Bab 19 Roda Mulai BerputarRadeva dan Arfa berbagi tugas. Arfa bertugas untuk mencari meja kosong. Sementara Radeva masuk barisan antrean untuk memesan makanan. Akhir pekan pusat perbelanjaan ramai pengunjung. Apalagi di restoran cepat saji menjelang waktu Maghrib, antreannya cukup panjang. Karena dalam waktu bersamaan para pengunjung mall bersiap untuk berbuka puasa.Radeva beberapa kali menarik napas. Mengantre adalah hal yang paling tidak disukainya. Namun, demi menyenangkan ketiga bocah itu ia rela untuk melakukannya. Pemuda berkulit putih bersih itu berusaha untuk menekan egonya. Selama ini Radeva terlalu egois hanya memikirkan diri sendiri tanpa memedulikan orang lain. Perlahan peringainya berubah setelah kecelakaan yang menimpanya.Saat Radeva masih berdiri di barisan antrean, Arfa datang menghampiri teman sekaligus atasannya di kantor itu. "Bro, ada sedikit kendala di kantor. Pak Tama manggil gue ke kantor sekarang. Gue pergi duluan. Nanti minta tolong antarkan Ayara dan Bimo
Bab 20 Bayi Zavia Kejang"Bunda, di depan ada Bude Dewi nyariin," panggil Ayara saat Meidina sedang berada di dapur menggoreng bakwan jagung untuk berbuka puasa nanti."Mau apa Mbak Dewi datang?" gumam Meidina mengernyitkan dahinya yang berpeluh karena hawa panas yang terperangkap di dapur sempitnya tanpa ada ventilasi sebagai keluar masuk udara.Meidina mematikan kompor, bergegas ke depan untuk menemui kakak iparnya."Ada apa, Mbak?" tanya Meidina sambil berdiri di depan pintu. Ia sedikit heran, Mbak Dewi datang tidak naik sepeda motor. Ke mana N-Max yang selalu dibanggakannya itu?"Nggak disuruh masuk, nih? Aku ada perlu sama kamu," ucap Mbak Dewi datar.Sengaja Meidina membiarkan kakak iparnya itu berada di luar karena sebelum-sebelumnya Mbak Dewi selalu nangkring di atas motornya, enggan turun setiap kali datang ke kontrakannya."Masuk, Mbak!" Akhirnya Meidina mempersilakan kakak iparnya untuk masuk. Sambil duduk mendeprok di lantai--tidak ada meja dan kursi di ruangan depan kont
Bab 21 Diantara Tiga PemudaSetelah mendapatkan telepon dari Radeva, dari apartemennya Arfa langsung meluncur ke kontrakan Meidina. Ia bisa masuk karena Meidina meninggalkan kunci yang disimpan di bawah keset. Ini pertama kalinya Arfa masuk ke kontrakan Meidina. Selama ini ia segan untuk datang berkunjung mengingat status Meidina yang seorang janda. Pemuda berpostur tinggi dan kurus itu takut ada omongan miring dari para tetangga bila ada seorang lelaki bertandang ke rumah seorang janda. Ia ingin menjaga nama baik istri dari almarhum kakak angkatnya itu. Meski sangat ingin datang, ia selalu bisa menahannya. Saat Arfa masuk ke kontrakan, Ayara dan Bimo masih tertidur pulas di kasur yang busanya sudah tipis. Arfa memandangi kedua bocah itu dengan iba. Mereka masih membutuhkan sosok seorang Ayah. Bila Meidina mau, ia bersedia menjadi ayah sambung bagi ketiga anak yatim itu.Arfa jadi teringat dengan kisah hidupnya sendiri. Ayahnya sendiri meninggal saat ia seumuran dengan Bimo. Sementa
Bab 22 Rahasia Terungkap Radeva terus digelayuti perasaan bersalah dan penyesalan yang teramat dalam. Kecerobohannya dalam mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk membuat seorang perempuan muda menjadi janda dan ketiga bocah menjadi anak yatim. Setiap melihat dan membayangkan nasib dan penderitaan mereka, pria bertubuh atletis itu sering merasakan dadanya sesak. Bagaimana ia bisa menebus semua dosa dan kesalahannya. Itu yang selalu ada dipikirannya setiap hari.Demi mengurangi perasaan bersalahnya, setiap Jum'at pagi, Radeva selalu meluangkan waktu untuk menziarahi makam almarhum Firman. Seperti halnya hari ini, ia datang untuk membersihkan makam, mencabuti rumput dan ilalang yang tumbuh dan tak lupa berdoa.Selesai melakukan semua ritual ziarah kubur, Radeva masih belum beranjak dari makam. Ia pandangi batu nisan bertuliskan nama Firman Nurrohman dan menangis tergugu.Radeva tidak menyadari ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan gerak-geriknya. Lelaki bertubuh tinggi kurus
Bab 23 Sudah Terlambat "Ini, Mas, fotonya lupa ... sampai kebawa." Lelaki berjaket cokelat tua itu menyerahkan selembar foto usang kepada Arfa sebelum meninggalkan kantor Adyatama. Tugasnya sebagai detektif sudah selesai.Arfa memandangi selembar foto usang berukuran post card itu dengan saksama. Ia merasa sangat familiar dan seperti mengenal orang yang ada di foto usang itu. Setelah menggali semua ingatan masa lalunya yang lama terkubur di dalam alam bawah sadarnya, pada akhirnya Arfa merasa sangat yakin bahwa itu foto Pak Rusdi sewaktu masih muda. Garis dan lengkung wajahnya masih terpatri di memori otaknya.Almarhum Pak Rusdi adalah tetangganya yang sudah meninggal dunia sepuluh tahun yang lalu. Pak Rusdi yang ia tahu adalah ayah dari almarhum Firman. Arfa menjadi penasaran mengapa foto usang orang yang telah meninggal dunia itu bisa terkait dengan Pak Adyatama. Sepertinya atasannya itu memiliki hubungan di masa lalu dan keberadaan Pak Rusdi itu pastinya penting. Itu praduganya
Bab 24 Kecelakaan BeruntunRadeva terperanjat saat melihat Meidina berdiri di belakang punggung mamanya. Ia pasrah, jika identitas dirinya yang sebenarnya akan segera diketahui oleh perempuan muda itu.Kedua bola mata Meidina membulat saat Radeva memanggil Bu Maharani dengan sebutan Mama. Itu artinya Radeva adalah putra Bu Maharani. Dan Meidina bisa menyimpulkan bahwa orang yang menabrak suaminya hingga meninggal dunia adalah Radeva. Dada Meidina bergemuruh hebat menahan sesak oleh luapan emosi yang memuncak. Perempuan muda itu menatap tajam Radeva dengan sorot mata penuh kebencian. Meskipun ia sudah mengikhlaskan dan menganggap kematian suaminya sudah suratan takdir. Namun, saat melihat pelaku yang menabrak suaminya dalam keadaan baik-baik saja, hatinya terasa sakit. Apalagi pelakunya merasa tidak bersalah. Selama ini ada didekat, tapi enggan mengakui kesalahannya dan meminta maaf.Gara-gara keteledoran pemuda itu dalam mengemudi, suaminya sampai meninggal dunia. Ingin rasanya Meidi
Bab 25 Mendadak Jadi Menantu CEO Ayara dan Bimo langsung berlari ke dapur dan mendapati bayi Zavia menangis histeris terkena tumpahan air panas dari termos yang jatuh dan pecah. Kedua bocah itu kebingungan tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menolong sang adik yang sepertinya sangat kesakitan. Keduanya justru ikut menangis ketakutan.Radeva, Pak Adyatama, dan Bu Maharani datang pada saat yang tepat. Mendengar tangisan sahut menyahut dari dalam kontrakan yang pintunya terbuka, mereka langsung masuk menuju ke sumber suara tangisan."Om, Dedek kena air panas!" adu Ayara masih menangis ketakutan sambil menunjuk bayi Zavia yang menangis berguling-guling di lantai dapur yang basah dengan air panas.Sementara Bu Maharani langsung meraih tubuh bayi Zavia yang basah dan kulitnya kemerahan terkena air panas. Tangis bayi itu terus membahana."Ayo, buruan kita bawa ke rumah sakit, Ma!" Pak Adyatama yang ikut panik mengusulkan segera membawa bayi itu ke rumah sakit."Sebentar, Pa, lukanya h
Bab 26 Roda Kehidupan Berputar Meidina masih merasa seperti di alam mimpi. Dalam sekejap hidupnya bisa berubah secara drastis. Dari tinggal di rumah kontrakan petak sempit, kini perempuan muda itu bisa tinggal di rumah gedongan. Rumah dua lantai yang megah dan mewah milik Pak Adyatama bagaikan sebuah istana baginya.Saat ujian tumpang tindih, masalah datang silih berganti. Saat berada di bawah dan terpuruk hampir menyerah. Itu hanya sementara, tidak selamanya. Meidina menerimanya dengan bersabar karena yakin roda kehidupan akan berputar cepat ataupun lambat.Roda kehidupan berputar itu juga bisa digunakan sebagai pengingat bagi orang-orang yang kini berada di atas, di puncak agar tidak sombong, lupa diri, dan meremehkan orang yang berada di bawahnya. Karena kenikmatan itu tak akan selamanya, karena bisa jadi roda kehidupan yang berputar bisa membuat jatuh tergelincir ke bawah. Saat sedang di posisi atas dan mendapatkan banyak kenikmatan hendaknya selalu bersyukur.Begitu pula roda ke