Setelah memastikan bahwa dia tidak salah dengar, Sally langsung merasa sangat kikuk. Dia menggelengkan kepalanya begitu keras. "Um, tidak apa-apa." "Aku bisa pergi sendiri. Bagaimana aku bisa membiarkanmu berbelanja bahan makanan denganku?"Selain itu, dia adalah Presiden Grup Jahn ! Pria impian para gadis yang tak terhitung jumlahnya! Elit sosial dengan kekayaan bersih lebih dari 100 miliar! Orang termapan! Bagaimana jika seseorang mengetahui kalau pria ini sedang menemaninya berbelanja?Sayangnya, Presiden Grup Jahn tidak terlalu memperhatikan ini. Dengan ekspresi lugas, dia menjawab, "Memangnya tidak bisa?"Apakah dia masih harus bertanya?Seseorang seperti dia pasti akan sangat menonjol ketika berpergian ke pasar.Dia akan terkejut jika orang di sekitarnya bisa-bisa mengawasinya seperti binatang langka jika dia pergi!Meski begitu, dia tidak berani mengungkapkan pikirannya. Dia tertawa datar dan berkata, "Karena kau seorang tamu, tentu saja! Aku tidak bisa merepotkanmu untuk hal
Farrel tertegun, dia melihat lagi dari dekat ke wajah Xander lalu ke wajah Sally.Sally merasa lucu betapa seriusnya dia menanggapi kata-kata seorang anak kecil.Bagaimana mungkin mereka bisa terlihat mirip ketika dia dan Xander bahkan tidak hubungan darah?Farrel berencana memberikan jawaban asal-asalan, tetapi setelah mengamati lebih dekat, dia menemukan bahwa paras wajah Xander dan Sally memang ternyata mirip.Paras wajah mereka sama-sama terlihat anggun dan halus. Ketika melihat sepasang mata mereka, dia bahkan akan mengatakan bahwa kemiripan mereka meningkat menjadi 70% - 80%."Kalian berdua memang mirip," kata Farrel dengan heran.Dia melihat lebih dekat ke wajah mereka. Semakin dia melihat mereka, semakin mirip terlihatnya!Sally menjadi skeptis setelah melihat betapa seriusnya dia. Dia juga berbalik untuk menatap Xander.Namun, semakin dia melihat Xander, semakin dia mengira kalau anak ini merupakan miniaturnya Farrel.Seperti ayahnya, Xander juga memiliki paras muka yang terli
Ketika Nathalie memperhatikan perilakunya yang aneh, dia tidak bisa menahan diri bertanya, "Ada apa, Landom?"Landom menatap orang di depannya dengan ekspresi yang kompleks. "Itu… Sally," jawabnya."Apa?"Melihat reaksinya Landom, sisanya dari mereka semua menoleh untuk melihat. Ternyata benar, mereka melihat sosok ramping dan cantik berdiri di sana.Wanita ini telah berubah secara drastis selama lima tahun mereka tidak melihatnya.Sosoknya menjadi jauh lebih dewasa dan dia terlihat lebih tinggi. Dia tidak hanya terlihat cantik dan awet muda seperti tahun-tahun sebelumnya, pribadinya juga terlihat anggun dengan wibawa yang tenang. Auranya seakan-akan menunjukkan kalau orang-orang enggan mendekatinya.Sekarang seperti terlihat jelas konflik yang dulu dihadapi Landom dan kedua orang tuanya di mata mereka.Dulu kala, dia adalah menantu pilihan mereka. Mereka bahkan melihatnya tumbuh dewasa. Sayangnya, dia akhirnya melakukan sesuatu yang sangat memalukan di kemudian hari.Zhayn, di sisi la
Slapp!!Suara tamparan itu jelas terdengar di seluruh koridor.Para pengunjung dan pelayan lainnya menyaksikan adegan ini terang-terangan.Reaksi pertama Nathalie adalah bergegas ke sisi Landom. "Landom, kau tidak apa-apa?"Megan juga berlari ke putranya. Ketika dia melihat pipinya yang meradang, wajahnya berubah menjadi marah. "Sally, beraninya kau memukul anakku! Akan kubunuh kau!"Dia melemparkan dirinya ke arah Sally, tampak bertekad untuk mencabik-cabik dirinya.Sally tidak bisa mengelak tepat waktu. Tepat saat dia akan terluka, lengan yang kokoh dan kuat menjulur dari belakangnya dan dengan kuat menangkis tangan Megan."Ada apa ini?"Sally bisa mendengar amarah yang samar namun kuat berasal dari arah belakangnya.Kemudian, aroma eksklusif Farrel yang lembut dan dikenalinya itu mulai menyelimuti dirinya.Tiba-tiba, sebidang dada terasa melekat di punggung Sally. Kehangatannya terasa hingga ke kulit seakan-akan dapat menembus balutan pakaian mereka yang tipis.Seketika, di saat se
"Lalu kenapa dia kabur?" Xander terisak di bahu ayahnya.Farrel menepuk punggungnya. "Ada orang jahat yang mengganggunya. Ini salahku karena tidak melindunginya. Aku akan menelepon pamanmu untuk ke sini, jadi pulanglah dengannya dulu. Aku berjanji akan membawa Bibi Sally kembali untukmu. Ok?"Xander mengangkat kepalanya untuk menatapnya. "Aku ingin ikut denganmu. Aku ingin bertemu Bibi Sally.""Jangan sekarang. Patuhlah. Jika kau masih ingin melihatnya, jadilah anak yang baik dan pulanglah. Jika tidak, kau mungkin tidak dapat melihatnya lagi."Xander mengerutkan bibirnya. Dia akan menangis lagi.Farrel menatapnya. "Hmm?"Xander mengernyitkan hidung. "Aku akan bersikap baik."Senang dengan jawaban putranya, Farrel mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Felix dan memintanya untuk datang dalam waktu sesingkat mungkin.Felix sedang berkumpul dengan teman-temannya di kelab, menikmati anggur yang enak dan ditemani oleh wanita-wanita cantik yang menyenangkan, hingga dia menerima telepon. S
Ah, tentu saja bukan!Lalu apa yang dia coba lakukan?Mengapa dia bersandar seperti ini tanpa alasan? Wajah mereka hampir saling bersandar satu sama lain, kira-kira hanya berjarak sekitar lima sentimeter.Sally bisa merasakan deruan nafas yang hangat menembus wajahnya. Rasanya seperti bulu-bulu tipis yang menyapu kulitnya, membuatnya terhanyut dalam sentuhan lembut seperti itu. Saat dia menarik napas, hanya aroma kuat pria itu lah yang dapat tercium – sangat dekat. Dia tidak bisa menahan rasa canggungnya, ada sedikit rasa gemetar pada badannya. Dengan sedikit tergesa-gesa, dia cepat-cepat mengulurkan tangan dan menahan dada lawannya itu agar terkontrol. Dia juga secara tidak sadar menarik badannya kira-kira dua langkah.Namun dia sedikit kalah cepat, lengan yang kuat dan kokoh melingkari pinggangnya dan dengan kuat menarik kembali posisi badannya kembali ke posisi semula."Jangan bergerak," bisiknya di telinganya, mensinyalir Sally tidak bisa menentangnya.Tubuhnya menjadi kaku akiba
Sean Mayhelm, yang duduk di sofa, merasa terganggu melihat Felix yang mondar-mandir. Dia tidak bisa menahan diri untuk berkata, "Hei, Tuan Muda Kedua, bisakah kau berhenti sebentar?"Felix membalas, "Tidak! Aku ini sangat khawatir, tahu! Kau itu psikolog Xander, bagaimana kau bisa duduk disana saja? Bagaimana jika sesuatu terjadi pada Xander?"Sean sama tak berdaya seperti dirinya. "Kau melihatnya sendiri, ‘kan. Aku mencoba berbicara dengannya, tapi tidak ada gunanya.""Kau tidak berguna!" Felix marah karena Sean tidak bisa memenuhi harapannya. Dia menoleh ke asisten di sebelahnya dan bertanya, "Kau tidak memberitahu Ibu dan Ayah tentang ini, ‘kan?"Pelayan rumah menjawab dengan hormat, "Belum.""Bagus." Felix menghela nafas lega, merasa sedih.Xander membuat ulah ketika dia sedang dalam penjagaannya. Jika orang tuanya tahu, mereka mungkin akan membunuhnya.Hanya memikirkannya saja sudah membuatnya takut!Saat itu, suara mesin yang menderu yang tidak asing bergema di luar pintu. Pela
Ketika Sally selesai, dia berjongkok di depan Xander dan mengulurkan tangan untuk membelai wajahnya."Sayang, bagaimana perasaanmu? Apa kau masih mengenaliku? Ini aku, Bibi Sally."Xander tidak menjawab, namun ada sedikit kejapan dari matanya, juga bulu matanya yang mensinyalir ada tanggapan.Agar rasa cemasnya hilang, Sally menariknya ke pangkuannya dan berkata, "Ada apa? Bisakah kau memberitahuku?"Xander menatapnya dengan mata terbelalak. Tiba-tiba, pelupuk matanya memerah. Dia panik. "Kenapa kau menangis? Apa kau marah padaku karena meninggalkanmu di restoran begitu saja? Kau mau, ‘kan, maafkan aku?"Xander meringkuk bibirnya dan membenamkan kepalanya ke pelukannya, tiba-tiba menangis.Karena khawatir, Sally dengan kikuk memeluknya dan membujuknya dengan suara lembut. "Sudah, sudah...jangan menangis. Maaf, ya, Maafkan aku"Farrel memperhatikan mereka dalam diam. Dia tidak mencoba menghentikan mereka, tetapi tatapannya ke Xander membuatnya sedikit termenung.Dia tahu betul karakter