Share

[4] Pohon dan Rencana

Sekarang hari ketiga aku disini. Di mansion ini. Disini aku tidak bisa ngapa-ngapain, cuma bisa tidur, makan, mandi secara berulang kali. Intinya... tiba-tiba aku jadi kaum rebahan tanpa ada yang komen.

Enak banget~~

Setelah kejadian perlemparan itu, aku tidak lagi bertemu dengan Duke karena dia sibuk jadi babunya si Raja atau bisa dibilang ayahnya jodohnya si permen Milkyta itu.

Ekhem.

Maksudku Milly.

Karena ini masih pagi, sekarang aku sedang ingin berada di taman sendirian. Buat refreshing. Jangan jadi anak rebahan terus.

Seharusnya aku ditemani oleh beberapa pelayan jika ingin pergi keluar kamar. Tapi bukan aku jika tidak bisa maksa orang oke? Aku memaksa agar tidak ada yang mengikuti. Rasanya aneh jika diikuti kemana-mana.

Lagipula aku ingin waktu me-time.

Aku berjalan dengan memperhatikan pemandangan hamparan bunga mawar putih yang sangat banyak sekali. Sesekali kulihat ada pelayan yang lewat dari arah berlawanan dan menyapaku.

'Yah setidaknya mereka menyapaku.'

Aku berjalan sampai di ujung dan udara terasa semakin dingin. Sejujurnya sedari tadi udaranya mulai terasa mendingin sejak aku sudah tidak melihat satupun bunga mawar putih, hanya tanaman rambat dan semak-semak yang dibentuk. Hishhh, udaranya membuatku menggigil.

Apakah ini mau musim dingin? Tapi kan baru musim panas.

Sebuah pohon besar dipagar yang terletak di ujung taman ini menarik perhatianku. Itu.. pohon beringin?

Ada seorang perempuan berseragam pelayan berambut coklat tua yang membawa alat penyiram didepan pohon itu. Itu pelayan kan?

Pelayan itu menatap pohon didepannya dengan tatapan kosong.

Aku menghampiri pelayan tadi dan karana dia mendengar suara langkahku yang menginjak ranting dia langsung berbalik. Sebentar, aku membeku. Astaga! Cantikk banget! Rambut coklat tua dengan mata zamrud yang bersinar dibawah bayangan pohon.

"Ah, ternyata itu anda nona Sherina. Hahh.. saya kira itu penunggu pohon ini~" pelayan itu menghela napas lega sambil melihatku.

Penunggu?

"Pohonnya ada penunggu?"

'Aku tau bahwa pohon beringin itu angker, tapi ini di Isekai kan? emang sama angker juga?',

Pelayan itu langsung menjelaskan cerita kuno tentang pohon besar didepan.

"Nona, Banyak orang bilang jika pohon ini itu berhantu. Karena dulu pernah ada kejadian pembullyan waktu kerja. Yang dibully, seorang pelayan, memutuskan untuk gantung diri disini. Waktu malam saat sedang jam jaga malam, pelayan maupun ksatria terkadang melihat bayangan sesosok orang yang gantung diri itu berjalan disekitar sini."

Kakak pelayan cantik itu menjelaskan sambil menggerakkan kedua tangannya seakan ingin menangkap ku. 'Oh? dia mencoba menakuti ku?'

Tidak ingin membuatnya merasa canggung karena tidak berhasil membuatku takut, aku yang masih enam tahun ini cuma bisa menjerit nggak jelas. Mencoba bertingkah seperti umur, sesekali nggak papa kan?

"Kyaa! Itu menyeramkan!" Aku menjerit sambil memeluk tubuhku sendiri dengan membuat ekspresi ketakutan. Kakak pelayan yang melihatnya malah menyeringai puas.

'Duh malu banget kalo ada yang tau kalo aku dah umur 20 masih tingkah kayak gini.'

*Umur mental 14 tahun waktu ke isekai + umur tubuh 6 tahun, ditotal jadi umur jiwanya adalah 20 tahun.

"Nah, jadi nona jangan kesini sendirian ya?"

Aku yang mendengar kata-kata itu menatapnya dengan tatapan 'Kamu sendirian kesini lho'. Segera kakak pelayan menggaruk leher bagian belakangnya yang tidak gatal sambil tersenyum aneh.

"Hehehe, kalo saya cuma nenangin pikiran jenuh ditaman ini juga sekalian nyiram."

Terlepas dari jawaban kakak pelayan, aku mengalihkan pandanganku pada pohon besar didepanku ini walau terbatas dengan pagar. Sangat besar dan rindang sekali.

'Ternyata didunia ini ada pohon beringin ya, apa kakak yang menambahkan pohon ini didunia ini?'

Aku yang masih penasaran tentang penghuni pohon beringin itu, ingin bertanya pada kakak pelayan yang tadi kuajak bicara.

"Kak--"

Sewaktu menoleh... dia sudah menghilang! Nggak ada suara orang lagi jalan lho!

Aku menoleh ke kanan dan kiri mencari pelayan tadi tapi nihil, aku bahkan mengecek tanah apakah ada bekas telapak sepatu atau tidak, tapi ternyata tidak ada sama sekali.

"..."

Lalu kemana kakak tadi? tak ingin memikirkan sesuatu yang aneh-aneh aku berbalik menghadap ke pohon beringin itu sambil bergumam kecil..

"Hm.. aku jadi penasaran.."

"Nona Sherina!"

Aku mendengar samar-samar ada yang memanggil namaku dari belakang. Aku menoleh dan melihat Marvos serta beberapa pelayan berlari ke arahku.

"Hah.. hah.. ha.. Nona! Kukira anda mengalami sesuatu! Kami sedari tadi mencari anda, nona! Anda sudah menghilang selama empat jam tanpa pengawasan!" Marvos tiba tiba mengguncang bahuku dan memutar badanku memastikan aku tidak kenapa napa.

"Empat.. jam?" Aku terkejut mendengar betapa lama ternyata waktu yang aku habiskan. Tunggu sebentar, sejak kapan empat jam.. secepat tadi..?

"Benar! Anda tidak melihat matahari sekarang tepat diatas kepala?" Marvos menjelaskan sambil menggerakan jari telunjuknya mengarah ke atas. Otomatis aku melihat keatas juga. Matahari sekarang terasa tepat diatas pohon beringin besar itu.

Yang berarti kira-kira ini sudah tepat siang hari, sebelumnya aku keluar dari kamar jam delapan lebih sedikit. 'Berarti benar empat jam…'

'Bagaimana bisa selama itu? Seharusnya mungkin cuma dua jam saja.'

Aku kembali menatap ke belakang mengabaikan semua pertanyaan mereka dan memandang pohon beringin ini yang seperti sedang melambai-lambai. Pemandangan yang terasa aneh karena yang bergerak-gerak diterpa angin adalah akar gantungnya.

'Aku harus memastikannya.'

Apakah didunia ini juga ada hantu?

Aku membulatkan tekad berencana melihat sosok penunggu pohon ini saat tengah malam nanti karena rasa penasaranku seperti apa rupa hantu didunia ini. Tunggu saja..

...

Sesuai yang sudah aku rencanakan, aku akan keluar saat tengah malam dan mungkin saja masih butuh waktu menunggu agar penghuni pohon itu keluar sendiri. Masa aku teriak-teriak nggak jelas? Tengah malam itu! waktu orang pada tidur!

Aku bertanya pada Marvos apa disini ada kegiatan seperti ronda malam di sekitar taman dan ternyata di jawab dengan gelengan. Hahaha! Aman kawan-kawan!

Marvos juga memberi tahuku jika Tuan Duke sudah pulang dari istana raja barusan. Apa hubungan kepulangannya denganku? maksudku, aku bahkan tidak bertanya, untuk apa Marvos memberitahuku itu?

Aku membuat tatapan bertanya dan Marvos menjawab dengan penuh harapan. Dia ingin besoknya aku sarapan bersama Duke, di ruang makan, BERDUAAN!

Benar-benar kata yang membuatku mual sekarang.

Jika kalian kira ini seperti cinta terlarang antara ayah angkat dan anak perempuannya mengingat umurku yang seharusnya sudah dewasa, kalian salah besar! Aku bisa saja dibanting diatas meja besok!

Aku ingin menolaknya. Mulutku ingin terbuka dan menjerit 'Nggak mau!' Tapi terhenti setelah melihat Marvos yang sekarang ini terlihat seperti memohon, sangat memohon.

Mau tak mau aku hanya bisa memberi anggukan setengah hati dan terlihat dia kegirangan bahkan sedikit melompat lompat sambil tertawa nggak jelas.

"Huohohoho~~"

Aku melihatnya dengan tatapan 'Apa dia sedang kerasukan sesuatu?' ku toleh kanan kiri, ternyata para penjaga dan pelayan yang melihatnya juga memandangnya dengan tatapan sama tapi dengan arti berbeda.

Jika aku terjemahkan bahasa mata mereka.. Mereka mengatakan 'Ternyata dia kerasukan lagi hari ini.'

Aku hanya bisa menatap datar tak tau harus merespon bagaimana.

Kembali ke soal rencana. Sekarang ini hampir tengah malam. Aku memastikan didepan pintuku para penjaganya tertidur.

Oke, mereka semua sedang tidur berdiri sekarang. Nggak usah tanya gimana caranya karena aku juga nggak tahu.

Aku segera melipat selimut yang berwarna abu-abu dari dalam lemari dan mengikatnya memutar leherku. Benar, aku menjadikannya jubah. Suhu diluar pasti dingin, jangan lupa kalau ini sudah malam dan aku tetaplah anak kecil, apalagi aku belum pernah mengeluarkan sihir, jadi kekebalan tubuhku masih rata-rata orang biasa.

Aku juga membawa sekantong kecil coklat yang tersisa saat waktu cemilan siang tadi. Mungkin kalau aku sedikit nyemil nggak apa-apa kan? Toh nanti kalo hantunya laper kan tinggal makan bareng.

Sebenarnya aku membungkusnya karena pernah mendengar kata-kata yang menyebutkan bahwa, orang yang memberimu makan adalah orang baik, jadi setidaknya aku jika bisa aku ingin meninggalkan kesan baik jika bertemu. Walau aku nggak tahu hantu masih bisa makan atau tidak.

Setelah semua persiapan sudah sempurna, aku membuka jendelaku bersiap untuk melompat. Dan apa kalian tau? Kamarku dilantai dua, aku masih enam tahun.

Tenang saja aku tak akan patah tulang kok! Aku sudah melihat ke bawah dan mengatur pendaratan agar bisa sempurna tanpa terkilir sama sekali.

Kalau kalian bertanya kenapa aku bisa melihat jelas dimalam hari, aku sendiri tak tahu, mungkin mataku punya lensa inframerah?

Aku melompat dan mendarat dengan selamat sampai tanah. Sebenarnya aku juga melatih keahlian tak terdeteksi yang kutahu dari beberapa anime yang pernah kulihat. Sepertinya ini kelebihan menonton anime. Yang kubutuhkan hanyalah fokus dan konsentrasi extra, sekarang bayangkan kau memiliki sesuatu yang menyelimuti tubuhmu.

Segera aku berjalan cepat ke arah taman. Aku terhenti setelah melihat taman utama. Terlihat lagi taman mawar merah putih yang sekarang terlihat menyeramkan waktu malam.

Setelah menguatkan iman aku berjalan kembali kearah ujung taman, tempat pohon beringin itu tumbuh subur.

Aku terkaget melihat pemandangan seram didepanku ini. Akar yang melambai lebih kencang dan kasar saat malam dengan bayangan yang menutupi cahaya bulan. Aku mendekat dan menyentuh pagar pembatas sambil terus fokus melihat ke atas. Sampai..

"Apa yang kau lakukan disini?"

Muncul suara yang familiar. Tunggu, suara ini.. dan hawa yang dingin ini.. dia adalah--

-- orang yang membanting ku di depan gerbang!

Siapa lagi kalau bukan Duke?!

'Kalian pasti bingung kenapa aku selalu mengaitkan dengan dibanting kan? Kesan pertama itu sangat penting.... dan kesan kasarnya dimataku itu sama seperti saat dia membanting ku.'

Kembali ke kenyataan. Sekarang Duke sendirian, mendekatiku dengan tatapan tajam. 'T-tunggu, kok kamu ada disini??'

Apa dia akan melemparku ke atas pohon? Kupikir itu baik-baik saja karena aku mendapatkan bonus pemandangan dari atas sana. dan juga gampang saja turunnya, hanya menggunakan akar-akar yang hampir mencapai tanah.

Aku tidak sadar karena terus membatin dan sekarang ini dia sudah berada tepat di depan diriku yang otomatis membuatku mendongak ke atas.

"Katakan.Apa.Yang.Kau.Lakukan.disini." Duke bertanya sambil menekan semua kata di pertanyaannya. Aku sampai kesusahan menelan ludahku sendiri karena tatapannya yang sedang mengintrogasi.

Aku tidak menjawab dan memilih untuk berbalik kembali menatap ke arah pohon beringin besar itu. Otomatis Duke juga menoleh ke arah yang sama denganku. Kami diam tetap memandangi akar pohon yang mulai melambai-lambai terkena angin malam.

"Aku sebenarnya penasaran.."

".." Duke diam menunggu aku menyelesaikan kalimatku.

"Siapa penunggu pohon ini." Aku melanjutkan jawaban yang sudah ditunggu oleh Duke. Kembali ku menoleh kearahnya dan dia membuat tatapan seolah mengingat sesuatu yang penting, dan tak lama kemudian dia menatapku tajam kembali.

Bedanya sekarang terlihat sedikit lebih ganas.

Tanpa sadar aku mundur selangkah.

Apakah aku baru saja membuat kesalahan besar?

"Kenapa kau mundur?"

"Eee.. karena aku akan dilempar?"

Duke membuat ekspresi seakan aku mengatakan hal yang aneh. Hei! apa kau lupa sudah melemparku saat kita pertama kali ketemu?! Aku mengutuknya didalam hati, sampai tersadar bahwa dia lebih mendekat padaku dan mengarahkan tangannya.

Secara reflek aku menutup mata. Mengira dia akan mengangkat lalu melemparku seperti sebelumnya, tapi aku hanya mendengar suaranya.

"Heh."

Mendengar itu, mataku langsung terbuka sempurna, apakah.. apakah dia baru saja terkekeh? padaku?! bisa terlihat jelas salah satu sudut bibirnya terangkat. Intinya, dia sedang menyeringai!

"Ada apa dengan ekspresimu? aku hanya mengambil daun ini." Benar saja, ada daun yang sedang dia pegang. Jadi aku hanya berprasangka buruk? ternyata dia baik..

"Ekspresimu sungguh menghibur, Heh."

"..."

"Ah sialnya aku tidak membawa cermin, jika aku membawanya, kau akan bisa melihat betapa lucu ekspresimu itu, Haha."

'KUTARIK KEMBALI PEMIKIRANKU! KAU TIDAK BAIK!'

Tidak ramah!

Bintang satu untukmu!(ノ`Д´)ノ彡┻━┻

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status