Menjadi sempurna bukanlah keinginan Angel. Dia memang terlahir dengan berbagai kemudahan dalam hidupnya. Itu adalah takdir, siapa yang bisa menentang? Kalau pun ada yang mau protes, gadis itu selalu mempersilakan mereka untuk bertanya pada Tuhan. hidup bergelimang harta, keluarga bahagia, dan memiliki paras rupawan bak putri raja. Dunia memujanya, teman-teman satu strata bertaburan di sekeliling gadis itu. Menjadikannya gadis paling berkelas di Universitas Nethern. Salah satu universitas tersohor di Ibu Kota Athasian.
Semua barang dan pakaian yang tersemat pada tubuh Angel berasal dari berbagai merek terkenal dunia bahkan edisi terbatas. Tidak heran di mana dan ke mana pun gadis itu berpijak maka seluruh perhatian akan tertuju hanya padanya. Tidak ada yang lain. Meski terkenal sombong dan angkuh, begitu banyak pria yang mengantre dan berharap bisa mendapatkan hati Angel. Setiap hari mereka berlomba-lomba untuk mencuri perhatian dengan melakukan apa saja, asal Angel merasa senang. Tidak terkecuali jika mereka harus mempermalukan dirinya sendiri di depan umum.
Angel memiliki kebiasaan kejam yang sudah menjadi tradisi di kampus itu. Setiap ada orang yang menyatakan perasaan pada Angel maka orang itu harus bersedia menerima dan melakukan apa pun yang diperintahkan Angel sebagai syarat penerimaan cinta. Syarat yang diajukan biasanya berupa ujian-ujian mental yang mengharuskan korbannya melakukan tindakan memalukan yang mungkin bisa mereka sesali seumur hidup. Misalnya, Thomas yang menerima tantangan untuk buka baju di lapangan kampus dan melukis perutnya dengan gambar monyet yang sedang memegang baner bertuliskan "I love you", atau Alland yang diminta untuk berpakaian wanita dan menari-nari tak jelas di sepanjang koridor kelasa. Ada lagi yang terparah Henry, Angel meminta pria itu untuk bersujud seharian di tengah lapang pada cuaca dingin dan baru boleh berdiri ketika jam kuliah Angel selesai. Padahal ketika itu, Angel baru pulang pukul sepuluh malam dan Henry total bersujud menanti gadis itu selama delapan jam lamanya.
Beberapa orang menganggap tindakan Angel sudah benar-benar keterlaluan, namun tidak ada yang berani membantah apalagi melawannya. Civitas akademisi Nethern University pun seolah-olah buta dan tuli terhadap tindakan semena-mena Angel. Gadis itu merupakan putri kesayangan tuan Adam Lee. Pengusaha sukses yang merangkap sebagai donatur utama kampus tersebut. Sekalipun Angel kerap berbuat onar dan melakukan sesuatu yang tidak pantas. Gadis itu selalu bebas dari hukuman yang membuatnya semakin tidak mengenal tenggang rasa atau iba.
Bagi Angel, semua yang dia lakukan adalah hiburan terasyik dalam hidupnya yang membosankan. Aneh memang, di tengah kehidupan bak dongeng kerajaan, gadis itu masih bisa merasa kesepian. Angel adalah anak tunggal, dia juga tidak dekat dengan keluarga dari ayah atau almarhum ibunya. Terlebih Adam Lee memilih untuk hidup sendiri pasca ibu Angel meninggal saat Angel masih duduk di bangku kelas dua SMA. Atas permintaan Adam, sepupu-sepupunya sudah mencoba berbagai cara untuk mengakrabkan diri dengan Angel, kebetulan usia Renata dan Hena tidak terpaut jauh dengan Angel.
Sayangnya, Angel selalu menolak itikad baik itu. Parahnya, terkadang gadis angkuh itu malah mengejek saudara-saudaranya. Menuduh mereka mendekati Angel hanya demi tujuan tertentu. Mereka tidak benar-benar tulus ingin berteman dengan Angel. Sekadar hanya ingin numpang eksis dan memanfaatkan kepopuleran Angel agar mereka tampak sekelas dengan gadis berusia 21 tahun itu.
"Aku harap kau bisa datang ke pesta ulang tahunku, Angel. Adik dan teman-temanku adalah penggemar beratmu. Mereka sering membeli majalah-majalah bisnis yang menampilkan potret keluargamu. Adikku bahkan menjadi follower setiamu di i*******m. Cita-citanya mau jadi selebgram sepertimu," papar Alessa, mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi tingkat dua.
Gadis itu awalnya ragu untuk mengundang ratu kecantikan kampus Nethern untuk datang ke acara ulang tahunnya yang terlampau biasa, jauh dari kata berkelas. Tapi, dia juga tidak ingin mengecewakan adik perempuannya. Alessa sudah berjanji akan mengajak Angel untuk datang.
"Apa aku mengenalmu?" sahut Angel dengan wajah dingin. Responnya kentara terganggu karena Alessa tiba-tiba menghadang langkahnya yang hendak menuju kelas.
"Aku Alessa, kita pernah sekelas di mata kuliah Mr. Gerald semester lalu. Waktu itu kita juga sempat satu kelompok dalam tugas akhir, aku yang kau hubungi untuk menyusun salindia presentasi," jelas Alessa masih penuh semangat dan menggebu-gebu antuisas.
"Ah, benarkah, tapi maaf aku tidak punya waktu untuk datang ke acaramu."
Angel hendak beranjak namun Alessa kembali mencegatnya.
"Kumohon datanglah walau hanya sebentar. Adikku benar-benar ingin bertemu denganmu. Itu permintaan terakhirnya. Dia sangat mengidolakanmu."
"Aku tidak pernah mau datang ke acara yang tidak ingin kuhadiri. Sampai sini kuharap kau mengerti," tegas Angel sambil lalu diikuti kedua temannya yang tampak tersenyum meremehkan ke arah Alessa.
"Tapi Angel adikku—"
"Aku tidak peduli dengan adikmu! Terserah itu kesempatan terakhirnya atau apa aku tidak peduli. Kenal saja tidak kenapa aku harus repot menemuinya. Pergi dari hadapanku sekarang atau akan kubuat kau menghilang dari kampus ini selamanya."
Sorot mata Angel teramat tajam menusuk, membuat nyali Alessa menciut putus asa. Sakit hati jelas dia rasa, namun tak dipungkiri Alessa pun cukup mawas diri untuk tidak memaksakan kehendak. Dia sudah membayangkan konsekuensi dari tindakannya. Alessa pun sudah memprediksi setiap kata-kata pedas yang akan dilontarkan si ratu tega itu. Tapi, entah mengapa rasanya hati Alessa begitu hancur sekarang.
Dua orang pria memperhatikan aksi kepongahan Angel dari lantai dua. Satu pria memandang lurus ke bawah dengan ekspresi datar. Sementara pria lain sedang ternganga sambil geleng-geleng kepala melihat perilaku Angel yang benar-benar mirip nenek sihir.
"Kira-kira kapan dia akan tobat? Tidak bosan apa setiap hari menyakiti hati orang? Astaga, Angel benar-benar manusia berhati iblis. Keputusanmu menolak cintanya sangat tepat, Jay. Kau pantas mendapatkan gadis yang seribu kali lebih baik darinya."
Karel terus saja mengoceh; mengeluarkan keluh kesahnya terhadap tindakan Angel. Sementara yang diajak bicara tak memedulikannya sama sekali. Dia lebih tertartik menumbuk perhatian ke bawah sana. Pada tiga orang gadis yang masih bisa melenggang percaya diri setelah menghakimi perasaan gadis lainnya.
Bersambung
Kesalahan terbodoh yang seharusnya tidak Angel lakukan adalah berharap pada manusia. Dia tidak menyangka bahwa perasaan yang kata orang sangat indah untuk dikisahkan justru terasa menyesakkan untuknya. Penolakan itu sudah berlalu sejak dua pekan lalu namun bayang-bayang bagaimana sikap dingin Jaydan padanya masih menyisakan luka yang basah. Gadis itu belum pernah ditolak sebelumnya, dia tidak mengerti mengapa Jaydan bisa mengabaikannya di saat laki-laki lain sibuk berlomba untuk bjsa berdiri di samping gadis 21 tahun itu.Malam pasca penolakan Angel bahkan bertanya-tanya pada dirinya sendiri di cermin, apa kekurangan Angel? Apa yang tidak dia miliki sampai tak sedikit pun Jaydan bersedia meliriknya. Apakah Angel memang tidak semenarik itu di matanya atau memang Jaydan saja yang bermasalah. Entah otaknya rusak atau apa, yang jelas laki-laki itu sudah membuat kesalahan besar karena lancang tak mau menerima cinta Angel.Langit mulai menggelap ketika senja mengantar
Sebenarnya Angel tidak mengerti bagaimana cara menunjukkan perasaan cinta seperti yang ayahnya perintahkan. Apakah dia harus menempel pada Jaydan dengan tidak tahu malu, atau mengirimi lelaki itu makanan seperti yang sering dilakukan laki-laki lain terhadapnya, atau mengajaknya berkencan seharian di tempat indah? Angel tidak tahu. Dia tidak biasa mengajak seorang pria berkencan karena selama ini selalu dia yang diajak. Angel tidak pernah menjadi pihak yang menginginkan, dia selalu diinginkan. Ini kali pertama baginya dan itu tidak mudah terlebih setelah penolakan yang dia dapat. Adam bilang, Angel bisa memulainya dari hal-hal kecil seperti mencari tahu apa yang Jaydan sukai lalu berikan hal itu padanya. Katanya begitu, tapi Angel tidak mau terlihat ngebet jika harus mencari tahunya sendiri. Oleh karena itu, dia memerintahkan seseorang untuk mencari tahu hobi dan kegemaran Jaydan. Tadi siang Angel sudah mendapat laporan tentang hal itu, dan saat ini gadis yang rambut panj
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ Angel menutup buku kuliahnya dan segera membenahi barang-barangnya untuk bersiap keluar kelas. Mata kuliah terakhir sebelum jeda satu jam baru saja berakhir. Tidak ada rencana khusus selama jeda kuliah. Michelle dan Austin mengajaknya untuk makan siang di luar kampus namun gadis itu menolak karena dia sedang malas ke mana-mana. Walaupun belum ada tujuannya yang jelas Angel tetap memutuskan untuk meninggalkan kelas. Baru saja keluar, dia sudah dihadang oleh seorang pria tampan yang menunjukkan senyum lebar sampai gigi putihnya terlihat. Angel membeliakkan mata, tampak tidak senang dengan kehadiran pria itu. "Siang, Cantik, mau pergi makan siang denganku hari ini?" tawar pria itu. "Tidak." "Ayolah, kemarin kan aku sudah memenuhi keinginanmu untuk menjahili Stella, kenapa kau masih menolakku. Katanya imbalannya aku bisa kencan denganmu kapan pun selama satu minggu." "Teruslah bermimpi sampai du
Musik keras menghentak-hentak gendang telinga Angel. Satu jam lamanya dia menenggelamkan diri dalam keramaian kelab malam bersama kedua temannya. Austin dan Michelle tengah asyik berdansa dengan pria yang baru saja mereka temui di tempat itu. Meliuk-liukkan badan mengikuti irama musik sambil sesekali berpagutan bibir dan bermesraan tak kenal malu. Hal semacam itu memang sudah lumrah terjadi di tempat ini. Michelle dan Austin bahkan sering one night stand dengan pria yang sama sekali tidak mereka kenal. Hanya bersenang-senang satu malam tanpa memedulikan kehormatan dan juga martabatnya sebagai perempuan baik-baik yang sudah hilang entah sejak kapan. Pastinya, jauh sebelum Angel mengenal mereka, kedua wanita itu memang sudah menjalani kehidupan seperti ini. Untungnya, meski mereka berteman baik tapi Angel tidak pernah tertarik untuk mengikuti gaya hidup kedua temannya dalam urusan percintaan. Cukup menjadi perempuan kejam saja sudah membuatnya bahagia. Rasanya Angel tida
Sejujurnya Jaydan bukan tidak menyesal sama sekali atas perkataan kasarnya kemarin. Dia ingin meminta maaf pada Angel namun bingung bagaimana memulainya. Terlebih gadis itu selalu menunjukkan sikap dingin dan tidak bersahabat ketika berpapasan dengan Jaydan. Sekarang pria itu dengan polosnya menyusuri setiap sudut kampus yang mungkin didatangi Angel hanya karena hasutan Karel yang memintanya untuk segera minta maaf. Awalnya pria ceria nan cerewet itu memang berjanji menemaninya menemui Angel meski dengan sedikit paksaan. Sayangnya, Karel tiba-tiba dipanggil ke ruang dekan dan itu membuat pria jangkung itu bersorak senang. Dia lebih memilih menghadap dekankillerdibandingkan menyaksikan amukan Angel. Alhasil di sinilah Jaydan sekarang, dia harus keluar jauh dari area kelasnya di lantai dua untuk berkeliling d
Ask Dad for Dinner Satu pekan berlalu, akhirnya Naina sudah diizinkan pulang dari rumah sakit. Ini hari terakhirnya dan dia sedang mempersiapkan kepulangannya dengan dibantu Jaydan dan Karel. Sejak insiden mengerikan pekan lalu, dua lelaki itu memang terbilang cukup sering menjenguk Naina. Ada sekitar tiga sampai empat kali, tepatnya Karel membersamai Jaydan menjenguk Karel sebanyak tiga kali, sementara satu harinya hanya Jaydan sendiri yang datang ke sana. Tentu hal itu membuat Naina senang. Jaydan sangat perhatian padanya sampai rela menyisihkan sedikit waktu untuk menemaninya di rumah sakit selama masa perawatan. "Kamu yakin sudah baik-baik saja, Nai, itu kepala masih sakit tidak?" tanya Karel berdiri di dekat lemari es setelah mengambil minuman dingin dari tempat tersebut.
Sehari update berkali-kali, parah, sih!Semoga kalian bacanya gak nabung bab ya, dan tetap kasih apresiasi di setiap bab, thank youuu😘 *** Behind Her Tears Angel bergegas keluar lab komputer dengan cepat begitu kelas selesai, ia bahkan tak memedulikan panggilan Michelle dan Austin yang bertanya hendak ke mana gadis itu pergi atau mereka yang ingin Angel menunggu agar bisa keluar bersama. Tidak bisa, Angel tidak ingin terlambat satu detik pun untuk momen langka yang sulit ia dapatkan di hari-hari biasa. Gadis itu menuruni tangga dengan semangat, senyumnya sedikit terangkat meski tidak terlalu lebar. Entah mengapa dia begituexcitedtentang ajakan makan malam ini. membayangkan dirinya bisa menghabiskan waktu panjang sambil mengobrol santai denga
Satu pekan berlalu sejak pertemuan Jaydan dan Angel hari itu. Pertemuan paling membekas dari semua pertemuan yang pernah terjadi di antara keduanya. Setidaknya begitulah menurut Jaydan. Sejak hari itu, Jaydan tidak pernah melihat Angel wara-wiri di kampus. Gadis itu seperti hilang ditelan bumi. Jaydan penasaran namun tidak memiliki cukup keberanian untuk menanyakan kabar Angel kepada dua teman dekatnya, Michelle dan Austin. Lelaki itu menopang dagunya sambil terus membuka lembar demi lembar buku yang dia ambil secara asal dari rak di seberang sana ketika pertama masuk ke perpustakaan. Pria itu tidak datang sendiri, dia ditemani Naina. Memang gadis itulah yang mengajak Jaydan ke sana, katanya Naina ingin minta bimbingan sang senior dalam mengerjakan salah satu tugas mata kuliah yang belum dia pahami. Memang pada dasarnya Jaydan orang baik jadi lelaki itu menyetujui permintaan Naina tanpa ragu. Sayangnya, konsentrasi Jaydan tidak terkumpul penuh di ruangan itu. Isi kep