Share

Pikirkan Apa Saja

Melihatnya tersenyum, itu cukup bagiku —untuk perasaan yang kupendam selama ini.

***

Waktu menunjukkan pukul empat sore. Di sebuah bangunan bergaya klasik modern, yang terletak di UN Village, Hannam-dong, Mark memanuverkan mobilnya di pekarangan rumah tersebut.

"Gomawo Mark. Mau mampir? Kak Dejun sudah di rumah sepertinya," ucap Karina sambil menunjuk dengan dagunya ke arah garasi, mobil Dejun sudah ada di sana.

Tersenyum manis. "Lain kali ya. Aku harus menjemput Ibuku. Bibi Irene juga masih di butik 'kan?" sahutnya sekaligus bertanya.

Ya, Irene dan Seulgi bersahabat. Mereka punya usaha di bidang fashion, terkadang Karina dan Mark yang dijadikan model brand mereka. Hitung-hitung hemat biaya produksi, kata ibu-ibu mandiri tersebut.

"Heum, mungkin nanti pulang bersama Jisung. Ya sudah hati-hati Mark. Salam untuk Bibi Seulgi," jawab Karina.

Lelaki dengan senyum jenaka itu mengangguk sekali. "Ya sudah sana masuk ke rumah. Jangan lupa mandi, karena aku mencium bau tidak sedap," ucapnya dan tertawa sampai matanya menjadi sangat sipit.

"Ya! Mark Lee! Kau mengajakku berkelahi eoh? Ayo!" pekik gadis itu tersulut emosi, namun hanya bercanda.

Mark tertawa terbahak-bahak menanggapi ucapan sahabatnya itu. "Aku hanya bercanda," ucapnya.

"Sudah sana pulang, sampai jumpa Mark." Karina melambaikan tangan.

Mark masuk ke dalam mobil dan menurunkan sedikit jendelanya. "Annyeong Na," ucapnya sambil mengedipkan satu matanya —menggoda Karina.

Mobil Mark pun melaju keluar dari pekarangan rumah Karina. "Ck, dasar Magu!

Gadis itu masuk ke dalam rumah dan berteriak menyerukan nama kakak tertuanya. "Kak Dejuuun!"

Dejun yang sedang menonton televisi tersentak kaget. "Ada apa hm?" sahutnya.

"Kakak sendiri? Yang lain pada belum pulang?" tanya Karina sambil menghampiri kakaknya.

Dejun hanya mengangguk mengiyakan semua pertanyaan adiknya.

Karina duduk di sofa tepat di samping Dejun. "Kakak kenapa sudah ada di rumah? Jangan bilang, Kakak bolos kerja ya? Aku akan mengadu pada Paman Winwin," ucapnya.

"Enak saja, omonganmu itu —" ucapan Dejun dipotong oleh Karina.

"—benar, iya 'kan?"

Dejun mencebik. "Tidak Na. Kau sendiri kenapa sudah pulang?"

"Hanya ada satu matakuliah, jadi kuputuskan untuk pulang. Aku ingin istirahat," jawab Karina.

Dejun mengangguk. "Padahal aku ingin mengajakmu pergi..." ucapnya sambil menghela napas panjang.

Karina langsung menoleh ke arah Dejun dan berkata, "tidak! Aku tidak lelah. Tapi, nanti temani aku ke toko buku ya, ada yang ingin kubeli."

"Oke, aku ingin mengajakmu makan malam di La Bosseade," sahut Dejun. Sebenarnya hanya akal-akalan Dejun saja, ia ingin ditemani ke kediaman temannya untuk mengambil sesuatu.

Gadis itu berdiri dari duduknya. "Ayo Kak sekarang. Lagi pula Ibu dan Jisung pasti pulang malam. Ayah? Aku tidak tahu," ucapnya.

"Sekarang? Mandi dulu, kau tidak mencium bau badanmu sendiri eoh?" goda kakaknya itu.

Mendengus sebal, Karina berkata, "ya sudah iya, aku mandi dulu." Lalu mengerucutkan bibir.

"Jangan mengerucutkan bibir seperti itu, kau ingin dicium Mark?" celetuk Dejun menggoda adiknya.

Tentu saja Karina langsung menatap Dejun horor. "Kakaaak!! Kenapa jadi Mark?!" sahutnya dan langsung menuju kamar sambil menghentak-hentakan kakinya.

Satu jam kemudian.

"Karina! Kau bisa lebih cepat? Tidak perlu berdandan, kau sudah cantik seperti Ibu," teriak Dejun dari lantai bawah.

Karina pun keluar kamar dan bergerak menuruni tangga. "Siapa juga yang berdandan. Aku sedang mencari lipbalm yang baru kubeli dengan Ningning kemarin. Tapi di mana ya?" tanyanya.

Dejun seperti mengingat sesuatu. "Ah, yang warna merah muda bukan? Ada di kamar Jisung sepertinya. Tadi aku tidak sengaja melihatnya saat akan mengambil sepatu," sahutnya.

"Astaga Jisuuung! Itu kan limited edition!" seru Karina sambil menghentakkan kakinya.

Dejun mengusap pelan surai dark blue milik Karina. "Ya sudah berikan saja untuk Jisung, nanti kita beli lagi. Akhir-akhir ini bibirku juga sedikit pecah-pecah, jadi aku akan membelinya juga."

"Heum, baiklah," jawabnya masih sedikit kesal dengan Jisung.

"Ayo kita berangkat," ajak Dejun dan menggandeng tangan Karina.

Tiba-tiba langkah mereka terhenti karena pintu rumah terbuka dan menampilkan sosok Jaehyun. Ia baru saja pulang kerja.

"Kalian mau ke mana?" tanya Jaehyun.

Laki-laku dewasa itu menghampiri putrinya. "Kenapa dengan ekspresi wajahmu?" tanyanya lagi sambil mencubit pipi Karina.

"Biasa, ulah Jisung. Aku ingin mengajak Karina makan malam di luar dan mampir ke toko buku. Ada yang ingin dia beli," sahut Dejun.

Jaehyun mengangguk. "Jangan memasang wajah kesal seperti itu hm, ya sudah hati-hati. Kau bisa membawa black card milik Ayah, beli apapun yang kau mau sayang."

Namun, Karina menolaknya. Ia menggelengkan kepala dua kali. "Tidak perlu Yah, terima kasih. Aku masih memiliki sejumlah uang. Lagi pula ada Kak Dejun, ATM berjalanku," sahutnya sambil terkekeh.

Jaehyun mengacak pelan rambut putrinya itu. "Hm ya sudah, hati-hati ya Jun mengendarai mobilnya. Jangan sampai terjadi sesuatu dengan anak gadis Ayah satu-satunya," ucapnya.

"Siap Ayah! Ah, apa Ayah sudah makan malam? Atau ingin ikut bersama kami?" tanya Dejun.

Ayah tiga anak itu tersenyum. "Ayah sudah makan tadi bersama klien. Ibu dan Jisung juga sudah katanya saat Ayah menelepon Ibu tadi," sahutnya.

"Ya sudah kalau begitu, kami pamit pergi ya."

Jaehyun mengiyakan dengan anggukan, disertai dengan usapan halus dirambut Karina.

"Aku pergi," pamit Karina dan mencium pipi Jaehyun.

Mengangguk, Jaehyun berkata, "hati-hati ya sayang. Kau juga, Jun."

Di dalam mobil Lamborghini putih milik Dejun, adik perempuannya itu hanya diam tanpa ada niatan untuk bicara padanya. Fokus pikirannya entah ada di mana.

"Na, kita makan dulu ya. Setelah itu lanjut ke toko buku," ujar Dejun memutuskan untuk memulai pembicaraan.

"Ya sudah, aku ikut saja. Aku juga lapar, perutku sudah konser," ucap Karina sambil memegang perutnya dan menyengir.

Dejun tertawa dan berkata, "oke princess."

Karina merasakan keheningan dan ia memutuskan untuk menyetel musik di mobil kakaknya itu dengan lagu favoritnya saat ini Make A Wish - NCT U. Ia mulai menikmati alunan musik tersebut hingga kakaknya itu angkat bicara.

"Ah iya Na, setelah dari toko buku temani aku ke rumah teman ya. Ponselku tertinggal di sana," ucap Dejun.

Gadis itu mengangguk. "Hmm," jawabnya singkat, karena sedang menikmati lagu.

Dejun hanya melirik dan tersenyum melihat sifat adiknya yang seperti itu, sambil fokus menyetir.

***

Mereka sampai di sebuah restoran tempat biasa keluarga Jung berkumpul saat makan di luar —La Bosseade. Kebetulan pemilik restoran tersebut masih memiliki ikatan keluarga dengan Jung Jaehyun.

"Na, kau pesan apa?" tanya Dejun.

Gadis itu menjetikkan jari di dagunya. "Heum, seperti biasa," jawabnya sambil menyengir menunjukan deretan giginya yang rapi dan putih.

Dejun ikut terseyum. Lalu ia menoleh ke arah pelayan. "Baiklah, Jjajangmyeon dan Jus Strawberry. Pesananku samakan saja dengannya," ucapnya. Pelayan itu pun mencatat pesanannya dan menunduk untuk pamit.

Karina membuka grup Line sambil menunggu makanan datang.

LINE

'DRIMIS SQUAD'

Ningning

| Hallo guys

| Aku punya berita paling akurat dan terpercaya

Chenle

| Berita apa, hanya gosip receh pasti

Ningning

| Tidak usah balas chatku kalau hanya ingin meledekku

Giselle

| Bertengkar terus kalian berdua

| Mau aku siram?

Ningning

| Memangnya aku kucing

| Kau jahat 😭

Chenle

| Ha ha ha 😄

Giselle

| Berlaku untukmu juga Le

Ningning

| HA HA HA.

| Karina dan Mark mana?

Chenle

|Mereka sedang berduaan mungkin?

Karina

Ada berita apa? |

Mark

| Ada apa ini?

Giselle

| Dasar ya kalian

| Munculnya bersamaan

Chenle

| Benar 'kan mereka sedang berduaan

Karina

Apa katamu? |

Aku sedang di luar bersama Kak Dejun |

Mark

| Ah, mau ke mana?

Karina

Makan malam di tempat biasa |

Lalu ke toko buku nanti |

Sini menyusul |

Chenle

| Ya!

| Kalian kenapa asik berduaan

| Ningning ke mana, menghilang begitu saja

Mark

| Tunggu aku

Ningning

| Besok saja

| Putri tidur mengantuk

| Ingin sleeping beauty

| Bye

Read (3)

Ningning

| Oke fix di-read

Read (4)

Karina senyum-senyum sendiri melihat kelakuan teman-temannya, Chenle dan Ningning selalu saja bertengkar. Tapi percayalah, mereka sebenarnya saling memahami dan menyayangi.

"Ada apa? Kenapa kau senyam-senyum sendiri," tanyanya.

Karina mengalihkan tatapannya dari ponsel ke arah Dejun. "Ini lho Kak, Ningning dan Chenle bertengkar terus di obrolan grup," sahutnya sambil terkekeh.

Dejun mengangguk. "Ah, ya sudah dimakan makanannya sebelum menjadi dingin."

Ya, Karina tidak sadar kalau makanannya sudah dihidangkan di hadapannya.

"Heum, selamat makan Kak," ucap Karina sambil mengambil sumpit.

Mereka berdua menikmati makanannya, diselingi dengan obrolan yang bisa membuat keduanya tertawa.

Setelah cukup lama, Karina dan Dejun selesai dengan acara mengisi perut. Mereka ingin melanjutkan ke toko buku. Tapi gadis itu harus menunggu seseorang.

"Kak, tunggu sebentar ya. Mark sedang menyusul ke sini," ucap Karina.

Mengangguk. "Oh, ya sudah kita tunggu saja," sahut Dejun.

Sepuluh menit kemudian. Mark tiba di restoran tersebut. Ia menghampiri Dejun dan Karina. Mark terlihat sangat tampan dengan pakaian casualnya —kemeja lengan panjang warna cokelat, dipadukan dengan celana jeans hitam dan sepatu sneakers. Jangan lupakan jaket kulit hitam yang menambah kesan anak motor. Ya, Mark mengendarai motor malam ini.

"Kak Dejun, apa kabar?" tanya Mark sedikit basa-basi. Padahal baru kemarin mereka bertemu.

Dejun menoleh ke arah pemuda itu. "Ah, kau Mark. Aku baik, kau bagaimana? Sudah ada kemajuan belum soal —"

Mark mengisyaratkan dengan gerakan kedua matanya kepada Dejun untuk tidak melanjutkan kalimatnya. Beruntung Dejun langsung paham.

"Soal apa Kak? Mark?" tanya Karina penasaran sambil menatap Mark dan Dejun bergantian.

Mark terkesiap. "Ah, itu soal games yang kami mainkan beberapa waktu lalu, iya 'kan hyung?" jawabnya sambil meminta persetujuan dari Dejun.

"Ah iya games. Mark tidak bisa menaikkan levelnya, jadi aku bertanya sudah ada kemajuan atau belum," jawab Dejun berbohong.

"Oh seperti itu," ucap Karina sambil menganggukkan kepala. "Ya sudah Mark. Kau ingin pesan makan? Atau kita langsung ke toko buku?" tanyanya.

"Langsung saja, aku sudah makan tadi dengan Ibuku di rumah," sahut Mark.

Dejun dan Karina mengangguk sekali. "Na, kau ingin ikut Mark atau aku?"

"Kau bersama Kak Dejun saja. Aku tidak mengendarai mobil, angin malam tidak baik untukmu," cegah Mark sebelum Karina menjawabnya.

Karina pun hanya menggedikkan bahu. Sedangkan Dejun mengangguk setuju. "Mark benar. Ya sudah ayo."

"Ayo ke mana?" jawab Karina menggoda kakaknya. Tapi, ia menyesal karena Mark tiba-tiba menyahutinya.

"Ke pelaminan bersamaku."

Astaga Mark. Karina maupun Dejun hanya merotasikan bola mata mereka. Sedangkan Mark malah tak sadar diri dan menggandeng tangan Karina menuju parkiran mobil.

Na, maaf aku sudah berbohong padamu. Aku melakukan itu karena aku menyayangimu. Batin Mark.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status