Share

Bab-02

Penulis: AgathaQuiin20
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-07 19:33:57

Jesslyn menarik nafasnya, kenapa juga dia harus bertemu dengan Christian ditempat ini? Setelah acara tunangan Christian dan juga Hanna yang sempat membuat Jesslyn kacau dan terpuruk. Elina teman baik Jesslyn meminta wanita itu untuk kencan buta. Dia ingin melihat Jesslyn bahagia dan tanpa harus menunggu seseorang yang datang hanya untuk menyakiti dirinya. Sedangkan selama ini Jesslyn benar-benar menjaga hatinya hanya untuk satu pria ,yang saat ini sudah menjadi tunangan temannya. Dan sekarang pria itu tiba-tiba saja datang dan mengacau semuanya? 

“Apa? Apa yang gue lakuin di belakang Lo?” kata Jesslyn marah. Memangnya apa yang dia lakukan, dia hanya bertemu temannya dan melakukan makan siang bersama. Toh, dia juga sudah meminta izin Sabian untuk kembali ke kantor telat karena harus bertemu seseorang. Dan jika perlu Jesslyn ingatkan jika Sabian tidak mempermasalahkan hal itu. Kenapa juga harus Christian yang marah dan mempermasalahkan hal ini? 

“Lo selingkuh sama dia!!” Christian menunjuk pria itu dengan marah, seolah dia bisa saja membuang pria itu ke dasar laut dan tak akan bertemu kembali dengan Jesslyn.

Wanita itu memijat pelipisnya pusing, dia pun menatap Christian dengan nanar. “Apa sih mau Lo? Diantara kita nggak ada hubungan apapun. Lo punya Hanna dan gue bebas mau dekat dengan siapapun. Dan itu bukan hak Lo yang menganggap kalau gue selingkuh.” 

“Kenapa? Lo lupa dengan janji kita? Gue cinta sama lo Jesslyn!!” Pria itu menegaskan setiap katanya, agar seluruh dunia tahu jika wanita yang berdiri di hadapannya adalah wanita yang dia inginkan. Bukan orang lain termasuk Hanna. 

Tertawa kecil, melipat tangannya Jesslyn pun menunjukkan senyum pedihnya. “Kalau Lo cinta sama gue minimal Lo nggak bertunangan sama perempuan lain, brengsek!!” 

“Gue kepaksa. Berapa kali gue harus bilang kalau gue kepaksa Jesslyn.” Christian mencengkram kedua bahu Jesslyn sehingga membuat wanita itu mengaduh kesakitan.

Pria yang awalnya duduk di hadapan Jesslyn yang tidak terima dengan sikap Christian pun langsung bangkit, menepis tangan Christian hingga terlepas dari bahu Jesslyn.

“Gue nggak tau Lo siapa. Tapi gue nggak suka cara Lo memperlakukan Jess dengan begitu.” Ucapnya.

Emosi yang sudah menguasai Christian pun membuat pria itu lepas kendali. Dia melayangkan bogem mentahnya pada wajah pria itu hingga membuat sudut bibir pria itu berdarah. Karena tidak terima, akhirnya perkelahian itu pun terjadi. Semua orang saling melihat dns bersorak, seolah mereka memiliki jagoan masing-masing. 

Kedua wajah mereka babak belur, lebih tepatnya teman kencan buta Jesslyn yang lebih parah hingga berdarah terus keluar dari lubang hidungnya. Christian tak begitu parah, tapi bisa dikatakan jika pelipisnya sobek. Wanita itu mencoba melerai menarik Christian untuk menjauh dari teman kencannya. Menatap pria itu dengan marah, Jesslyn malah menampar Christian. 

“Gila ya Lo!! Lo bisa bunuh dia Tian.” Seru Jesslyn

“Biarin, gue nggak peduli. Biarin gue bunuh dia yang sok di hadapan gue.” 

Dimana Christian yang dulu, yang dimana pria itu hanya diam ketika seseorang memukulnya. Dimana Christian yang tak pernah berkata kasar dan terus menuduhnya seperti itu. Dimana Christian yang dulu yang selalu bertanya dengan nada lembut dan mengerti Jesslyn. Sedangkan sekarang, Christian Abinaya Miller banyak sekali berubah, berandalan, bertato dimana-mana meskipun ada satu tato mereka yang sama sebagai kunci jika mereka adalah raja dan ratu yang tak pernah bisa berpisah. 

Mata Jesslyn berkaca-kaca menatap Christian yang lepas kendali di hadapannya. “Gue kecewa sama lo.” 

Setelah mengucapkan hal itu Jesslyn pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua yang mungkin saja masih ingin meneruskan perkelahian mereka. Jesslyn merasa malu, tapi dia juga tidak bisa membendung air matanya yang menetes begitu saja. Hatinya tak bisa dipungkiri jika dia masih sakit ketika melihat pria itu. Dia berhasil membohongi Jesslyn selama ini, mendekatinya, dan mengingatkan banyak hal tentang dirinya dan juga dengan Abi dulu. Tapi sekarang … kenyataan benar-benar mempermainkan Jesslyn. apakah dia benar-benar tidak layak untuk bersanding dengan Christian? 

Tentu saja bodoh!!! Dia dari keluarga kaya sedangkan Jesslyn? Jika tidak bekerja hari ini dia tidak akan bisa makan enak.

***

Kembali ke kantor dengan mood yang berantakan Jesslyn langsung menghampiri Elina yang sibuk dengan blush on coral miliknya. Jesslyn mendengus membuat Elina langsung menoleh heran.

“Kenapa Lo datang-datang muka lo tekuk begitu.” Tanya Elina.

Disini Jesslyn  menjelaskan jika dia habis bertemu dengan Christian, dia bertengkar dengan seseorang yang dikenalkan Elina pada dirinya di salah satu restoran tempat mereka bertemu. Jesslyn meninggalkan Christian begitu saja setelah mengatakan jika dirinya begitu kecewa dengan Christian. 

Elina yang tertarik pun menutup blush on dan menatap Jesslyn dengan nanar. “Tunggu deh!! Gimana bisa lo ketemu Abi disana Jes?” 

“Lo tau kan tadi gue anter Map ke apartemen?” Elina mengangguk, dia masih ingat betul ketika Jesslyn bercerita harus mengantar map biru ke apartemen untuk meeting penting. “Disitu gue ketemu Abi. Apartemen yang gue datangi adalah milik Abi sama Hanna.” Mata Elina membulat seketika, menatap Jesslyn dengan tidak percaya. 

Seriously? You’re not lying Jes?

Buat apa Jesslyn berbohong? Kalau tidak percaya mungkin Elina bisa bertanya dengan temannya yang bertemu dengan Jesslyn. Tanya apa yang terjadi dan bagaimana wajahnya sekarang?

Dan disinilah Elina baru percaya ketika melihat temannya yang babak belur, begitu juga dengan Christian yang berdiri di belakang Jesslyn dengan wajah babak belurnya. Mulut Elina mengangga, dia memberikan kode mata pada Jesslyn untuk menatap ke arah belakang. Tapi bodohnya Jesslyn malah hanya mengerutkan keningnya dan tidak paham dengan kode mata Elina selama ini. Kesal dengan hal itu, Elina langsung memutar kepala Jesslyn untuk menatap ke arah belakang. Dimana Christian berada disana dengan keadaan hancur. 

Tidak hanya Sabian Noah, Archazel juga ada disana dengan tatapan tidak percayanya.

“Tian… .” Panggil Jesslyn pelan dan tidak percaya. “Ngapain Lo kesini?”

“Muka gue banyak luka, Lo nggak kau ngobatin muka gue, Ai?” 

Tatapan itu membuat Jesslyn sedikit luluh, dia menarik tangan Christian dan memintanya untuk duduk. Satu persatu luka yang ada di wajah Christian diperhatikan satu persatu oleh Jesslyn. Detik berikutnya dia pun menjitak kepala Christian hingga membuat pria itu meringis kesakitan.

“Sakit, Ai.” rengek pria itu.

“Lebih sakitan gue sih, yang dulu ada orang bilang pengen ngelamar gue di tengah salju malah tunangan sama perempuan lain. Ini nggak seberapa tapi karena keadaan Lo yang begini gue nggak tega buat ngajak Lo berantem lagi.” Jawab Jesslyn panjang lebar, dan sedikit membuat Christian senyum meskipun dia harus menahan rasa sakitnya. 

Elina yang memperhatikan hal itu pun tersenyum kecil. Sebesar apapun mereka bertengkar tak akan pernah membuat Jesslyn dan Christian benar-benar pergi. Mereka saling terikat satu sama lain, dan apapun yang terjadi dalam keadaan apapun akan tetap membuat mereka saling dekat.

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Behind the Ring   Bab-73

    Christian baru saja menjejakkan kaki di pelataran parkir kantor Sabian. Siang itu matahari terik, tapi yang lebih menyilaukan matanya justru sesuatu yang lain. Pandangan tajamnya langsung tertumbuk pada sebuah sedan putih—atau lebih tepatnya, yang seharusnya putih. Bagian kap depan mobil itu kini berwarna merah menyala, seperti sengaja disemprot pilox.Christian mengerutkan dahi, menghentikan langkahnya. Apa-apaan ini? pikirnya. Ia kenal betul mobil itu. Mobil Jesslyn. Mobil yang selalu diparkir di sudut yang sama.Dengan langkah lebar, ia masuk ke lobi, menyalami beberapa karyawan sekadar basa-basi, lalu segera menuju lantai tempat Jesslyn bekerja. Tak butuh waktu lama untuk menemukannya—wanita itu sedang berdiri di depan meja kerjanya, wajahnya kaku, sorot mata penuh amarah yang ditahan.“Jess,” suara Christian rendah tapi tegas.Jesslyn menoleh, kaget. “Apa lagi? Kamu bikin kaget aja.”Christian menatapnya lekat-lekat. “Itu mobil kamu, kenapa warnanya berubah? Ada yang nyemprot mer

  • Behind the Ring   Bab-72

    Malam itu rumah Jesslyn terasa lebih lengang setelah Elina dan Rhea pamit. Sisa gelak tawa mereka masih menggantung samar, tapi begitu pintu menutup, kesunyian langsung mengambil alih. Jesslyn berjalan pelan ke dapur, membereskan gelas-gelas bekas minum, sementara Christian bersandar santai di ambang pintu dengan tangan terlipat di dada, menatapnya tanpa henti.“Kenapa liatin aku terus?” Jesslyn berusaha terdengar biasa, tapi nada suaranya bergetar samar.Christian terkekeh pelan, langkahnya mendekat. “Karena kamu keliatan cantik… bahkan cuma pake kaos santai gini.”Jesslyn melirik, pura-pura cuek, tapi pipinya jelas memerah. Ia buru-buru membuka bungkus mie instan, mencoba menutupi kegugupan. “Mau makan atau enggak? Jangan ganggu aku.”“Kalau bisa ganggu kamu terus, aku pilih itu,” sahut Christian, nadanya rendah, menggoda.Jesslyn mendengus. Ia memasukkan mie ke air mendidih, tapi sadar betul Christian semakin dekat. Helaan napasnya terdengar di belakang telinganya, membuatnya kaku.

  • Behind the Ring   Bab-71

    Mobil Christian berhenti di depan sebuah minimarket besar. Jesslyn yang sejak tadi diam hanya bisa melirik heran. Untuk apa dia berhenti disini?“Kok mampir?” tanyanya pelan.Christian melepas sabuk pengamannya. “Kulkas kamu pasti kosong. Aku yakin Elina sama Rhea udah habisin semua cemilan kamu. Benar, kan?”Jesslyn terdiam, lalu terkekeh kecil. “Kok bisa nebak?”“Karena aku kenal mereka. Dan aku lebih kenal kamu,” balas Christian santai, lalu keluar. Ia membuka pintu untuk Jesslyn, membantunya turun. “Ayo, belanja sekalian buat bulanan.”Suasana minimarket cukup ramai sore itu. Lampu putih terang membuat lorong-lorong rak tampak panjang. Jesslyn mendorong troli, sementara Christian berjalan di sampingnya, sesekali mengambil barang tanpa izin.“Eh, buat apa kamu masukin ini?” Jesslyn menunjuk sekotak sereal rasa coklat.“Buat sarapan kamu. Aku nggak mau kamu cuma minum kopi hitam tiap pagi.”Jesslyn mendengus. “Aku biasa aja, Tian.”“Tapi aku nggak biasa lihat kamu kayak gitu, ingat

  • Behind the Ring   Bab-70

    Jesslyn berjalan cepat meninggalkan koridor tempat tadi ia bicara dengan Hanna. Wajahnya berusaha tetap datar, tapi di balik tatapan dingin itu dadanya terasa penuh. Setiap kalimat yang keluar dari mulut Hanna tadi seperti gema yang menolak hilang dari kepalanya.Begitu sampai di depan pintu ruang kerjanya, Jesslyn menarik napas dalam-dalam, lalu masuk. Pintu menutup perlahan, meninggalkan sunyi yang anehnya tidak membuatnya tenang.Ia menaruh map kerja di atas meja, meletakkan tas dengan sedikit keras, lalu duduk. Kursi berputar itu ia dorong hingga menghadap jendela besar yang memperlihatkan langit siang yang mendung tipis. Jemarinya meremas rok kerjanya sendiri.“Kenapa harus gue yang dengar semua itu…” gumamnya lirih.Suara ketukan pelan di pintu membuatnya menoleh cepat. Elina masuk dengan membawa dua cangkir kopi.“Gue lihat wajah lo… nggak biasanya kayak gini,” ucap Elina sambil meletakkan kopi di meja. “Lo baru dari ruangan Sabian, ya?”Jesslyn menatap sahabatnya sejenak, lalu

  • Behind the Ring   Bab-69

    Hanna melangkah dengan pasti ke lobi kantor pusat Miller Corporation. Sepatu haknya beradu dengan marmer dingin, langkah yang terdengar tenang tapi menyimpan kegelisahan. Semua mata pegawai yang lewat menoleh, sebagian memberi salam singkat, sebagian lainnya hanya berbisik. Nama Hanna sudah cukup membuat perhatian tertuju, terlebih kedatangannya yang tidak dijadwalkan. Semua orang tahu siapa Hanna saat ini. “Selamat siang, Nona Hanna,” resepsionis menyapa sopan, sedikit gugup.“Sabian ada?” tanya Hanna singkat, tanpa basa-basi.Tak butuh lama, seorang staf langsung mengantarkan Hanna ke lantai atas, menuju ruang kerja Sabian. Ruangan itu luas dengan dinding kaca menjulang, pemandangan kota terbentang di belakang meja besar berwarna hitam elegan. Sabian berdiri membelakangi pintu, kedua tangannya bersedekap di belakang, seolah sudah tahu siapa tamunya.“Lama sekali lo gak datang ke sini,” ucap Sabian begitu pintu ditutup, suaranya datar tapi penuh wibawa.Hanna mengangkat dagu. “Kalau

  • Behind the Ring   Bab-68

    Jesslyn masih mengusap rambutnya dengan handuk ketika melangkah ke ruang tamu. Dia setengah kaget, setengah salah tingkah melihat Christian berdiri di sana. Perasaan tadi masih duduk disana kenapa sekarang Deket banget sama dia?“Tian…” suaranya pelan, agak tercekat.Christian hanya tersenyum tipis. “Gue kangen.”Elina langsung batuk pura-pura keras. “Uhuk! Uhuk! Aduh, kayaknya tenggorokan gue kering banget.” Dia berdiri sambil menarik lengan Rhea. “Yuk, kita ke dapur, cari minum dulu.”Rhea hampir ngakak, tapi berhasil menahannya. “Iya, iya. Air putih kan sehat.” Mereka berdua pun melipir ke arah dapur, tapi jelas sengaja melambat agar bisa mendengar.Jesslyn mendengus, mencoba menutupi wajah panasnya. “Lo ini… tiba-tiba datang gitu aja.”Christian menatapnya dengan mata teduh, langkahnya maju mendekat. “Seharian nggak ada kabar dari lo. Gue pikir ada apa-apa. Telepon nggak diangkat, pesan nggak dibalas.”Jesslyn menggigit bibir, salah tingkah. “Gue sibuk, Tian. Masa harus laporan se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status