Melihat Edward pergi begitu saja meninggalkan dirinya, jantung Valerie semakin berdetak kencang. Entah apa yang akan terjadi bila Edward tau apa yang dia lakukan semalam. Mungkinkah Edward akan menceraikannya?
“Aku yakin, semalam kau baru bertemu dengan seorang pria, Valerie! Lihatlah kau tak bisa menyembunyikan kebohonganmu dariku, Valerie.” “Jangan campuri urusanku, Rachel. Pikirkan saja kekasih miskinmu itu, dia pasti sedang membutuhkan uang saat ini!” balas Valerie tak kalah dingin, lalu melangkah lebar masuk ke dalam meninggalkan Rachel. Mendengar ucapan Valerie, Rachel mengeratkan rahangnya emosi. “Edward pasti akan tau siapa kau sebenarnya, Valerie, dan dia pasti akan menceraikanmu!” Valerie menghentikan langkahnya dan berbalik. “Edward tidak akan pernah menceraikanku, Rachel. Kau tau ‘kan apa alasannya? Jadi urusi saja kekasih miskinmu itu.” “Dia tak miskin, Valerie!” sentak Rachel tak terima. Valerie pun terkekeh mendengarnya. Perlahan dia kembali mendekati Rachel dan mengusap bahunya. Namun, sang empu lebih dulu menepis tangannya. Bukannya menjauh, Valerie justru mendekatkan wajahnya ke arah Rachel dan berkata, “Kau terlihat sangat menyedihkan, Rachel. Selain miskin, dia juga hanya menginginkan tubuhmu saja. Kau pikir aku tak tau, selama ini kau tidur dengan pria itu.” Valerie tersenyum penuh kemenangan melihat wajah Rachel terlihat merah padam. Ekor matanya melirik kedua tangannya, lalu menarik sudut bibirnya sinis. “Jangan sekali-kali mencampuri urusanku, jika kau tak ingin aku membongkar rahasiamu, Rachel.” * Valerie menyandarkan kepalanya yang berdenyut sakit ke belakang saat terjebak lampu merah. Hari ini cukup melelahkan bagi Valerie. Tak hanya menyesali perbuatannya semalam, tapi Rachel juga membuatnya semakin kesal. “Apa waktu bisa diputar? Ck, sial...harusnya aku tak melakukannya!” Menyesal, jelas terlambat dan Valerie tak bisa memutar waktu. Tapi setidaknya Valerie bersyukur karna tak mengenali pria yang tidur dengannya. Pandangan Valerie tak sengaja menangkap sosok pria yang tak jauh darinya. Dia membuka kaca mobil dan memastikan penglihatannya, lalu tersenyum menyadari siapa yang dilihatnya. Edward bersama dengan kekasihnya—Emily. “Apa tak puas kau bertemu dengannya kemarin, Ed? Kupikir kau tak kan bertemu dengannya hari ini, ternyata aku salah? Waktumu selalu ada untuk wanita itu, Edward.” Valerie kemudian menutup kaca mobil dan kembali fokus pada jalan raya. Meski sadar dialah orang ketiga, tapi tak dipungkiri bila hatinya sakit melihat kemesraan mereka berdua, terlebih dia istrinya sekarang. Karna cinta, Valerie membiarkan Edward terus menyakitinya. Bodohnya Valerie berpikir, mungkin Edward akan memperlakukan dirinya seperti itu nanti. Jadi, dia harus bersabar mendapatkan cinta Edward. * “Kenapa dengan wajahmu hari ini, hemm?” Valerie tak berniat menjawab pertanyaan Quinz, dia justru meraih botol wine dan kembali menuangkannya ke dalam gelas. Saat ini Valerie bersama dengan empat sahabatnya di sebuah restauran. Seperti yang Valerie katakan pada Edward sebelumnya jika dia akan menemui mereka. Namun, karna kebodohannya, hari ini Valerie banyak diam dan tak seperti biasanya. “Apa ada yang aneh dengan wajahku? Kenapa kalian menatapku?’ “Sejak kapan kau mulai meminum alkohol lagi, Valerie? Bukankah kau menghindarinya demi Edward?” Valerie mengutuk kebodohannya lagi. Karna banyak berpikir, dia lupa bahwa selama ini menghindari alkohol. Tanpa ragu Valerie meletakkan gelas di tangannya ke atas meja. “Aku salut denganmu. Edward sangat beruntung mendapatkanmu. Demi dia kau berubah, Valerie! Lihatlah, kau juga terlihat banyak diam sekarang.” Mereka pun tertawa renyah mengejek Valerie. “Itu karna aku mencintainya.” Julietta mencebikkan bibir dan memutar bola matanya mendengar jawaban Valerie. “Kau yakin dia juga mencintaimu? Aku tak yakin, pria seperti Edward cukup dengan satu wanita.” “Edward hanya mencintaiku,” sahut Valerie. Padahal, dalam hati berkata apa yang dikatakan oleh mereka benar. Jangankan mencintai dan memperlakukannya baik, Edward bahkan tak perduli dengannya sama sekali. Ia hanya peduli dengan Emily dan Edward juga hanya mencintai Emily. Meski begitu, sebisa mungkin Valerie menyembunyikan fakta itu dari sahabatnya. Dia tak ingin sahabatnya tau seperti apa rumah tangganya yang sebenarnya. Selain malu, Valerie juga tak ingin dikasihani oleh mereka. Lamunan Valerie buyar saat mendengar suara berisik keempat sahabatnya. Dia menggeleng pelan, melihat wajah bodoh mereka. “Kalian seperti ikan yang kehausan di air laut.” Valerie berdecak menyadari mereka tak menggubris ucapannya. Tanpa ragu Valerie pun mengikuti arah pandangan mereka. Sedetik kemudian jantung Valerie berdetak kencang melihat tatapan pria yang berjalan ke arahnya. Tak lama Valerie memalingkan wajahnya ke arah lain menyadari pria itu semakin dekat dengannya. Jantung Valerie semakin berdetak kencang ketika pria yang dilihatnya berhenti sampingnya. Valerie pun berpikir bahwa pria itu sengaja berdiri di sana dan ingin menggodanya. Tanpa ragu Valerie berdiri dan berkata, “Apa yang kau lihat dengan—” Valerie tak melanjutkan ucapannya saat menyadari kebodohannya lagi. “Kau berbicara denganku, Nona?” “Tidak, kau salah, Tuan!” sahut Valerie ketus. Berusaha menyembunyikan wajah malunya dari pria yang berdiri di sampingnya. “Liar..” Spontan Valerie menoleh mendengar umpatan untuknya. Namun, pria itu berlalu begitu saja. Dengan kesal, Valerie meraih gelas di depannya dan berkata, “Liar? Baiklah kau yang menyebutku liar.” Tanpa ragu Valerie melempar gelas di tangannya ke arah pria itu, membuat ke empat sahabatnya terkejut melihat apa yang Valerie lakukan. Beruntung gelas itu tak mengenai punggung pria itu, jika tidak entah apa yang akan pria itu lakukan pada Valerie. Prang... “Astaga, Valerie, apa yang kau lakukan?” gumam Fiona. Namun, Valerie tak menggubris, dia juga tak menggubris tatapan semua pengunjung ke arahnya. Valerie justru mengumpat melihat gelas itu tak mengenai punggung pria itu. Mendengar suara nyaring tepat di belakangnya, Zack menghentikan langkahnya dan berbalik. Ekor matanya melirik serpihan gelas di lantai sekilas, lalu menyunggingkan sudut bibirnya ke atas. Dia tau, Valerie yang melempar gelas itu ke arahnya. Bukannya marah seperti biasa, Zack justru kembali melanjutkan langkahnya. Alvin yang mengikutinya jelas terkejut. Tak biasanya sang tuan diam saja melihat seseorang berusaha membuat kesalahan. Jangankan melempar gelas ke arahnya, melihatnya saja Zack tak suka. Tapi hari ini, Alvin seperti melihat sesuatu yang berbeda dari sang tuan. Mereka berdua tak tau jika Valerie, wanita yang datang ke hotel dan menjadi partner ranjang Zack. Begitu juga dengan Valerie yang tak tau. Mungkin bila Valerie mengenali wajah Zack semalam, dia tak akan melakukan hal bodoh ini, dan memilih kabur dari hadapan mereka. “Kau tau siapa dia, Valerie?” tanya Quinz, dan Valerie lagi-lagi tak peduli. “Kau sudah melakukan kesalahan besar, Valerie.” "Aku tak peduli siapa dia, yang aku lihat di sini, dia sangat tampan," sahut Fiona tanpa mengalihkan pandangannya dari punggung Zack. “Cih, tampan? Edward jauh lebih tampan dari pria sialan itu!”“Sial!” Valerie bersungut-sungut menyadari kebodohannya. Padahal dia sudah berjanji tak akan menenggak wine bila bertemu dengan mereka, tapi apa yang terjadi, dia justru hampir menghabiskan dua botol wine. Valerie tak tau di sudut ruangan, sepasang mata sejak tadi menatap ke arahnya. Ia bahkan tau gerak-gerik yang dia lakukan. “Ck, aku mau pulang. Edward pasti mencariku sekarang.” Valerie tak menggubris gerutuan sahabatnya. Dia meraih tas miliknya, lalu melangkah lebar menuju ke belakang. “Kau mau kemana? Pintu keluar di sebelah sana, Valerie!’ Valerie hanya mengangkat salah satu tangannya mendengar pertanyaan salah satu sahabatnya. Dengan langkah gontai, dia bertanya pada pelayan di mana kamar mandi. “Terima kasih.” Tanpa ragu Valerie berjalan cepat menuju kamar mandi. Sampai di kamar mandi, Valerie memuntahkan isi perutnya di dalam closet. “Astaga, apa aku sudah gila? Bagaimana jika Edward tau?” gumamnya menyesali kebodohannya. “Sial, harusnya aku tak datang kemari.” S
Melihat Edward pergi begitu saja meninggalkan dirinya, jantung Valerie semakin berdetak kencang. Entah apa yang akan terjadi bila Edward tau apa yang dia lakukan semalam. Mungkinkah Edward akan menceraikannya? “Aku yakin, semalam kau baru bertemu dengan seorang pria, Valerie! Lihatlah kau tak bisa menyembunyikan kebohonganmu dariku, Valerie.”“Jangan campuri urusanku, Rachel. Pikirkan saja kekasih miskinmu itu, dia pasti sedang membutuhkan uang saat ini!” balas Valerie tak kalah dingin, lalu melangkah lebar masuk ke dalam meninggalkan Rachel. Mendengar ucapan Valerie, Rachel mengeratkan rahangnya emosi. “Edward pasti akan tau siapa kau sebenarnya, Valerie, dan dia pasti akan menceraikanmu!”Valerie menghentikan langkahnya dan berbalik. “Edward tidak akan pernah menceraikanku, Rachel. Kau tau ‘kan apa alasannya? Jadi urusi saja kekasih miskinmu itu.”“Dia tak miskin, Valerie!” sentak Rachel tak terima.Valerie pun terkekeh mendengarnya. Perlahan dia kembali mendekati Rachel dan meng
Brak.. Valerie memejamkan mata mendengar suara pintu kamar mandi di tutup rapat. Detik kemudian dia membuka mata dan menatap nanar kedua tangannya yang mulai keriput kedinginan. "Apa kau tak menyadari, tanganku sekarang sudah kusam, Ed? Aku melakukan ini karna aku mencintaimu, tapi kenapa kau tak melihat perjuanganku?" Ya, karna cinta Valerie melakukan pekerjaan yang tak pernah dia lakukan sebelumnya. Jangankan membersihkan kamar mandi, Valerie bahkan tak pernah merapikan ranjangnya. Semua dilakukan oleh seorang pelayan, tapi setelah menikah Valerie rela bekerja, karna Edward tak suka kamarnya dibersihkan oleh pelayan. "Sabar Valerie, Edward hanya marah karna kecerobohanmu juga." Tak sampai satu jam, Valerie membersihkan kamar mandi, bersama dengan Edward yang kembali masuk ke kamar setelah mandi di kamar lain. "Aku sudah siapkan pakaianmu, Ed." Valerie menoleh saat tak mendengar jawaban Edward. Detik kemudian Valerie melebarkan bola matanya dan mengepalkan tangan meliha
“Bukan urusanmu, Rachel" "Bukan urusanku? Kau lupa siapa kau di sini, Valerie? Aku rasa kau tak bodoh kan." Rachel kembali melempar senyum penuh kemenangan kearahnya. Valerie semakin gugup menyadari kebodohannya. Dia melirik ke bawah, melihat penampilan dirinya yang ternyata sangat berantakan. Pantas saja Rachel mengatakan mencurigainya. “Kau pikir bisa menipu semua orang dan Edward, Valerie? Cih....pantas saja Edward tak pernah mencintaimu, karna kau memang wanita jalang dan murahan, Valerie!” “Tutup mulutmu, Rachel!” Rachel terkekeh melihat wajah dingin Valerie. “Kenapa, Valerie? Kau memang wanita jalang ‘kan? Itu sebabnya Edward jijik denganmu.” Valerie memejamkan mata erat mendengar ucapan Rachel. Dadanya bergemuruh naik turun, tapi mengingat bagaimana penampilannya dan malam yang semakin larut, Valerie menekan emosinya. Valerie tau apa yang akan terjadi jika dia membalas Rachel. Tak hanya penghuni mension yang akan bangun, tapi mereka juga akan melihat penampilann
"Apa maksudmu?" Valerie segera mendorong tubuh besar Zack lebih keras, lalu berguling ke samping. Secepat kilat, Valerie meraih pakaian dan kembali memakainya. Dia tak perduli dengan Zack yang menatap ke arahnya. Valerie yakin Zack juga tak bisa melihat bentuk tubuh dan wajahnya. “Kalau boleh tau siapa namamu, Nona?” ujarnya, tapi Valerie tak berniat menjawabnya sama sekali, dia justru meraih tas miliknya di atas meja, lalu melangkah lebar menghampiri pintu. Namun, sebelum membuka pintu Valerie berkata, “Jangan pernah mengingat apa yang terjadi malam ini! Semua yang kita lakukan karena saling membutuhkan! Anggap saja semua ini tak pernah terjadi.""Kau yakin, Nona? Aku justru berpikir kau lah yang akan terus mengingat permainanku malam ini.""Cih, mimpi. Kau pikir kau siapa, sampai aku harus mengingat apa yang terjadi malam ini? Kau lupa, kau bukan pria pertama untukku? Jadi, mana mungkin aku akan mengingat apa yang terjadi malam ini.""Baiklah, kita lihat siapa yang akan mengingat
Terdengar suara rintihan lirih seorang wanita di bawah lampu yang gelap. Jari tangannya menancap pada kain seprei ketika rasa indah semakin membakarnya. Hujan deras dan petir yang menyambar di luar sana, seolah menjadi saksi keduanya. Begitu juga dengan hembusan angin dan dinginnya AC yang tak mampu membuat tubuh keduanya tak berkeringat. Zack justru semakin intens menyentuh tubuh molek wanita di bawah kungkungannya. Tangan besarnya sesekali merayap, menjengkali tubuh putih bak porselen, Valerie. Wanita bernama lengkap Valerie Vanessa Joscelyn, yang nekat datang ke kamar hotel dan melakukan hal gila malam ini. Entah apa yang Valerie pikirkan, hingga memiliki niat bercinta dengan seorang pria asing yang tak dikenalnya. Sebelumnya Valerie tak pernah berpikir untuk melakukan hal gila ini, apalagi melakukannya. Namun, sejak dia tau pria yang dicintainya mencintai wanita lain, Valerie berpikir untuk melakukan hal gila ini. Cemburu, motif utama Valerie, dan marah yang telah menunt