Home / Romansa / Begin Again With You / 2. Mari Hapus Masalah Kita

Share

2. Mari Hapus Masalah Kita

last update Last Updated: 2025-08-14 11:11:32

Hanna bersyukur karena tiga hari yang lalu kala ia memberitahu Adit tentang kabar kehamilannya, Adit terlihat tenang dan lebih banyak tersenyum. Bahkan kali ini Adit berniat mengajaknya untuk memeriksakan kandungannya. Entah kenapa dengan sikap Adit yang seperti ini, Hanna yakin jika sebentar lagi ia harus menelepon orangtuanya dan meminta restu untuk menikah dengan Adit. Hanna tahu jika orangtuanya akan kecewa dengan pilihan yang ia ambil bahkan mungkin merasa gagal mendidiknya dengan baik. Karena itu Hanna berniat untuk mencoba hidup mandiri tanpa bantuan finansial dari kedua orangtuanya kala ia sudah menikah dengan Adit. Hanna yakin mereka akan mampu menghidupi keluarga kecil ini asalkan kedua orangtua mereka tidak banyak menuntut dan berekspektasi tinggi pada mereka berdua.

Kala kelasnya hari ini selesai, Hanna segera mencari Aditya dan tanpa banyak membuang waktu, Aditya segera mengajak Hanna untuk menuju ke tempat di mana ia sudah membuat janji yang tidak diketahui oleh Hanna. Sepanjang perjalanan Hanna hanya bisa mengernyitkan keningnya karena Aditya lebih banyak diam. Ketika akhirnya Hanna sampai di sebuah tempat yanng lebih cocok disebut sebagai klinik daripada rumah sakit, Hanna sadar akan suatu hal. Kemugkinan besar Adit memintanya untuk menggugurkan kandungannya. Ketakutan itu tiba-tiba sudah menyelimuti diri Hanna namun ia harus tenang dan memikirkan caranya untuk kabur tanpa disadari oleh Adit.

"Katanya kita mau ke rumah sakit?" tanya Hanna begitu Aditya mematikan mesin mobil.

"Rumah sakit antrinya lama, jadi kita ke sini aja."

"Kok aku rada gimana gitu ya, Dit sama tempatnya. Enggak nyaman aja aku lihatnya."

Hanna melihat wajah Adit yang tampak memiliki beban berat hingga akhirnya Adit memegang tangannya.

"Han, kamu tahu 'kan kalo aku cinta sama kamu?"

Hanna menganggukkan kepalanya pelan sambil menatap wajah laki-laki yang merupakan cinta pertamanya ini.

"Karena aku cinta sama kamu, aku enggak mau membuat hidup kamu susah apalagi menderita. Salah satu hal yang bisa membuat hidup kita menderita adalah memiliki anak ketika kita belum siap mental dan materi. Karena itu lebih baik kita men-delete masalah kita ini sebelum terlambat."

satu detik...

dua detik...

tiga detik...

Hanna diam mematung di kursi penumpang depan mobil. Memikirkan bahwa Adit merasa bahagia seperti dirinya karena akan memiliki anak tiga hari yang lalu kini pupus sudah. Senyum yang Adit berikan nyatanya membuat Hanna merasa dibohongi. Oh, tidak... bukan dibohongi, ia saja yang terlalu bodoh menjadi seorang wanita yang rela menyerahkan mahkotanya dan terlalu mempercayai gombalan Adit selama ini. 

Rasanya Hanna ingin marah pada dirinya sendiri karena jauh-jauh ia menempuh pendidikan dari keluarganya agar ia memiliki kebebasan sedikit seperti orang lain tapi yang ada akhirnya ia merasa bersalah. Andai bisa kembali ke masa di mana pertama kali ia bertemu dengan Aditya, Hanna pasti akan dengan senang hati memilih untuk tidak mengenalnya. Ia kira Adit adalah anugerah di hidupnya namun nyatanya Adit adalah musibah besar yang baru ia sadari beberapa menit ini.

Aditya yang menyadari jika Hanna terlihat sangat shock dengan informasi ini hanya bisa memgang tangan pacarnya itu lebih erat lagi. Ia harus meyakinkan Hanna tentang langkah ini adalah demi kebaikan mereka berdua. Tidak mungkin ia dan Hanna akan bisa merawat anak ini tanpa bantuan finansial dari orangtua mereka saat ini. Apalagi mereka baru memasuki tahun kedua berkuliah di sini. Masih ada beberapa tahun lagi hingga mereka menyelesaikan pendidikan, bekerja dan barulah mereka bisa menikah lalu memiliki anak. Rencana ini sudah terpatri di dalam hati dan kepala Adit. Ia akan berusaha mewujudkannya meskipun ia tahu jika pilihannya kali ini akan membuat konflik besar dengan Hanna.

"Aku tahu anak itu anugerah tapi kalo dia datang saat ini di hubungan kita, dia menjadi musibah. Kita baru 19 tahun, Han dan masa depan kita masih panjang. Nanti setelah kita men-delete si trouble maker ini, kita bisa kembali ke kehidupan normal kita. Ke depannya aku juga janji kalo aku akan pakai pengaman setiap kali kita berhubungan agar kamu enggak jebol lagi."

Hati Hanna rasanya diiris-iris kala mendengar perkataan Adit ini. 

"Dit?" panggil Hanna pelan dan hampir seperti orang bergumam.

"Ya?"

"Apa kamu yakin dengan semua ini?"

"Yakin. Selama tiga hari aku mencari tempat aborsi yang memilki reputasi bagus dan sebisa mungkin minim resiko. Akhirnya aku nemuin tempat ini. Sekarang kita keluar, ya?" Ajak Adit kepada Hanna.

Kini Hanna segera membuka pintu mobil dan keluar mengikuti apa yang Adit lakukan. Begitu Hanna sudah berada di luar, Hanna segera berjalan mendekati Adit. Mereka masuk bersama ke dalam klinik. Saat Adit melakukan registrasi, Hanna meminta ijin untuk ke toilet. Sayangnya bukan menuju ke arah toilet, Hanna justru menuju ke arah pintu keluar. Begitu ia berhasil keluar dari klinik aborsi ini, Hanna segera mencari taxi. Untung saja ia segera mendapatkannya. Ia meminta supir taxi itu mengantarkannya ke apartemennya. Di tengah perjalanan, sebuah panggilan masuk ke dalam handphone Hanna. Tidak perlu bertanya siapa yang melakukan panggilan ini, tentu saja Adit yang merasa bahwa ia terlalu lama berada di dalam kamar mandi. Hanna mencoba mengabaikannya dan justru mengirim sebuah pesan kepada Adit.

Hanna : Aku masih di kamar mandi. Kamu tunggu aja nanti aku samperin ke sana kalo sudah selesai. 

Setelah mengirimkan pesan itu, Hanna segera mematikan handphonenya. Ia tak memiliki banyak waktu saat ini. Begitu sampai di apartemennya, Hanna segera berlari ke arah lift. Ia hanya bisa berdoa bahwa Adit tidak akan menyusulnya saat ini. Ia perlu berkemas dan meninggalkan tempat ini secepatnya. Saat sampai di dalam unit apartemennya, Yang Hanna lakukan adalah membuka koper dan memasukkan beberapa pakaiannya. Selesai itu, ia segera mengemasi dokumen-dokumen penting miliknya. Sekitar lima belas menit Hanna berkemas-kemas kini dirinya segera keluar dari apartemen dan mencari taxi.

Di tengah-tengah ia merasa kecewa dengan sikap Adit Hanna tahu bahwa ia harus menemukan sebuah tempat perlindungan untuk dirinya. Mengingat ia tidak memiliki keluarga di sini, akhinya hotel menjadi pilihan Hanna untuk tinggal sementara sambil ia mencari tiket penerbangan untuk pulang ke Jakarta.

***

Sejak beberapa hari yang lalu, Adit sudah uring-uringan di dalam apartemennya karena Hanna pergi meninggalkan dirinya begitu saja. Handphone Hanna yang tidak aktif dan apartemennya yang kosong ketika Adit masuk ke dalam, cukup menjadi sebuah jawaban bahwa Hanna telah berbohong kepada dirinya. Rasa marah dan kecewa benar-benar Adit rasakan saat ini. Terlebih tidak ada satupun teman Hanna yang tahu keberadaan wanita itu saat ia mencoba menelepon dan menyambangi teman-teman Hanna di kampus. 

Damn it!

Rasa frustasi yang Adit rasakan benar-benar telah sampai di puncaknya. Ia harus memastikan bahwa darah dagingnya yang ada di dalam rahim Hanna itu benar-benar sudah lenyap untuk selama-lamanya. Jangan sampai suatu saat nanti ada seorang anak yang mencari dirinya lalu meminta pertanggung jawaban karena telah menelantarkannya. Ah, tidak... jika sampai hal terjadi, sama saja artinya dengan menghancurkan nama baik keluarga dan terlebih masa depannya.

Sebuah pesan yang masuk ke handphone Adit membuat Adit segera membukanya. Nama Hanna muncul di sana. Sumber utama kegelisahannya selama beberapa hari ini akhirnya mengabari dirinya. Segera saja Adit membukanya.

Hanna : Aku sudah menghapus masalah kita. Mulai sekarang kamu bisa hidup dengan tenang.

Adit cukup terkejut saat membacanya, namun begitu ia mencoba menelepon Hanna, nomer perempuan itu sudah tidak aktif lagi. Meskipun masih memiliki rasa kesal, namun Adit berusaha untuk mengontrol dirinya. Informasi dari Hanna ini cukup melegakan bagi dirinya meskipun ia tidak mendapatkan foto janinnya yang telah diaborsi oleh Hanna.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Begin Again With You   141. Suasana Pagi di Guest House

    Pernikahan Gadis dan Gavirel yang dilangsungkan hari ini membuat Hanna dan Adit cukup takjub. Tamu yang hadir kali ini mungkin bisa mencapai ribuan orang. Pengaruh orangtua Gadis serta keluarganya di dunia bisnis membuat tidak hanya mereka saja yang hadir di tempat ini namun juga keluarga Adit. Karena itu sejak Adit sibuk menemani Gavriel di beberapa acara Adat yang harus dijalani, Hanna, Raga dan Lean memilih menemani orangtua Adit berkeliling kota ini. Hanna tidak pernah menyangka jika Lean yang berusia 4 tahun lebih ini sudah lebih banyak mengenal kota ini daripada dirinya. Mereka bahkan mengunjungi beberapa tempat yang justru dipandu oleh Lean. Yang paling memalukan adalah Hanna beberapa kali salah mengambil jalan di sini. Terlalu banyak jalan satu arah yang membuat dirinya sedikit shack shick shock. Maklum saja dulu ketika tinggal di Klaten ia lebih banyak menghabiskan waktunya di Jogja daripada di Solo karena ia kuliah d

  • Begin Again With You   140. Bikin Mama Cemburu

    Hanna melihat jam tangan yang melingkari tangan kirinya malam ini. Ia bisa melihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan sampai saat ini baik Raga maupun Adit sama sekali belum memberikannya kabar sama sekali. Hmm... tidak ia sangka jika Adit dan Raga benar-benar menikmati waktu mereka berdua saja tanpa kehadiran dirinya. Kali ini mungkin ia bisa memaafkan hal itu karena ia masih berada di dalam mobil Pradnya dan masih dalam perjalanan pulang menuju ke rumahnya. Perjalanannya akan menempuh waktu yang cukup lama karena mereka terjebak macet parah. Hmm... sungguh, dulu ketika ia tinggal di klaten, mau ke Jogja saja tidak sampai satu jam perjalanan, tapi di Jakarta dari rumah ke kantor terkadang bisa menghabiskan waktu satu jam lebih. Bukan jarak yang jauh namun kemacetan adalah sumber masalahnya. Karena itu pula Hanna tidak bisa protes kepada Adit ketika Adit sering kali memilih memakai transportasi udara sebaga

  • Begin Again With You   139. Menemani Raga

    Hanna duduk di hadapan Pradnya dan Dana yang malam ini sudah ada di rumahnya. Khusus acara ini, Hanna membiarkan Raga dalam pengasuhan Adit. Karena bagaimanapun juga ia membutuhkan waktu untuk berbicara serius dengan kedua temannya ini. Kala Pardnya dan Dana hanya diam saja, Hanna memilih membuka percakapan lebih dulu."Gue ngundang kalian berdua ke sini karena mau minta maaf atas sikap gue beberapa waktu lalu. Seharusnya gue bisa jauh lebih bijak menanggapi semua itu."Pradnya dan Dana hanya saling pandang sebentar dan mereka tidak bisa menahan tawanya. Apalagi ketika mengingat pembicaraan mereka berdua di dalam mobil tadi menjadi kenyataan saat ini. Hanna yang tanpa tedeng aling-aling langsung meminta maaf membuat mereka menunggu adegan selanjutnya."Gue harap kalian m

  • Begin Again With You   138. Sebagai Pasangan VS Sebagai Relasi Bisnis

    Hanna tidak bisa menutupi wajah penuh bahagianya setelah beberapa hari ini dirinya mencari calon pengganti Bejo hingga akhirnya ia menemukan orang itu. Atas bantuan dari Adit dan Malik, akhirnya Hanna bisa menemukan sosok Bramajaya. Laki-laki berusia 28 tahun yang masih single dan tentunya sudah memiliki penngalaman bekerja selama 3 tahun di salah satu perusahaan multi nasional sebagai staff."Bram, mulai besok kamu bisa langsung mulai belajar dari Pak Bejo tentang apa saja yang harus kamu kerjakan. Banyaklah bertanya dan belajar selagi pak Bejo masih ada di tempat ini.""Baik, Bu.""Oh, iya, saya punya anak namanya Raga. Mungkin sesekali dia bakalan ngerepotin kamu dengan permintaan absurd-nya. Kalo kamu merasa dia sudah keterlaluan, kamu bisa langsung

  • Begin Again With You   137. Kembali ke Perusahaan

    Sejak pulang dari rumah Elang, Adit memperhatikan Hanna yang lebih banyak diam. Berkali-kali Hanna tampak kaget kala ia memanggilnya. Memang fisik Hanna ada di sini namun entah dengan pikirannya saat ini. Setelah Raga masuk ke kamarnya, Adit memilih duduk di samping Hanna yang sedang memperhatikan anggrek bulannya yang kini sudah berbunga lagi dan ia susun ke dalam sebuah vas bunga besar berbentuk bulat. "Ngiri aku sama anggrek-anggrek kamu, Han," ucap Adit yang membuat Hanna menoleh ke arah sumber suara. Hanna hanya tersenyum mendengar perkataan Adit ini. Sudah berkali-kali Adit mengucapkan hal itu setiap kali ia sedang sibuk memandangi bunga-bunga anggreknya yang sedang berbunga. Baiklah, lebih mudah jika ia hanya membeli bunga palsu yang selamanya akan mekar atau bunga anggrek asli yang sudah kenop besar bahkan mekar seluruhnya. Sayangnya hal itu tentunya sangat berbeda sekali dengan membesarkan bunga itu sejak seedling hingga bisa dewasa dan berbunga. Kepuasannya seperti orangtu

  • Begin Again With You   136. Ruang Makan Rumah Elang

    Malam ini Hanna, Adit dan Raga sedang berada di rumah Elang. Seperti biasa acara kumpul ini adalah acara kumpul mingguan Adit bersama ketiga temannya. Mengingat baik Adit serta Gavriel sudah memiliki pasangan, mereka mencoba meminimalisir pertemuan mereka di tempat karaoke atau bahkan nightclub. Ya, semua itu hanya tindakan preventif saja untuk membuat Gadis serta Hanna tidak cemburu buta atas apa yang mereka lakukan di sana. Kini saat berada di rumah Elang, Raga memilih bermain bersama Lean di dalam kamar bermain anak itu sedangkan Hanna harus puas berada di dapur bersama asisten rumah tangga Elang untuk menyiapkan makan malam. Ini jauh lebih baik daripada ia mengganggu waktu Adit bersama teman-temannya menonton acara bola. Di waktu yang sama, di ruang keluarga rumah Elang, keempat laki-laki ini sedang berkumpul untuk menonton pertandingan bola. Suara riuhnya sudah mengalahkan suara perdebatan Hanna dan Raga jika berada di rumah. "Cok... matane!""Shut up!" ucap Adit yang mencoba m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status