Share

Bab 7

Panggilan Amy sontak membuat sepasang anak manusia itu terperanjat, Tesla langsung menggeser posisi duduknya sementara Arem langsung berdiri.

"A … Aku pul ...pulang ya," ucap wanita muda itu tergagap.

Tanpa menunggu jawaban dari Amy ataupun Tesla, Arem langsung pergi saja. Kini Amy menatap Tesla dengan tatapan tajam dan penuh selidik, menyadari sang istri didera api cemburu Tesla langsung mendekat dan merangkul perempuan itu.

Amy memberontak, dia dorong Tesla dengan kasar agar menjauh darinya. Hari sudah larut dan ada mama mertua yang menginap, karena itu Amy memilih untuk tidak meneruskan keributan. Dia berbalik dan melangkah cepat menuju kamar, meninggalkan Tesla yang tengah menutup pintu utama.

Amy berbaring membelakangi tempat biasa Tesla merebahkan badan, sejenak kemudian dia mendengar lelaki itu masuk ke peraduan. Tesla menyentuh pundaknya, meremas pelan dan mendekatkan bibirnya ke telinga Amy.

"Kamu jangan salah paham, Sayang," ujar lelaki itu pelan.

Mendengar itu air mata Amy meleleh dengan sendirinya, begitu mudah Tesla meminta agar dirinya tidak salah paham. Tanpa menyadari sama sekali kalau perbuatannya tidak hanya menimbulkan kesalahpahaman tetapi juga membuat Amy merasa tidak dihargai.

Bibir Tesla masih di dekat telinga Amy, jarinya masih di pundak wanita itu. Amy berkelit sebagai tanda agar Tesla menjauh. Dia merasa muak dengan lelaki itu, dan tidak bisa memaklumi perbuatan Tesla malam ini. Kemarahan, benci, dan sakit hati, membaur jadi satu. Seperti gelombang tsunami, yang menghantam dinding hati, menghanyutkan kepercayaan, dan meruntuhkan bangunan cinta yang terbentuk sejak lama.

Kalau saja tidak ada Dialin di rumah ini, sudah habis Tesla dimaki-maki olehnya karena berani berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahram. Tidak ada permintaan maaf apalagi penjelasan, hanya ada kata 'Kamu jangan salah paham'.

Menyadari kemarahan sang istri, Tesla memilih untuk menyingkir sementara, dia merebahkan badan di belakang Amy dengan posisi menelentang menatap langit-langit kamar. Perlahan terdengar napas Tesla yang semula teratur berubah menjadi dengkur.

"Dasar brengsek! semudah itu dia tertidur." Amy mengumpat kesal di dalam hati, ingin sekali rasanya dia berteriak kencang memuntahkan segala amarah yang menyumbat relung dada. Namun apa daya, yang bisa dia lakukan hanyalah menangis dalam diam.

Amy mengusap air matanya sendiri, menarik napas panjang berharap beban yang mengganjal di dalam dada segera sirna.

Sampai dengan kokok ayam jantan berbunyi, Amy masih belum mampu memicingkan mata. Perlahan dia beringsut dari ranjang, menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Pergi ke dapur menyiapkan sarapan seperti biasa.

Selama acara sarapan, Dialin terus berkisah tentang ibunda Arem, yang menjadi sahabatnya semasa sekolah.

"Arem itu gadis yang manis, penurut, dan mandiri, persis Diana ibunya. Cantik dan menjadi idaman para lelaki, Diana itu dulunya menjadi kembang desa. Malangnya umur tidak panjang, sejak Diana meninggal Arem dipaksa untuk hidup mandiri, ayahnya menikah lagi dan sibuk mengurus ibu tirinya." Celoteh Dialin.

"Terus apa Mama tau, kenapa Arem bercerai muda?"

Amy terkejut mendengar pertanyaan Tesla, "Jadi Arem itu janda?" tanyanya spontan.

"Iya, janda kembang," jawab Dialin sambil melirik ke arah Amy.

"Terus buat apa Mama kenalkan dia kepada Tesla?" tanya Amy ketus.

Kini giliran Dialin yang terkejut dengan pertanyaan menantunya itu.

"Ya gak apa dong 'kan dia anak sahabat Mama, apa salahnya kalau Tesla dan Arem juga bersahabat seperti kami?"

"Jelas salah dan tidak bisa disamakan, pertama Tesla dan Arem itu beda jenis kelamin, bukan seperti Mama dan Tante Diana yang sama-sama wanita. Kedua Tesla sudah menikah dan Arem janda, akan menimbulkan fitnah kalau mereka tiba-tiba menjadi akrab," ucap Amy sambil berdiri dan meninggalkan meja makan.

Tesla mengejar istrinya, sampai ke kamar.

"Sayang kamu jangan ketus begitu dong sama mama," tegurnya dengan nada pelan.

"Terus aku harus bagaimana? Apa aku harus menerima Arem dengan tangan terbuka, bersahabat dengannya juga, menganggap dia sebagai adik, sementara aku tau apa maksud mama kamu memperkenalkan Arem ke kamu!" teriak Amy, pagi ini dia tidak lagi bisa mengendalikan emosinya.

"Sayang, dengar dulu. Kamu hanya salah paham, dan berburuk sangka. Percayalah antara aku dan Arem tidak ada hubungan apapun."

"Sekarang tidak, tapi siapa yang tau nanti."

"Tuh kan, kamu berpikirnya terlalu jauh, nanti itu belum tentu terjadi sayang." ujar Tesla.

Amy terdiam.

"Ya sudah, kamu tenangin pikiran. Aku berangkat ya, mau antar Mama pulang sekalian," pamit Tesla sambil mengecup kening istrinya.

*****

Sepeninggal Tesla, Amy langsung menghubungi Ade.

"Kamu di mana?" tanyanya lewat panggilan telepon.

"Di kos," jawab Ade, dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Temani aku, aku suntuk." rengek Amy.

"Hem, oke sampai pukul satu siang ya, setelah itu aku harus kerja."

Sambil menunggu Ade menjemputnya, Amy kembali terbayang kedekatan Arem dan Tesla semalam. Hatinya terasa diremas-remas dengan asam dan garam, dia merasa kecewa dengan Dialin dan juga Tesla. Seolah mereka berdua tengah berusaha mengatur sebuah rencana, untuk menjadikan Arem sebagai pengganti dirinya.

"Mungkin kamu sedang cemburu buta aja," tanggap Ade begitu mendengar cerita Amy.

"Mengapa sesakit ini rasanya?"

"Yah begitulah, kalau sedang cemburu semuanya terasa menyakitkan, menyebalkan dan membuat kalut."

"Tesla adalah lelaki pertama yang menjadi kekasihku, itupun setelah kami resmi menikah. Aku tidak tahu seperti apa rasanya cemburu, karena baru kali ini aku melihat Tesla sedekat itu dengan perempuan lain." Curhat Amy.

"Suami kamu itu manusia biasa, makhluk sosial, dia dosen yang hari-harinya pasti bertemu banyak orang. Seharusnya kamu sadari itu, dekat bukan berarti punya hubungan spesial, 'kan?"

"Aku mencintai Tesla dengan segenap rasa, tidak ingin berbagi dengan perempuan lain. Aku tidak akan ikhlas apabila ada satu kursi lain di sisi Tesla, tidak! aku tidak terima itu. Siapapun, dan apapun alasannya aku tidak akan terima!" ujar Amy.

Ade menghela napas panjang, "Kamu akan semakin mudah terluka, apabila bertahan dengan pemikiran yang seperti itu. Cintai saja sekedarnya, dan anggap Tesla itu hanya titipan dari Tuhan, jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu, kamu tidak akan terluka terlalu dalam." nasehat Ade.

Amy menatap si tomboy, dengan tatapan kosong.

"Kamu bisa berkata begitu, karena kamu belum mengalaminya." Amy bergumam lirih.

Ade mengangkat kedua bahunya, "Iya mungkin, kalau aku mengalaminya mungkin juga sudah aku cincang mereka berdua." selorohnya sambil tertawa, dan Amy pun ikut tersenyum mendengarnya.

"Aku akan pertaruhkan jiwa dan raga untuk mempertahankan posisiku sebagai istri Tesla. Jika Arem berkhayal ingin menjadi istri Tesla, maka dia harus melangkahi mayatku terlebih dulu."

"Dih serem," komentar Ade. "Bukannya poligami adalah salah satu pintu memasuki surga?"

"Ada seribu pintu masuk menuju surga, kalau aku tutup satu, masih tersisa sembilan ratus, sembilan puluh sembilan pintu lainnya." jawab Amy ketus.

Ade tergelak, melihat kekerasan sifat Amy.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status