Share

Bab 6

"Kenapa, kamu tersinggung?" tanya Dialin, sambil menatap tajam ke arah Amy yang masih belum dapat menguasai diri atas perkataan Dialin sebelumnya.

Perlahan sinar mata Amy meredup, ditariknya napas panjang untuk meredakan gejolak amarah yang membara di dalam dada.

"Kata Tesla, kemarin kalian periksa ke dokter kandungan, lalu apa hasilnya?" tanya Dialin masih dengan tatapan penuh intimidasi.

"Ba ... baik, baik-baik aja kok Ma," jawab Amy tergagap.

Dialin melirik menantunya itu, "Jadi kapan kamu akan hamil?" tanyanya.

Amy kembali menelan ludah dibuatnya, sungguh pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Bagaimana dia mengetahui kapan dirinya akan hamil?

"Eng ... gak tau Ma, mudah-mudahan secepatnya," jawab Amy.

"Ah bosan mendengar kata secepatnya-secepatnya, dari dulu selalu bilang begitu, nyatanya sampai kini belum hamil juga," keluhan Dialin kembali menusuk perasaan Amy.

"Astaghfirullah, mohon beri hamba kesabaran ya Allah ... beri hamba kekuatan, untuk tidak menangis dan meluapkan kemarahan." Amy membatin dalam diam.

"Kamu tau Amy, si Yudi teman kuliahnya Tesla dulu?" tanya Dialin membuyarkan lamunan sang menantu.

"Iya tau, Ma," jawab Amy, seketika wajah Yudi melintas di pikirannya. Menurut berita yang beredar di kalangan teman-teman mereka, cowok kalem itu berkhianat dari istrinya.

"Yudi sekarang sudah punya anak, tapi bukan dari istri pertamanya, melainkan dari istri keduanya," jelas Dialin.

Amy tersenyum kecut, "Yudi itu digerebek Ma, saat dia berselingkuh dan istri pertamanya minta cerai."

"Ah itu hanya gosip murahan, kalaupun benar Yudi berselingkuh, dia tetap tidak bersalah. Wajar saja dia melakukan itu, toh dia mau memiliki keturunan," debat Dialin.

Amy terdiam, kata-kata Dialin kembali menghujam laksana anak panah, yang dilepaskan dari busurnya. Melesat dan menancap tepat di hati Amy yang paling kecil.

"Apa maksud mama mengatakan Yudi wajar berselingkuh?

Apa mama mau Tesla juga begitu, supaya mama segera mendapatkan cucu?

Sungguh, apapun alasannya aku tidak akan biarkan suamiku menikah lagi, apa lagi berselingkuh.

Aku tidak mau berbagi suami dengan siapapun, sampai kapanpun!"

Amy memberontak di dalam hati.

"Ya sudah, Mama pulang dulu kalau begitu. Setelah Tesla pulang kita adakan makan malam bersama di sini, sudah lama kita tidak makan bareng," ucap Dialin.

Amy mengangguk, "Biar Amy antar Mama," tawar Amy.

"Tidak usah, biar Arem saja." tolak Amy.

Perempuan muda bernama Arem tersenyum kepada Amy, "Mari Mbak," pamitnya.

Amy mengangguk halus.

****

"Aku lelah dan bosan dengan tingkah ibu mertua, yang selalu saja mengungkit-ungkit perkara anak," keluh Amy kepada Ade.

Saat ini mereka berdua sedang berada di sebuah restoran cepat saji. Amy sengaja menghubungi Ade, untuk menceritakan kekesalannya terhadap Dialin.

"Kenapa kamu gak coba adopsi anak saja?" tawar Ade Irma Suryani.

Ami menatap dalam ke manik mata si tomboy, selama ini baru Ade yang menawarkan opsi tersebut kepadanya.

"Atau kamu sibukkan diri kamu dengan bekerja, ketimbang kamu terus di rumah. Punya anak belum tentu, yang ada malah kamu gila karena menghadapi mertua kamu itu." Ujar Ade lagi.

Amy tertawa mendengar kalimat terakhir Ade, "Kamu benar, De. Rasanya aku beneran mau gila setiap kali bertemu Mama." gumam Amy. "Ditambah lagi omongan tetangga, ah sungguh bikin pusing kepala. Mungkin aku akan bicarakan usul kamu tadi kepada Tesla."

Ade mengangguk, sambil melirik jam di pergelangan tangannya.

"Amy maaf, aku harus masuk kerja," ujar Ade.

Amy mengiyakan, "Oh ya, kapan kamu libur aku mau minta tolong masak di rumahku saat Tesla sudah kembali dari luar kota, bisa?" tanya Amy.

"Bisa saja, pekan ini aku libur hari kamis." jawab Ade.

"Oke, kebetulan sekali kalau begitu. Kamis besok di rumahku dapat giliran pengajian bapak-bapak komplek, kamu bantu aku ya," pinta Amy lagi.

Ade mengangguk, sambil keduanya melangkah ke luar meninggalkan restoran.

"Oh ya, kamu mau langsung pulang?" tanya Ade.

"Enggak, aku mau ke bandara jemput suamiku." Jawab Amy sebelum mereka benar-benar berpisah.

Dalam perjalanan pulang dari bandara menuju rumah, Amy mengutarakan usul Ade tadi kepada suaminya.

"Sayang, bagaimana kalau kita adopsi anak?"

"Kamu yakin?" Bukannya menjawab, Tesla malah balik bertanya.

"Temanku menyarankan begitu, katanya sih bisa untuk pancingan. Mana tau setelah adopsi anak, aku hamil."

"Ya sudah, terserah kamu saja," jawab lelaki itu singkat, sambil merebahkan kepalanya ke sandaran kursi.

Amy tersenyum sumringah, dan tetap fokus mengawasi jalanan.

Tak lama kemudian mereka telah sampai di rumah, keduanya terkejut melihat Dialin sudah menunggu di teras rumah ditemani oleh Arem tetangga baru mereka.

"Assalamualaikum," sapa Amy.

"Waalaikumsalam," jawab keduanya hampir bersamaan.

Amy membuka kunci pintu dan mempersilahkan mereka masuk. Setelah berganti pakaian dia sibuk menyiapkan makan malam, sedangkan Dialin dan Arem asik bercerita di ruang tamu..

Setelah selesai memasak dan menata makanan, Amy pergi mandi dan berganti pakaian. Dialin dan Arem masih serius mengobrol, Tesla menghampiri mamanya.

"Tesla, ini Arem anaknya Tante Diana. kamu ingatkan?" Dialin memperkenalkan Arem kepada Tesla.

Tesla tersenyum, "Gak sangka ya, ternyata orang tua kita saling kenal," gumam Tesla sambil menyambut uluran tangan wanita belia itu.

"Loh kalian sudah saling kenal?" tanya Dialin heran.

"Iya Ma, Arem ini mahasiswi di kampusku," jawab Tesla.

"Owalah, dunia memang tak selebar daun kelor. Mama dan Tante Diana dulunya teman akrab semasa SMP," jelas Dialin.

"Sayang, ajak Mama makan yuk," panggil Amy dari ruang makan.

"Yuk Ma," ajak Tesla.

Bertiga mereka melangkah ke ruang makan, di sana Amy telah menanti dengan beberapa menu yang sudah rapi tertata.

"Karena Mama, dan Mamanya Arem ini berteman baik. Maka Mama harap kamu dan Amy juga bisa berhubungan baik dengan Arem. Dia ini tinggal sendiri di sini, jadi kalian harus menjaganya," tambah Dialin.

Amy yang tidak terlalu mengerti maksud omongan Dialin, memilih mendengarkan saja.

Selesai makan, Amy langsung masuk ke kamarnya, untuk beristirahat. Sementara Tesla menemani mamanya dan Arem mengobrol di ruang tv.

Pukul sebelas malam. Amy yang terlelap sejak selesai makan malam tadi, tiba-tiba terjaga dan dia tidak mendapati keberadaan sang suami di sebelahnya. Sayup-sayup telinganya mendengar suara sepasang lelaki dan wanita tengah mengobrol, sesekali si wanita tertawa renyah. Firasat Amy menjadi tak enak.

Segera dia bangkit dan turun dari ranjang, melangkah ke arah pintu dan membukanya pelan-pelan.

"Tesla dan Arem," gumamnya pelan, teringat kedua orang itu. "Mengapa Arem belum pulang sampai selarut ini?" tanyanya lagi dalam hati.

Tampak Dialin telah terlelap di sofa ruang keluarga, Arem dan Tesla tidak dtemukan di sana.

"Di mana mereka?" tanya Amy heran.

Suara tawa tidak terdengar lagi, malam semakin sunyi. Hati Amy dipenuhi prasangka, mengapa suaminya masih meladeni wanita yang bukan mahramnya sampai larut malam.

Amy terus melangkah pelan ke arah ruang tamu, tampak sepasang lelaki dan perempuan yang tidak lain adalah Tesla dan Arem.

Keduanya duduk saling berdampingan, kepala Arem agak miring ke arah bahu Tesla. Dua gelas kopi hitam dan sepiring martabak terhidang di meja. Selain itu, ada pula laptop milik Tesla. Layar laptop tengah memutar adegan film luar negri.

"Tesla ...!" panggil Amy dengan suara bergetar menahan marah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status