Share

[1] Ini bukan duniaku..

Butuh beberapa hari, agar aku dapat menyimpulkan hal-hal tak masuk akal yang terjadi. Aku butuh beberapa hari karena otak bayi itu belum sempurna untuk memikirkan hal-hal yang berat. Jika aku nekat, maka aku akan cepat kelelahan dan tertidur sepanjang hari.

Setidaknya waktu empat hari bagiku untuk menyatukan memori-memori tentang awal novel merupakan suatu pencapaian. Ah, aku sangat bangga pada diriku sendiri.

Ini beberapa kesimpulan dan fakta.

1. Aku terlahir kembali dengan nama Sherina, atau nama yang sama dengan tokoh antagonis di novel 'Lady with the Light Magic' karangan kakak laki-lakiku.

2. Ini benar-benar dunia didalam novel itu, dan artinya aku memanglah Sherina. Dan novel itu akan menjadi masa depan yang nyata. Tempat ini adalah panti asuhan di daerah kumuh utara ibukota, tempat tinggal Sherina sebelum diadopsi oleh Duke Chavelier yang akan terjadi tujuh tahun dari sekarang.

3. Fakta bahwa aku, Sherina, benar-benar yatim piatu. Aku mendengar percakapan Reene dan Marie waktu aku berpura-pura tidur, bahwa ayah kandungku adalah prajurit bayaran sementara ibuku yang tak diketahui asal-usulnya mati saat membawaku ke panti asuhan ini. Dan dari penjelasan Reene yang melihat ibuku secara langsung, ibuku memiliki warna rambut dan mata berwarna hitam.

'Bukankah Reene bilang jika rambut hitam itu sangat langka?'

Jujur saja aku takut apa yang akan aku hadapi waktu aku akan tinggal disini. karena sama sekali tidak dijelaskan secara detail bagaimana hidup Sherina saat masih berada dipanti asuhan.

Sejujurnya jika dipikirkan kembali, walau Sherina adalah tokoh antagonis utama, masa lalunya tidak dijelaskan secara detail. Tidak seperti Milly yang apapun, dimasa kecilnya, akan dijelaskan sangat detail.

Rasanya seperti kakak sengaja melakukannya agar pembaca hanya akan fokus pada Milly dan berpikir mengenai betapa malangnya masa lalu Milly. Mengingat jika Milly hanyalah tokoh jahat yang berlindung dengan gelar protagonis utama membuatku sedikit merasa kesal.

Hufft.. tenangkan dirimu Alicia, tenang..

Sherina di gambarkan secara JELAS bahwa dia menguasai sihir api yang hebat, dan baru di akhir cerita terungkap dia juga bisa menguasai sihir cahaya. Sungguh tokoh yang OP jika dibandingkan dengan Milly.

Milly hanya menguasai sihir cahaya,

Sebenarnya kemampuan tersembunyi nya itu terungkap saat dialog terakhir Sherina tepat beberapa detik sebelum dia digantung..

“Jika aku mengungkapkan cahayaku.. apa mereka akan memihakku? apa mereka akan memperhatikanku? mencintaiku? ibu...aku minta maaf, ibu aku minta maaf, ibu...aku--”

Sherina yang putus asa mengucapkan kata terakhirnya sebelum akhirnya dia mati sebagai bukti bahwa cinta sang tokoh utama akan selalu bersemi bersama cinta sejatinya. TAMAT.

'Cinta sejati apaan, darimana itu cinta sejati brengsek!! korban cuci otak ya baru benar!'

Aku benar-benar mempertanyakan apa yang ada dipikiran Sherina.

'Kenapa dia tidak mengungkapnya jika dia sudah tau? dan kenapa dia menyebut ibu, bukannya ayah? Apa ada hubungan antara sihir cahaya dengan ibu kandung Sherina?'

Sepertinya hal itu cuma kak Allen dan sherina asli yang tahu. Jika tidak salah Sherina dan Milly seumuran, dan pertama kali bertemu waktu pesta ulangtahun Pangeran yang ke-8. Pangeran lebih tua setahun dari Sherina dan Milly, dan itulah pertama kali Sherina jatuh cinta dengan Pangeran tapi Sang Pangeran jatuh cinta dengan Milly.

'Dasar masih kecil kok dah tau cinta-cintaan.'

Aku bahkan masih mengingat jelas bagaimana novel menggambarkan Milly dengan rambut seperti permen kapas dengan warna mata serasi, selalu menunjukkan senyum malaikat (baca: iblis) dan memikat (baca: menjerat) Pangeran kecil.

Ngomong-ngomong mengenai Sang Pangeran, dia adalah satu satunya Pangeran kerajaan ini, yang artinya dia adalah Pangeran mahkota diumur ke-7 dia disahkan.

Alland Chaiden.

Dengan rambut pirang bersinar memancarkan sinar seperti mentari yang menyilaukan ditambah iris biru lautnya seperti warna samudra yang sangat mempesona dan membuat banyak lawan jenis menaruh hati mereka kepadanya.

Setidaknya seperti itulah penjelasan singkatnya penggambaran fisik tentang pangeran Alland. Entah kenapa namanya hampir sama dengan kak Allen jika dipelesetkan sedikit.

Jangan bilang deskripsi kayak ganteng nan idaman itu dia mendeskripsikan dirinya sendiri kan?

Ah, aku tidak bisa menjelaskan apapun lagi. Memori sekarang sangat buram seperti foto jaman dulu, hitam putih. Setidaknya aku masih memiliki banyak waktu mengingat aku masih bayi. Ngomong ngomong tentang panti asuhan, aku tidak melihat ada anak lain yang lalu lalang dilorong depan kamar yang kutempati, entah kenapa rasanya juga sangat sepi. Aku hanya melihat Reene dan Marie saja.

Oh iya, bagaimana Sherina terpilih ya? penjelasannya cuma karena faktor acak. Tidak mungkin cuma karena acak kan? jika kuingat lagi..

[Datanglah pria yang kira-kira berusia 30 tahun, pria yang tidak memiliki anggota keluarga itupun akhirnya memilih Sherina kecil yang sedang bermain di depan panti asuhan dengan sihir apinya. Ternyata pria tersebut adalah Sang Duke Chevalier yang terhormat. Yang dikenali sebagai kaki tangan terpercaya Sang Raja saat ini.]

Apa karena Sherina menunjukkan sihir api yang langka dimiliki rakyat biasa?

Jika itu, Aku tidak usah belajar sihir saja!

Aku hanya perlu diam saja, tidak perlu memikirkan untuk menguasai sihir. Jika aku bisa mengaktifkan sihirku, Duke akan mengincarku dan aku akan dimasukkan kedalam akademi. Latar dimana hidup Sherina mulai.. berantakan, disaat dia bertemu dengan Milly.

'Hidup nyaman tenang dan damai! Aku akan mencapainya! Lihat saja Milly! Aku tak akan mengganggu jalanmu! Silahkan miliki saja Pangeran!'

Aku memukul mukul langit menunjukkan tekadku yang membara-bara sampai kelelahan dan tertidur lagi.

'Btw gini ya rasanya jadi bayi. Benar-benar aku banget~ Makan tidur, makan tidur, tak ada yang memarahi~'

Yah! Sudah kutetapkan bahwa aku tidak akan belajar sihir! Demi masa depanku yang nyaman!

...

Apa kalian tau? Ternyata enak juga disini, apalagi dengan tubuh baru yang dimulai dari bayi. Mengesampingkan fakta aku menjadi bayi lagi, lokasi tempat ini cukup.. nyaman.

Walaupun ini panti asuhan kecil di lingkungan kumuh dipinggiran ibukota, disekitar sini tidak ada kejahatan. Biasanya kan ada seperti yang modelan kayak preman, begal, pokoknya apapun pelaku kejahatan lainnya. Aneh juga sih..

Aku baru mengetahui jika ternyata di panti asuhan ini hanya tersisa lima sampai tujuh anak saja, dan aku yang paling kecil! Awalnya aku merasa gugup, namun setelah bertemu mereka, mereka semua ternyata sangat baik sama aku~

Melihat anak-anak yang lebih tua dariku, terutama yang laki-laki, aku jadi kangen sama kak Allen.

'Kira kira kak Allen ngapain ya? Btw aku masuk ke dalam novel, apa aku sudah mati?'

Aku terus menebak-nebak apa yang terjadi dengan tubuh asliku. Perkiraan terbesarku aku sudah mati, karena jiwaku ada disini, sementara tubuhku disana.

Emang kalo manusia masih hidup gitu?

Aku menepati tekadku enam tahun lalu bahwa aku tak belajar sihir. Sebenarnya waktu itu Marie menyuruhku untuk belajar sihir api, karena aku memang pengguna elemen api. Tapi jelas aku menolak! Di novel Sherina disebut dengan pengendali sihir api yang jenius, jadi agar aku tak menonjol aku tidak mau belajar saja.

Tapi dia tahu darimana ya? maksudku soal aku punya sihir berelemen api. Hmm.. Ah baiklah, tidak usah dipikirkan.

Tok tok tok

"Sayangku, Sherina, makan malam sudah siap~ ayo kita makan bersama yang lainnya oke?" Ternyata yang mengetuk adalah Reene. Dia mengabari jika kita akan makan malam bersama anak yang lainnya. Jujur saja aku masih agak canggung dengan anak panti yang lain. Apalagi karena faktor aku yang paling kecil. Walau yang kecil cuma badannya.

"Baik."

Aku menjawab lalu turun dari tempat tidurku. Lalu segera menuju ke ruang makan dan duduk dikursi bagianku.

"Nah, anak-anak, ayo kita mengucapkan terimakasih pada kakak Reene yang sudah memasakkan makanan untuk kita semua." bimbing Marie sambil melihat satu per satu anak-anak yang ada di sekelilingnya termasuk aku lalu berhenti di Reene sendiri.

"Terimakasih Kakak!"

Reene memerah mendengar kata-kata terima kasih dari kami semua. Padahal hampir setiap hari kami mengucapkannya, dia masih saja terharu.

"Hahaha, wajah kak Reene memerah! Lihat itu!" Goda salah satu anak sambil menunjukkan senyum nakalnya.

Reene buru-buru menutupi wajahnya dengan nampan makanan didepannya. Dan semua orang di ruangan itu tertawa.

'Walaupun canggung, kami semua terhubung karena kesamaan. Jujur saja ini adalah hal yang paling aku harapkan dikehidupanku sebelumnya.'

Makan malam dengan keluarga lengkap. Saling bercanda ria. Ibu.. ayah.. kak Allen.. aku tidak akan bisa bertemu mereka, atau mendengar suara cuek itu lagi. Aku.. sendirian didunia ini..

Kak Allen, jelas aku merindukannya, karena dia adalah yang benar-benar menganggapku ada, dia bahkan memanggilku sebagai adiknya dengan perasaan tulus walau kami tidak memiliki hubungan darah. Ibu dan ayah.. aku tidak menyangka aku akan mengatakan ini, namun aku merindukan mereka.

Tanpa sadar aku mengeluarkan air mata walaupun cuma beberapa tetes.

Dan ada seorang anak yang menyadari keadaanku.

"Hei! Lihat! Si bungsu sedang menangis!" Teriaknya memecah tawa yang tadi terdengar sekarang diganti keheningan mendalam dan mereka semua menatapku.

"Bungsu! Apa kau tidak papa?"

"Sherina sayang~ apa kau sakit? Apa makanannya tidak sesuai seleramu?"

Berbagai teriakan perhatian ditunjukkan padaku dan aku cuma bisa menundukkan kepalaku, merasa lebih terharu saat melihat fakta bahwa mereka sangat memperhatikanku.

'Kalian bahkan memanggilku si bungsu.. padahal kita tak punya hubungan darah sama sekali..'

Aku benar benar terharu sampai tidak bisa menahan tangisku lebih lama.

"Huaaaaaa!!"

"EEEEEHHHHHH?!"

Aku tetap menangis dengan kencang tak melihat wajah mereka semua memucat.

'Kuharap hari seperti ini tak akan pernah berakhir.'

Tak kusangka takdir tetaplah takdir, dan masalah sebenarnya akan datang keesokan harinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status