai salah satu saksiโโVivian mematikan layar televisi di kamarnya.โSekarat? Seharusnya dia mati,โ geramnya. Secepat kilat, Vivian menyambar ponselnya yang ada di atas nakas, menghubungi pria itu. โYa,โ suara serak itu pun terdengar dari seberang sana.โDia sekarat!โ Desis Vivian. โKamu seharusnya melindasnya sekali lagi, tolol! Bagaimana kalau dia masih hidup? Sialan!โTerdengar helaan napas dari pria itu. โKeburu ketahuan. Aku enggak bisa menga
Dua orang dari pihak berwajib itu mencengkram erat kedua tangan Vivian. Dengan sekuat tenaga, Vivian mencoba untuk memberontak.โTidak! Lepaskan aku! Lepaskan!โ Kedua mata Vivian seketika membuka lebar. Dia bisa merasakan keringat yang mengalir di pelipisnya. Napasnya memburu keras dengan jantung yang berdetak cepat.โSialanโฆโ Vivian bangkit sambil menyeka keringatnya, bersandar di kepala ranjang. Ketakutan merayap ke dalam dirinya sampai-sampai ketakutan itu ikut terbawa mimpi.Dia lantas mengecek ponselnya. Tidak ada pesan atau panggilan apapun.Sekarang Vivian bisa bernapas lega. Lalu dia mencoba memejamkan matanya namun dirinya tetap terjaga hingga pagi menjelang.Kedua kantung mata wanita itu pun terlihat jelas. Kepalanya berdenyut-denyut kencang karena kurang tidur.Dari balik kacamata hitam yang bertengger di wajahnya, Vivian memindai ruangan demi ruangan di rumah sakit itu. Sampai dia menyenggol bahu seorang wanita setengah baya yang bertampang lesu.Wanita itu terisak dan be
Di luar sana hujan turun dengan lebatnya. Hantaman angin kencang, membawa tetesan air hujan itu membentur kaca jendela ruang rawat di mana Kirana berada.Namun, berbeda dengan keadaan yang riuh di luar, di dalam sini mereka tenggelam dalam kesunyian.Kirana, yang bersandar di kepala ranjang, sedari tadi masih mencerna perkataan Mirah. Thomas pun nampak masih belum pulih dari keterkejutannya.Di sepanjang perjalanan, pikiran bahwa ternyata Kirana adalah anak angkat memenuhi benaknya.Lantas, siapa orangtua Kirana sebenarnya? Dari mana asal-usulnya?Sampai akhirnya Mirah merogoh tasnya lalu bergerak ke arah ranjang.โMaafkan Budeโฆโ suara Mirah terdengar serak. โSelama ini, Bude terpaksa menyembunyikan kebenarannya darimu.โMirah menjulurkan sebuah amplop putih ke hadapan Kirana.Kirana pun mengernyit sambil menatap sayu Mirah.โIni adalah surat terakhir Ratna untukmu. Bude enggak tahu apa isinya. Bacalah,โ terang Mirah.Kirana mengambil amplop itu dan memperhatikannya dengan seksama. Mu
Dada Robert mulai berdetak lebih cepat dari biasanya. Napasnya menderu-deru membaca setiap baris pengakuan Ratna yang dia tuangkan di kertas itu.Satu tangan Robert mengepal erat permukaan sprei ranjang rumah sakit begitu Ratna bercerita soal keterlibatan Sandra.โTidakโฆ tidak mungkin. Wanita itu pasti sudah gilaโฆโ suara Robert terdengar parau. โAku benar-benar minta maaf, Tuan Robert. Asal Tuan tahu, rasa bersalah terus menghantuiku. Alasan kenapa aku baru memberi tahu Tuan soal ini setelah kematianku adalah karena aku takut anakkuโmaksudku anak kandung Tuanโakan membenci diriku. Akuโฆ aku tidak bisa memberinya kehidupan yang layak padanya. Semua karena keegoisanku. Sekali lagi, maafkan aku, Tuan.โSampai akhirnya kalimat terakhir itu membuat Robert sangat syok.โKiara. Aku mengganti namanya menjadi Kirana. Ya, Kirana adalah anak Tuan dan Nyonya Sophia.โNapas Robert pun menjadi begitu sesak. Seketika pintu kamar rawat inap Robert membuka dan Vivian muncul.โPa, maafkan aku. Aku bar
Kirana memandangi pantulan dirinya di depan cermin.Gaun putih berekor panjang itu nampak berkilau diterpa cahaya matahari yang menerobos melalui jendela.โCantik sekaliโฆโ ucap Melinda, muncul dari balik punggung Kirana.Leher jenjang Kirana terlihat jelas karena rambutnya digelung ke atas. Lantas, Melinda mengaitkan liontin emas di leher Kirana.Setelah mengetahui semuanya, Melinda dan Sutono merasa begitu malu serta bersalah.Perempuan yang dulu mereka rendahkan itu ternyata anak seorang konglomerat. Saat Thomas mengutarakan untuk menikahi Kirana setelah resmi bercerai dengan Vivian, Melinda dan Sutono akhirnya meminta maaf dengan tulus pada Kirana.Dan sekarang rasa bangga menyelimuti hati Melinda. Kirana nampak begitu anggun dan menawan. Kecantikannya terpancar walau gaunnya tidak terlalu mewah seperti pernikahan Vivian.โMa!โ Seketika Al muncul dengan langkah mungilnya, bergerak ke arah Kirana.โSayang!โ Senyum Kirana langsung merekah.Kedua tangan Al menggapai ke atas, pertanda
Sinar matahari pagi menyorot masuk melalui jendela kaca kafe yang besar itu.Di meja yang berada di sudut kafe, Kirana dan Vivian duduk berhadapan.Selama beberapa saat kecanggungan menguar di udara. Vivian nampak tertunduk dalam. โMaafkan akuโฆโ Akhirnya Vivian berani mengutarakan niatnya. Suaranya terdengar bergetar dan penuh penyesalan. โMaafkan aku, Kirana. Aku sudah memperlakukanmu begitu buruk.โSenyum tipis terukir di wajah Kirana. Helaian rambut wanita itu bergerak pelan. โTidak, seharusnya aku yang minta maaf padamu. Aku paham kenapa kamu membenciku. Itu karena aku telah merebut Thomas darimu. Aku tahu, kamu begitu mencintai Thomas. Jadi, maafkan aku.โVivian mendongak. Kedua bola matanya kini nampak sayu, tidak seperti dulu yang penuh ambisi dan terkadang berkilat penuh amarah juga kesombongan.โKamu enggak perlu minta maaf padaku. Kalian saling mencintai dan Thomas memang berhak mendapatkan wanita seperti dirimu, Kirana. Aku enggak layak untuk Thomasโฆโ Lantas, kedua tangan
Samar-samar Vivian menangkap suara alat detak jantung yang berirama.Kedua kelopak matanya terasa begitu berat untuk membuka. Saat akhirnya di berhasil, cahaya putih seakan menusuk pandangannya.Kepalanya lantas berdenyut nyeri.Vivian merasa tubuhnya kaku. Selang melintang di wajahnya. Dia mencoba untuk mengerang, namun suaranya seakan tertahan di tenggorokan.โErrghโฆโ erang Vivian pada akhirnya.Beribu pertanyaan menyerbu benaknya. Apa yang terjadi pada dirinya? Kenapa dia bisa terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit yang begitu dingin.Seketika seorang perawat datang, mengecek keadaan Vivian. Wanita itu tidak bisa mendengar jelas apa yang dikatakan perawat itu pada rekannya.Sampai seorang dokter yang mengenakan jas putih datang mendekat.Dokter itu mencondongkan tubuhnya ke arah Vivian, membuka lebar kedua kelopak matanya sambil menyinarinya dengan senter yang terang.Lalu, dia berujar tepat di telinga Vivian. โIni keajaiban. Kamu selamat, Vivian. Kamu telah sadar dari tidurmu
Seharusnya, Kirana tidak merasa gelisah seperti ini. Namun, entah kenapa, tangannya tetap gemetar saat membuka amplop yang berisi hasil tes DNA antara dirinya dengan Robert Winarta.Robert, yang duduk di seberang Kirana, nampak tersenyum lega saat melihat hasilnya.Kirana memang benar anak kandungnya. Dia sudah yakin soal itu.Pengacara Robert lantas menyerahkan beberapa lembar dokumen di hadapan Kirana.โSekarang, kamu adalah Kirana Winarta,โ tukas pengacara itu. โWalau masih butuh proses untuk mengganti namamu di setiap dokumen.โKirana menatap lembaran kertas ini. Keningnya agak mengernyit.โTanda tanganilah, Nak. Itu hakmu. Aku akan mewariskan setengah hartaku untuk dirimu,โ ucap Robert.โTapiโฆโโAku akan sangat marah kalau kamu menolak untuk menandatanganinya,โ ancam Robert dengan nada bercanda.Dengan sedikit keraguan, Kirana akhirnya membubuhkan tanda tangannya.โKamu sah menjadi pemegang saham terbesar di Winarta Holdings. Selamat, Kirana.โ Pengacara Robert menjabat tangan Kir
Sambil mendekap dokumen adopsinya, Vivian melangkah masuk ke dalam panti asuhan itu, tempat di mana ibu kandungnya yang tidak bertanggung jawab menyerahkan dirinya sewaktu bayi.Berkat donasi Robert setiap tahunnya, fasilitas di panti asuhan itu cukup mumpuni.Mata Vivian berkeliling, memandangi para penghuni panti.Sampai akhirnya, Vivian berhadapan dengan pengurus panti yang mungkin berusia lima puluh tahunan awal.Wajah wanita itu sangat ramah saat menyambut kedatangan Vivian.โAku ingin mengetahui soal ibuku,โ ucap Vivian tanpa basa-basi sambil menyerahkan dokumen adopsinya.Wanita itu mengeceknya dengan seksama. โAh, kamuโฆโ Wanita itu mendongak sambil tersenyum lebar. Sorot matanya begitu bahagia. โAku ingat betul, ibu kandungmu datang berpuluh-puluh tahun lalu dan menyerahkanmu ke sini. Sekarang, kamu sudah tumbuh jadi wanita yang cantikโฆโโDi mana dia?โ Tanya Vivian dingin.Pengurus panti itu lalu beranjak ke sebuah lemari besar, mencari-cari sesuatu.Setelah beberapa saat, dia
Napas Robert tertahan, begitu pula dengan Thomas.Mereka mengira Vivian sudah terlelap. Namun siapa sangka, perempuan itu kini bergerak mendekat ke arah mereka.Wajahnya diselimuti rasa penasaran yang mendalam.โRahasia apa yang Papa dan Mama sembunyikan selama ini?โ Desak Vivian lagi. โDan hal penting apa yang ingin Papa sampaikan padaku?โRobert menelan ludahnya dalam-dalam. Dia menarik napas sejenak. Sepertinya dia memang harus memberi tahu apa yang terjadi secepatnya. โDuduklah,โ pinta Robert pada akhirnya. โAku akan menceritakan semuanya padamu.โJantung Vivian jadi berdetak cepat. Dia merasa apa yang akan dikatakan Robert adalah sesuatu yang buruk. Apalagi dia sempat mendengar Robert memanggil Sandra dengan sebutan wanita sialan.Seumur hidupnya, Vivian selalu menyaksikan keharmonisan kedua orangtuanya. Apa mereka selama ini hanya berpura-pura? Pikiran Vivian pun terus berkecamuk.Sadar diri, Thomas beranjak, membiarkan Vivian dan Robert berdua saja.Tetapi, secara mengejutkan
Robert Winarta akhirnya kembali ke kediamannya.Dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya turun dan masuk ke dalam rumahnya.Dadanya berdebar kencang, sedikit gelisah bercampur dengan amarah. Sebentar lagi, dia akan melihat Sandra, istrinya, yang selama ini menyimpan rahasia yang begitu kelam.Bagaimana mungkin Sandra bisa sejahat ini terhadapnya? Apa jangan-jangan Sandra yang membuatnya mabuk malam itu sehingga mereka akhirnya berhubungan di kamar hotel?Semua itu sebentar lagi akan terjawab.โAl!โ Vivian melambaikan tangannya pada Al yang baru keluar dari kamarnya bersama seorang pengasuh. โKakek sudah pulang. Ayo, beri kakek pelukan.โPengasuh itu menyerahkan Al pada Vivian.Dan saat memeluk Al, Robert merasa seharusnya anaknya Kirana-lah yang berhak ada di rumah ini.Setelah itu, Al bermain di taman belakang. Sementara Robert duduk di ruang tengah bersama Thomas yang baru saja tiba.โPanggil Mamamu, Vi,โ titah Robert. โAku harus bicara padanya. Dan ada hal penting juga yang i
Derap langkah Vivian menggema di sepanjang selasar rumah sakit.Rambut wanita itu nampak berkibar-kibar karena jalannya yang cukup tergesa. Wajahnya nampak masam dengan tatapan tajam.Sampai akhirnya langkah Vivian terhenti tepat di depan kursi roda Kirana.Kedua mata mereka pun beradu. Vivian melempar tatapan nyalang, sementara Kirana hanya menatap datar perempuan di hadapannya ini.Lalu Vivian menatap Thomas yang berdiri di belakang Kirana, juga Mirah yang ikut mendampingi Kirana. Wanita itu mengembuskan napas kasar.โKuharap kamu enggak lupa, Thomas, kalau kamu masih jadi suamiku. Tapi dirimu malah sibuk mengurusi wanita culas itu. Kamu bahkan melupakan Al, anakmu sendiri,โ sindir Vivian.โDi mana Papaku? Seharusnya dia datang untuk mengambil sampel kan?โ Kemudian Vivian mengedarkan pandangannya ke sekitar.โPapamu ada di dalam ruangan itu,โ dagu Thomas mengarah ke ruangan yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. โSampelnya sedang diambil. Kirana sudah melakukannya dan setelah i
Mirah menatap Kirana dengan iba karena wajah perempuan itu terlihat sangat sendu.Rasa bersalah juga terus menghantui Mirah karena selama ini dia menutupi kebenarannya.โMaafkan Budeโฆโ ujar Mirah untuk yang kesekian kalinya. Kirana mengalihkan tatapannya dari luar jendela, menatap budenya. Wajah Mirah nampak begitu lesu.Kirana pun mencoba untuk tersenyum. โSemua bukan salah, Bude. Akuโฆ aku hanya butuh waktu untuk menerima semua ini.โMirah lantas beranjak ke pinggir ranjang Kirana. โBude enggak tahu kalau Ratna ternyata bersekongkol untuk menutupi kejahatan di malam itu. Bude enggak habis pikir Ratna bisa berbuat seperti itu. Mungkin dia sudah putus asa ingin punya anakโฆโKirana menghela napas pelan.โTapi, walau bagaimanapun juga, aku akan selalu menganggap ibu sebagai ibuku. Ibu yang membesarkanku dengan susah payah. Dan sepanjang hidupku, aku merasakan kasih sayang dari Ibu. Aku enggak menyalahkan Ibu, BudeโฆโMirah jadi terharu. Dia mengusap rambut Kirana. โKamu memang anak yang