Share

2

Sementara Jenni yang merasa sedang diolok-olok oleh Lisa hanya menggerutu kesal. Ia tahu Lisa hanya bercanda dengan semua ucapannya, namun ia tetap saja kesal juga akhirnya.

“Lo pasti senang kan, kan lo bisa tidur kapan aja lo mau. Gue ma udah tau otak busuknya situ. Dasar lo tuti,” ucap Jenni akhirnya. Ia berusaha menjatuhka Lisa kembali.

“Nah ini nih kebiasaan, selalu nyari-nyari kesalahan orang lain. Gue ma kayaknya dimana-mana selalu aja salah ya Rose. Nasib gue kok sial amat gini yah. Salah apa gue di masa lalu,” keluh Lisa dengan mimik wajah sedih yang ia buat-buat. “Oh iya Jen gue mau ke toilet nih, lo mau nitip nggak ?” lanjut Lisa.

“Ya kali ke toilet aja pake acara nitip-nitip ? lo kate kantin. Kalau mau ditemenin bilang aja Bu. Nggak usah pake acara nitip-nitip segala.”

“Eh gue ikut dong,” sambung Rose.

“Nggak ada yah ikut-ikut, gue cuman nerima nitip,” cetus Lisa sambil memandang Rose dengan tatapan sinisnya.

“Ya kali gue minta persetujuan lo. Hahahaha” Jawab Rose dan Jenni bersamaan. Keduanya tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi kaget Lisa mendengar tertawaannya yang bersamaan.

Ketiganya pun menuju toilet bersama. Ada begitu banyak perbincangan yang mengisi perjalanan mereka hingga akhirnya kembali lagi ke dalam ruang kelasnya.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Benar-benar seperti satu kali kedipan mata saja. Hari pertama di sekolah kali ini hanya di isi dengan sesi perkenalan yang di pandu oleh wali kelas kemudian dilanjutkan dengan bersih-bersih ruangan. Hari yang cukup melelahkan dan juga cukup menyenangkan alasannya selalu saja sama. Alasan khas anak sekolahan, karena hati ini tidak ada jadwal mata pelajaran yang memusingkan.

Lisa dan Jenni pulang bersamaan karena memang sebelumnya mereka sudah berjanji untuk pulang bersama-sama. Keduanya menuju halte bus tempatnya untuk menunggu kendaraan umum datang menjemputnya. Sementara Rose mengambil jalan terpisah dengan keduanya. Sebab ia memiliki tujuan yang lain dengan Jenni dan juga Lisa.

Hanya butuh 20 menit saja untuk akhirnya sampai di rumahnya. Karena kebetulan bus yang di tumpanginya hanya berhenti di depan lorong kompleknya, Lisa terpaksa harus berjalan kaki untuk dapat sampai di depan rumahnya.

Bukan kali pertama ia melakukannya. Lisa sudah sangat terbiasa berjalan kaki menuju ke rumahnya sejak ia bersekolah di bangku SMP hingga kini. Karena kesibukan Papanya, Lisa terkadang hanya mengandang bus sekolah untuk sampai ke rumahnya. Dan tak jarang pun Lisa sendiri yang meminta agar ia pulang bersama dengan Jenni menggunakan bus sekolah saja.

“Ma, Lisa pulang. Papa udah balik Ma ?” ucapnya saat sudah sampai di dalam rumahnya.

“Belum tuh, katanya mau ketemu klien dulu. Mungkin pulang setelah makan malam. Kenapa emang ? mau nitip sesuatu ?” jawab mamanya saat mendapati Lisa sudah duduk di sampingnya.

“Mau nitip buku catatan. Tadi rencananya sih mau singgah di toko dekat sekolah bareng Jenni, eh tapi kata Jenni dia lagi ada acara keluarga gitu jadi nggak sempat singgah-singgah dulu. Nggak asyik juga kan kalau misalnya mau nimbrung sendiri ke toko.”

“Ya udah entar mama w******p Papa deh. Ya udah kamu ganti baju terus makan gih sana. Eh tapi mandi dulu, tadi pagi kan nggak sempat mandi. Masa cantik-cantik jorok. Bikin malu mama aja.”

“Iya iya bu negara. Bawel amat sih.”

Lisa pun menuruti semua perintah mamanya itu. saat tiba di kamarnya ia langsung melepas tasnya dan menuju ke kamar mandi. Rasa lelah seharian, dan bau parfum yang sudah bercampur dengan keringatnya, membuat badannya sudah berbau asem.

Setelah melakukan ritual mandinya, ia pun melesat ke ruang makan untuk dan menyantap makan yang sudah sedari tadi di siapkan oleh mamanya. Lisa melahap dengan penuh semangat. Makanan yang mengisi perutnya sewaktu siang tadi di kantin sudah lenyap karena berjalan kaki menuju ke rumahnya.

Perutnya telah kenyang, badannya pun sudah segar dan kini yang ia butuhkan hanya rebahan. Lisa bergegas ke ruang tengah untuk lanjut bermain game FreeFirenya lagi. Namun belum sempat Lisa masuk ke aplikasinya, mendadak handphonenya rame dengan chat grup di w******p. Dan tak lama kemudian panggilan masuk Jenni pun muncul di layar handphonenya.

“Lis Lis Lis lo dimana,” ucap Jenni di balik panggilan teleponnya.

“Ya di rumah lah bambang, mau dimana lagi. tadi perasaan kita pulang bareng. Lo lupa yah.”

“Lo udah periksa w******p grup kelas nggak.”

“Ya kali gue periksa grup nggak jelas, mendingan gue main game aja. Udah ah Jen gue mau main nih. Lagi seru-serunya nyerang.”

“Eits entar dulu dong. Ini tuh ada yang penting banget Lis. Katanya nih yah si Vie, Vie itu pacaran sama Rose. Tadi ada yang ngepost di forum sekolah gitu, nggak tau deh siapa abisnya pake nama anonim gitu. Seriusan deh, nggak nyangka gue. Terus abis itu kok Rose nggak cerita yah sama kita. Padahal kan kita teman dekatnya dia. Eh tapi kalau gue perhatiin Rose tuh lebih dekat dengan Jimmy deh dibanding sama si Vie. Kok bisa sih mereka pacaran. Ahh pokoknya gue nggak percaya,” cetus Jenni tanpa jeda.

“Udah ngomelnya ?”

“Aishh lo nggak asyik, gue serius nih ngocehnya. Emang benner yah Rose jadian sama Vie ?”

“Ahh nggak tau gue, udah yah gue mau main nih. Mendingan lo tanyain langsung ke Rose aja. Ngapain nanya-nanya ke gue. Kalau gue mah mana tahu urusan pribadi mereka. Okey, Byebye bambang.”

Tuttt tuttt tuuttt...

Belum sempat Jenni membalas ucapan Lisa, panggilannya langsung dimatikan sepihak oleh Lisa. Sontak membuat Jenni kesal. “Benar-benar nih anak yah kalau lagi main game, semua serba diabaikan. Entar kalau udah punya pacar gimana nih anak. Bisa stress setiap hari tuh pacarnya. Pusing, pusing, pusing deh gue.” Keluh Jenni.

Setelah mematikan telepon dari Jenni, Lisa berencana melanjutkan niatan awalnya untuk bermain game. Tapi ketika hendak membuka aplikasinya tiba-tiba tangannya malah masuk ke aplikasi f******k dan melihat forum sekolahnya. Tanpa disadarinya Lisa membaca kiriman yang menandai Rose dan Vie tersebut. Sekalipun didepan Jenni ia ogah mengurusi Rose dan V namun pada kenyataannya jiwa kekepoannya juga sangat tinggi dan meronta-ronta.

“Hei kok gue malah buka ini sih, tadi kan mau main game,” batinnya

Lisa berkali-kali mengomel dengan dirinya sendiri dan akhirnya memutuskan untuk mematikan dan meletakkan handphonenya di meja lalu menuju ke kamarnya untuk istrahat. Berkat ocehan Jenni, mendadak Lisa kehilangan moodnya untuk bermain game dan akhirnya lebih memilih untuk tiduran di kamarnya saja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status