Share

7. Ketahuan Mama

*****

Aku terus membuntuti Ayu dari belakang. Wanita memang sangat mengerikan jika sedang marah, buktinya wanita selembut Ayu bisa sekasar itu ketika marah. Sebenarnya di lubuk hatiku merasa sedikit khawatir dengan keadaan Saqina. Tapi, aku jauh lebih takut jika calon istri keduaku ini marah dan membatalkan rencana kami untuk menikah. Toh, Saqina wanita yang kuat dan aku yakin dia baik-baik saja sekarang. Lagi pula, andaikan dia tak menentang niatku untuk menikahi Ayu, hal ini tak mungkin terjadi.

Drrtt … Drrtt.

Ponselku berbunyi, terpaksa aku berhenti mengikuti Ayu, lalu meraih gawai di saku.

'Nomor siapa ini?' batinku berfikir.

[Halo, ini mas rama?] Suara di ujung telepon menggema.

[Ya, betul.]

[Mas Rama, saya Denok-tetangga samping rumah. Istrimu pendarahan, sekarang dalam perjalanan ke rumah sakit. Dimana, Mas? Cepat kesini!]

Deg!

Saqina pendarahan? Astaga! Bagaimana mungkin ini bisa terjadi, apa mungkin aku telah menendang perutnya terlalu keras? Padahal tak sengaja. Aku harus s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status