Tania melangkahkan cepat kakinya pergi dari rumah Lexi. Yuri yang mendapat perintah dari Lexi untuk mengikuti Tania segera bergegas menghampiri wanita pujaan sang serigala Siberia itu.
"Nona, masuklah ke mobil. Saya akan mengantarkan Anda." ucap Yuri melajukan mobilnya pelan.
"Jika kau mengikutiku karena perintah Lexi, maka lupakan saja! Aku bisa pulang sendiri," sahut Tania tak menghentikan langkahnya.
"Nona ..."
"Yuri! Nona Yuri ... tolong, bisakah kau biarkan aku sendiri?" pinta Tania menghentikan langkahnya dan menghadap Yuri.
"Sekalipun Anda memohon pada saya ... maaf Nona, saya tak bisa," jawab Yuri menatap tajam Tania.
Tania bergeming dan hanya menarik napas panjang. "Terserah kau saja!"
Tania kembali melanjutkan perjalanannya dan menghentikan taksi yang tengah melintas tak jauh dari pandangannya.
"Good day, Mam."
"Good day, take me to Hermitage State Museum," ucap Tania.
"Ok, Mam."
Tak berapa lama, taksi
Rublevka, Kediaman Richard LexiTania yang mabuk dibawa oleh Lexi ke rumahnya. Setelah sampai di rumah, Lexi segera membawanya ke kamar utama dan membaringkan tubuh wanita cantik itu."Ambilkan air hangat dan handuk bersih, Yuri! Bersihkan tubuh Nona Tania dari sentuhan pria nista itu!" perintah Lexi kemudian membiarkan Tania terlelap dalam tidurnya."Baik, Tuan. Saya mengerti." Yuri segera keluar kamar Lexi dan meninggalkan mereka berdua.Lexi terus memandangi Tania dan mengelus dengan lembut pipi putihnya. Wajahnya didekatkan dengan wanita pujaannya itu. Tangannya tak pernah sekalipun dilepaskan dari tangan Tania. Retinanya selalu menatap wanita itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.Yuri hanya memperhatikan tuannya dari kejauhan, tak berani menyela apa yang Lexi sedang lakukan. Sementara itu, Lexi yang masih duduk di dekat Tania tak bisa menahan hasratnya untuk tak melepaskan pandangannya. Keinginan yang kuat untuk memiliki wanita cantik itu
"Selamat pagi, Tania."Suara berat seorang pria terdengar dari balik pintu besar coklat tua dengan ukiran pola rumit dan bergagang emas. Tania segera melongokkan kepalanya dan sosok pria berjas warna blue navy dan beralaskan sepatu warna hitan mengkilap menghampiri Tania dan tersenyum padanya."Do you feel good?" tanyanya kembali."Kau ... Tuan Lexi?" terkejut Tania dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya."Ya, ini aku. Kenapa? Kau tampak terkejut?" tanya Lexi berdiri di hadapan Tania."Kalau begitu, saya permisi dulu, Tuan, Nona." Yuri meninggalkan mereka berdua.Tania merasa canggung, tangannya dia sembunyikan di balik selimut tebal warna putih dan sesaat dia tersadar pakaian yang ia kenakan bukanlah yang kemarin ia pakai."kau!!" Tania tiba-tiba mengeluarkan tangan kanannya dan menunjuk ke arah Lexi."Aku kenapa?" tanya Lexi seraya melihat sarapan Tania yang belum tersentuh sama sekali. "Kenapa kau belum makan, Tania?" Lexi kemu
SkyPoint Sheremetyevo HotelTania tak lagi dapat membendung air matanya ketika ia tahu apa yang terjadi di kamar pria yang masih berstatus suaminya itu."Kau ..." Katrina membukakan pintu untuk Tania."Bukankah Anda ..."Sontak, Katrina merasa canggung dan membetulkan piyama model lingerie warna hitam dengan belahan bagian depan nan menggoda."A--Anda ingin bertemu dengan Andre?" tanya Katrina masih tampak canggung.Tania yang awalnya menangis, kini mengusap air matanya dan menatap tajam Katrina. "Bukankah ini kamar Andre? Tentu saja aku ingin menemuinya!" sahut Tania tanpa panjang lebar langsung masuk ke kamar Andre dan melihat tubuh Andre terkulai tanpa busana, masih tertidur lelap dan setengah badannya ditutupi selimut.Tania duduk di sebuah sofa warna putih yang berhadapan langsung dengan tempat tidur sang suami. Katrina tampak kikuk dan suasana kaku tampak terasa di antara mereka berdua."Apa kau ingin aku membangunkan Andre
Kantor Lexi Czar ExpeditionLexi yang masih terbawa emosi karena sikap Tania pagi ini melampiaskan kekesalannya dengan membanting patung giok gajah di mejanya. Terdengar suara bunyi yang cukup kencang di lantai dan patung itu berserakan menjadi berkeping-keping. Rambutnya yang rapi berubah berantakan, dia juga melepas dasi hitam yang dikenakannya, membuang jas blue navy-nya dan menggulung kemeja putihnya hingga sebatas lengan. Tangan kirinya merogoh saku celananya dan mengambil ponsel hitam miliknya."Bagaimana? Apa 'sesuatu' yang aku minta sudah sampai?" tanya Lexi di telepon."Baiklah! Tunggu aku di sana. Aku akan segera berangkat!" ucap Lexi memutus sambungan teleponnya dengan seseorang.Senyum seringai terlihat di wajah tampan sang serigala, wajah yang awalnya penuh dengan emosi dan kekesalan kini berubah menjadi lebih tenang dan senyum seringai hingga mengembang sesekali Lexi tunjukkan. Tak lama setelah dia menelepon, Lexi mengambil jasnya yang ia buang
SkyPoint Sheremetyevo HotelAndre terlihat sedang membereskan beberapa pakaiannya dan memasukkannya dalam lunggage-nya yang berwarna coklat motif garis-garis putih. Mata yang sembab, wajah sayu dan kumis timis di atas hidung dan dagunya menjadi penampilan terbarunya. Seperti tak terawat! Ya, itulah gambaran fisik yang kini dapat dilihat dari seorang Andre Mahardika Prayoga. Wajah putih bersih bak oppa-oppa negeri Ginseng tak lagi bisa dinikmati oleh para wanita. Dia membiarkan fisiknya tak terurus dan terawat, terutama setelah kejadian beberapa hari yang lalu. Terduduk kini Andre di atas kasur empuknya, menatap sekeliling kamar tempatnya menginap, menghela napas, melihat layar ponsel miliknya berharap keajaiban Tania akan menghubunginya."Hah, hahahhaha ..." tiba-tiba Andre tertawa lepas seraya menangis dengan kepala tertunduk. "Aku benar-benar bodoh telah melepasmu, Tania! Mataku benar-benar buta karena godaan seorang wanita yang tak lebih baik darimu! Kini Tuhan
Bandara Soetta, IndonesiaHampir sekitar 20 jam penerbangan yang harus dilalui oleh Andre dari Rusia ke Indonesia, rasa jetlag pun dia rasakan ketika turun dari pesawat yang membawanya. Dengan langkah cepat, dia keluar bandara dan langsung menuju mobilnya yang ia parkirkan di halaman bandara selama beberapa minggu."Hah, finally ... Indonesia. I'm coming home," gumam Andre mulai memanaskan mesin mobilnya dan menyandarkan tubuhnya ke kursi empuk mobilnya seraya melihat cakrawala bandara yang sedang berbintang namun tiada berbulan."Tania, bagaimana kabarmu? Rasanya sudah seperti berabad aku tak bertemu denganmu. Padahal baru tadi pagi kita ... aku menghubungimu. Aku rindu padamu," gumam Andre tak sadar matanya perlahan demi perlahan terasa mengantuk hingga seseorang datang dan menggedor-gedor pintu mobilnya. Seorang petugas security bandara rupanya melihat Andre yang sedang tertidur di mobilnya dengan kondisi mesin menyala dan segera Andre terbangun dari ti
Rumah sakitWisnu yang tengah berada di rumah sakit menggantikan Andre menemani wanita yang telah ditolongnya duduk di depan ruang UGD. Matanya masih terkantuk dan dilihat, sudah pukul 3 pagi. Udara dingin mulai menyergap dan sesekali pandangan mata Wisnu menyeloroh ke luar rumah sakit yang ditanami pepohonan yang rimbun."Ampunnn, mimpi apa gue semalem sampe diminta tolong begini," keluhnya.Tak lama, seorang perawat datang dan menghampiri Wisnu yang tengah memandang ke luar halaman rumah sakit."Maaf, apa Anda melihat laki-laki yang ada di sini barusan?""Siapa, Sus?" Wisnu balik bertanya dan sesaat di berpikir dan berkata, "Maksud Anda pria yang menggunakan syal merah, sepatu boots dan jas panjang warna hitam?""Benar, Pak." Suster itu menganggukkan kepalanya."Saya temannya laki-laki itu. Dia meminta saya untuk menitipkan seseorang yang ada di ruang UGD. Mmm, kalau boleh tahu yang di dalam sana siapa, Sus?" Wisnu penasaran."Saya p
Sebelumnya,Andre yang melihat perbuatan Elliana dengan salah satu mahasiswanya telah membangunkan emosi dalam diri Andre. Dia kembali teringat akan kesalahan terbesarnya tergoda dan terpancing kata manis seorang Elliana hingga membuat Tania pergi meninggalkannya."Wanita busuk! Aku akan membalas semua perbuatanmu!" geram Andre saat melihat punggung Elliana meninggalkan kelas di mana perbuatan tak senonoh itu terjadi.****Ruang DosenBRAK!!Elliana langsung membanting beberapa buku tebal yang tengah dibawanya. Ekspresi wajahnya yang penuh emosi tampak sangat jelas terlihat. Wisnu yang kebetulan berada di ruang yang sama dengan Elliana segera menghampirinya dan membawakannya segelas air mineral."Ini," Wisnu menyodorkan segelas air mineral ke hadapan wanita seksi itu."Kau kasihan padaku?" tanya Elliana ketus."Apa? Apa maksudmu, El?" tanya balik Wisnu."Bilang saja jika kau kasihan padaku karena Andre mencampakkanku!"