Tubuh pria itu terlihat menegang saat Gerardo menatapnya semakin tajam. Mendengar nama Venosa, Teo semakin yakin jika ada yang sudah memata-matainya beberapa hari terakhir dan ini tidak pernah mudah untuknya.
“Kenapa kau diam, Teo? Bukankah selama ini kejujuran mu sangat luar biasa?”
“Siapa yang mengatakan jika aku ada di markas venosa?” Teo sedikit meninggikan suaranya. “Akan ku habisi dia!” lanjutnya dengan penuh amarah.
“Itu tidak penting! Sekali lagi aku bertanya, untuk apa kau ada di sana?”
Teo tidak bisa menjelaskan apapun. Otaknya tidak bisa berpikir dengan jernih. Jika ia sampai mengatakan mengintai seseorang, bukan tidak mungkin jika Gerardo akan tahu jika ia berbohong.
“Aku sedang bertemu seseorang,” Teo mengatakan itu untuk menenangkan Gerardo. “Aku bertemu dengan pria bernama Roy. Aku dengar dia adalah pembelot yang tak terlihat.”
Gerardo tidak bereaksi. Pria itu tetap dengan wajah tanpa ekspresi menatap Teo. Pria itu saat
Eduardo hanya bisa pasrah mendengar itu. Ia tahu bagaimana keras sifat Rae dan Aldric. Tapi jika bisa, ia akan menghentikan segalanya dan menyudahi semua ini. Pria tua itu akan hidup dengan tenang dalam kebahagiaan bersama kedua anaknya. “Andai saja papi tidak terbawa emosi dan dendam, mungkin semua ini sama sekali tidak akan terjadi.” Pria tua itu menunduk, menyembunyikan air matanya dari kedua anaknya. Tapi apa gunanya menyesal, semua telah terjadi dan tidak akan bisa dikembali seperti semula. Rae dan Aldric hanya bisa terdiam. keduanya lantas meraih tangan Eduardo dan memegangnya erat. Mereka menunjukan jika pria tua itu tidak sendiri, ada mereka yang kini bersamanya. “Aku tidak ingin seperti ini! Bagaimana kalau kita keluar dan menikmati sinar matahari bersama?” usul Rae dengan wajah yang senang bukan main. “Kenapa tidak?” “Al, kau lebih dulu keluar bersama papi. Aku akan ke kamar mandi sebentar, nanti aku menyusul.” Aldric
Saat air dingin itu menyentuh kulit Teo yang saat ini masih tidak sadarkan diri, tubuhnya merespon dan matanya perlahan terbuka. Samar-samar ia melihat Gerardo berdiri tidak jauh dari posisinya saat ini. Pria itu sedang berbicara bersama salah satu anak buahnya, dan telinganya mengangkap sebuah nama yang tidak asing, akan datang untuk menyelamatkannya. “R-Rae....” lirihnya dengan gemetar. Sadar jika saat ini Teo telah bangun, akhirnya Gerardo berjalan mendekati pria itu dan mengucapkan selamat. Berkatnya, ia tak perlu berusah payah untuk membawa Rae kembali ke dalam mansion miliknya. Pria itu benar-benar tertawa bahagia di atas penderitaan Teo. Tapi Teo masih beryukur, paling tidak ia masih memiliki sebuah kesempatan untuk membalaskan dendam keluarganya. “Jangan senang dulu, Gerard! Rae mungkin kembali, tapi kembalinya gadis itu adalah sebuah bencana baru untuk mu.” “Apa yang kau maksud bencana di ranjang ku?” Gerardo tertawa keras. “Aku sudah
Rae menatap pria itu dengan tajam dan penuh amarah. Tapi meskipun begitu ia tetap bertahan, berusaha untuk tetap tenang sama seperti biasanya. "Aku rasa telingaku perlu diperiksa di bagian THT!" Rae menyeringai penuh ejekan pada pria itu. Sedangkan Teo, saat ini pria itu sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya perlu bersiap dan pasang badan saat pria itu maju untuk menyakiti Rae. "Jika kau mengijinkan, mungkin aku bisa membantu mu," jawab Gerardo penuh kesopanan, tapi sayangnya bibir dan mata pria itu sama sekali tidak menunjukkan kebaikan sedikit pun. Rae hanya berdecak dan kembali memapah Teo untuk keluar dari ruangan penyiksaan tersebut tanpa peduli dengan kehadiran Gerardo. Tanpa rasa takut, Rae terus berjalan sampai akhirnya ia sampai di ambang pintu. Tiba-tiba saja sebuah layar menyala, menunjukan bagaimana kebersamaan Rae, Al dan Eduardo pagi ini. "Apa kau tidak berniat untuk melihat ini, Nona Catalina?" teriak Gerardo de
Gerardo pergi meninggalkan ruangan tersebut dan membiarkan Rae untuk bersiap. Tidak seorang diri, Rae saat ini di temani oleh seorang maid yang siap membantunya melakukan apapun. “Anda terlihat sangat cantik, Nona,” puji sang maid dengan tulus. “Tapi kau tidak akan mengatakan jika aku cantik saat kau tahu apa pekerjaan ku,” timpal Rae dengan wajah datarnya. Ingin Rae menghilang detik ini juga, namun sayangnya itu sama sekali tidak mungkin. Ia manusia biasa dan tidak memiliki kemampuan apapun kecuali menghabisi nyawa seseorang. “Tuan muda tidak mungkin salah memilih seorang wanita.” “Apa kau yakin?” tanya Rae dengan menatapnya tajam. “Aku adalah seorang pembunuh bayaran dan aku datang kemari untuk menghabisi nyawa tuan mu.” Gerakan tangan maid itu terhenti sejenak, tapi tidak lama kemudian tangannya kembali bergerak dan menyelesaikan tugasnya dengan begitu sempurna. Rambut panjang Rae kini sudah ditata layaknya sebuah sanggul, dengan an
Suara tegas dari Rae membuat kedua orang tua Gerardo menatap gadis itu dengan lekat. Jelas terlihat jika Ia sama sekali tidak menyukai hal apapun mengenai pernikahan ini. Dalam benak mereka terus saja bertanya-tanya, mengapa gadis yang di bawa putranya teramat sangat menunjukan kebencian dari pada cinta yang besar dan begitu tulus. “Sebaiknya kau mengantarkan calon istri mu pulang sekarang, Gerard! Ayah rasa dia tidak suka pulang terlalu larut,” Alex berusaha untuk membuat keadaan kembali nyaman, andai saja pria itu tahu siapa Rae, mungkin saja ia akan menolaknya tanpa perlu berpikir. “Anda benar! Gadis baik seperti saya tidak suka pulang terlalu larut,” timpal Rae dengan segala kesombongannya. Gerardo tidak bisa berbuat apapun. Ia hanya menatap Rae dengan tatapan tajamnya dan segera bangkit dari duduknya, pergi meninggalkan meja makan. Tentu saja dengan membawa gadis itu di sampingnya. Pria itu saat ini benar-benar marah. Sikap Rae benar-bena
Rae terbelalak saat melihat prilaku Gerardo yang dengan begitu berani terhadapnya. Ia tetap ingin mempertahan diri, tapi sayangnya semua yang Ia harapkan tidak terjadi. Posisinya saat ini benar-benar terdesak. Kemana pun ia melarikan diri, maka pria itu akan dengan sangat mudah menangkapnya kembali. “Jaga kelakuan mu! Atau aku tidak akan segan-segan untuk bertindak,” ancam Rae dengan tangan yang masih menyilang di depan dada. “Nona Catalina...! Aku bisa melakukan apapun sesuka ku dan kau tidak berhak melarang ku. Kecuali... Kau bisa mengalahkan ku!” “Aku bukan wanita mu!” serunya dengan tegas. “Tapi kau akan menjadi wanita ku. Malam ini!” Gadis itu menggeleng saat melihat seringai jahat Gerardo. Ia menghindar, tapi kemenangan saat ini ada pada Garardo. Rae tiba-tiba saja kehilangan keseimbangan saat kakinya membentur ranjang, membuatnya terjengkang dan terlentang di atas ranjang king size tersebut. Jantung Rae bergemuruh, alarm
“Dante!! Apa maksud mu berkata seperti itu?” Dante “...” “Katakan!!!” Teo menarik kerah kemeja Dante dengan sisa tenaganya, membuat Dante ikut terbawa karena tubuh Teo masih tidak seimbang. “A-aku benar-benar tidak tahu! Aku hanya bertugas untuk memeriksanya dan saat ini dia sedang...” “Rae saat ini sedang tidur dengan pulas!” suara Gerardo membuat kedua pria itu terkejut bukan main, terutama Dante yang masih menjadi salah satu anak buah pria itu. Teo menunjukkan senyum penuh ejekan pada Gerardo. Bertahun-tahun lamanya ia menjadi tangan kanan pria itu, sudah banyak hal dan kebiasaan dari nya yang Ia ketahui. Wajah itu penuh kepalsuan. Wajah itu benar-benar penuh tipu daya dan wajah itu hanya akan mengasihani mereka yang bersedia mati. “Apa yang kau lakukan padanya?” suara Teo sedikit menggeram, dan kilatan amarah dalam matanya terpampang nyata. Pria itu benar-benar ada dalam puncak amarahnya. Andai saja ia bisa, pasti Teo akan
“Papi ingin kalian selamat. Jadi papi harap kamu tidak keberatan, Al.” “Aku benar-benar tidak rela!” Al benar-benar tidak bisa menerima keputusan yang sudah diambil Eduardo. Ia tidak bisa membayangkan saat melihat adiknya bersanding dengan Gerardo. Saat ini Ia hanya bisa menahan amarah, memegangi pelipisnya dan menarik napas dalam. Ingin rasanya Al membantah perkataan Eduardo, tapi semua itu sangat sulit untuk Ia katakan. “Apa papi yakin? Maksudku... Untuk merestui pernikahan mereka, apa itu akan berdampak baik?” “Papu sudah memikirkan segalanya dengan penuh perkiraan! Meskipun papi tahu, jika adik mu akan marah saat mengetahui hal ini.” “Setelah tahu hal itu, bahkan papi masih berniat untuk melanjutkan pernikahan ini?” nada suara Al mulai meninggi saat melihat raut wajah Eduardo yang sedikit menegang. Eduardo “...” Al berdiri, melihat Ed dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan. “Aku akan pergi ke