แชร์

Bab 2. Berubah Pikiran

ผู้เขียน: Ahza Rumaisha
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-06-13 11:20:21

Lompat dari gedung 12 adalah hal yang paling gila yang harus Kayana lakukan. Bisa menyebabkan cedera, cacat, atau kemungkinan besar kematian. Dan Kayana harus melakukan itu demi untuk menyenangkan suaminya.

Anehnya, Eiser malah diam saja. Pria itu hanya tersenyum melihat apa yang Kayana lakukan. Semua demi apa? Hanya untuk membalaskan dendam sang kekasih. Kayana harus melakukan apa yang Ivana lakukan.

Menurut informasi, Ivana mencoba bunuh diri dengan cara lompat dari gedung apartemennya dan mengabaikan janin di perut sehingga janin tersebut menjadi korban. Dan itu dilakukan Ivana sehari sebelum hari pernikahan dirinya dan Eiser dilaksanakan.

Kayana sendiri tidak tahu, sejak kapan Eiser memiliki hubungan dengan wanita itu. Melihat kedekatan mereka saat acara reuni, Kayana tidak menyangka kalau keduanya memang sedekat itu. Bahkan sempat membuat bayi.

Satu kenyataan yang membuat hati Kayana teriris. Sampai-sampai ia yakin kalau dirinya harus terjun dari balkon gedung sekarang juga. Hidup pun percuma. Ia tidak sanggup kalau harus menanggung kebencian dari Eiser.

Lagipula hidupnya sudah hancur sejak malam di mana kesuciannya direnggut. Meski kesempatan hadir setelah orang tua Eiser datang dan melamar dirinya untuk menikah dengan Eiser.

Namun sekarang, kenyataannya berbeda. Eiser tak menginginkannya. Lalu untuk apa lagi dirinya hidup? Jelas tidak ada gunanya. Lihatlah, bahkan Eiser tak bergeming saat melihat Kayana naik ke atas pagar pembatas.

"Kau lihat ini, Eiser. Aku akan menepati janjiku." Kayana sudah ingin melompat. Tetapi, suara Eiser menghentikannya.

"Tunggu!" Suara itu cukup keras sampai-sampai membuat Kayana menoleh ke belakang. Kedua alis menyatu melihat Eiser mendekat ke arahnya. Mengulurkan tangan, dan menariknya turun ke bawah.

"Apa yang kamu lakukan, Eiser? Bukankah kamu ingin aku mati? Bukankah kamu ingin aku melakukan apa yang dilakukan Ivana? Dengan begitu semuanya impas 'kan?"

"Ya, kamu benar."

"Lalu, kenapa kamu menghentinkan aku?"

"Aku berubah pikiran, aku memang ingin kamu merasakan apa yang Ivana rasakan. Tapi tidak dengan cara itu."

"Apa maksud kamu?"

"Aku akan membuat kamu menderita, dengan caraku sendiri."

"Apa?" Kayana menggeleng. Ia sungguh tidak mengerti perkataan suaminya ini. Apa maksud dari kata membuat menderita? Apa yang akan dilakukan Eiser terhadap dirinya?

"Aku bersumpah akan merenggut kebahagiaanmu, seperti kau merenggut kebahagiaanku dengan cara menjebakku dan membuatku menikah denganmu." Tatapan Eiser nyalang ke arah sang istri.

"Apa yang akan kamu lakukan, Eiser?" Kayana otomatis mundur ketika melihat Eiser melangkah maju. Seringai jahat ditampilkan pria itu. Dan kalau ada kompetisi memerankan wajah iblis, Kayana rasa Eiserlah pemenangnya.

Saat ini Eiser tak ubahnya seperti iblis berwajah malaikat. Wajah tampan yang mendominasi, tak bisa membohongi. Aura yang ditampilkan sungguh menakutkan. Sampai-sampai membuat Kayana merinding melihatnya.

"Aku rasa kamu tidak lupa dengan status kita sekarang, Kay. Kamu adalah istriku. Jadi rasanya mubadzir kalau aku tidak merasakan kamu!"

"Tetap di tempatmu, Eiser."

"Kenapa? Aku yakin malam itu, kamu yang menyerahkan tubuhmu padaku, Kay. Kamu memanfaatkan kondisi aku! Dan sekarang aku ingin merasakan kamu dalam kondisi sadar."

Apa Eiser sedang meminta haknya sekarang? Kayana menelan saliva. Meski yang dikatakan Eiser tidak sepenuhnya salah. Tetap saja Kayana merasa takut terhadap Eiser. Sisa rasa malam itu belum hilang, ia sampai kesulitan berjalan setelahnya. Dan kini ia harus mengulanginya, bersama pria yang membenci dirinya.

Saat dalam keadaan tidak sadar saja, Eiser sungguh liar. Bagaimana dengan sekarang. Dan Kayana rasa, Eiser tidak sungguh-sungguh ingin melakukannya. Melainkan untuk menyiksa dirinya.

"Aku mohon, jangan lakukan itu Eiser."

Eiser sudah melucuti pakaiannya. Dan menanggalkannya ke sembarang arah. Ia menatap pekatnya malam dengan berhembus sekali.

"Ini sungguh menyebalkan, aku benci wanita munafik seperti kamu!" Lalu ia maju, menghampiri sang istri lalu mengangkat tubuh berbalut gaun pengantin itu.

"Lepaskan aku, Eiser!"

Kayana meronta dalam pelukan Eiser. Seolah tuli, Eiser terus saja berjalan masuk dan mengabaikan teriakan sang istri. Pria yang telah bertelanjang dada itu, melempar tubuh Kayana ke atas kasur.

Kayana terhempas. Ia memekik ketakutan. Terlebih ketika melihat Eiser yang merangkak ke atas tubuhnya. Dari pada melakukan malam pertama, ini lebih tepat disebut pemaksaan.

Seketika Kayana teringat kejadian malam itu. Air mata itu seketika meluncur deras. Terutama saat Eiser berhasil melakukan penyatuan, dan saat itulah kehancuran dirinya dimulai.

Yang dikatakan Eiser benar. Daripada meminta hak, ini lebih pantas disebut menyiksa, atau membuat menderita. Rupanya pria itu tidak main-main dengan ucapannya.

Alih-alih melakukannya dengan lembut. Eiser justru melakukannya secara kasar. Kayana sampai tidak bisa bangun setelahnya. Tulang rusuknya serasa patah, seolah terlepas dari persendiannya.

Lalu Eiser, pria itu justru terlihat baik-baik saja. Tidak kelihatan lelah sedikitpun bahkan nampak begitu puas. Ia tersenyum miring, memandang istrinya lalu berkata.

"Ini masih permulaan, kamu akan merasakan sesuatu yang lebih menyakitkan dari ini. Camkan itu baik-baik."

Kayana terpejam, secara otomatis air mata yang ia tahan berlelehan. Dan setelah melakukan hal keji berkedok malam pertama itu, Eiser pergi begitu saja meninggalkan Kayana dalam kondisi terkulai tak berdaya di atas ranjang.

Satu Minggu setelah kejadian itu. Eiser tidak menampakkan batang hidungnya di hadapan Kayana. Ia memang telah diboyong ke rumah pribadi milik lelaki itu. Namun, nyaris satu bulan berlalu, pria itu belum juga kembali.

Awalnya Kayana tidak peduli ke mana suaminya itu pergi. Toh selama ini dirinya tidak dianggap istri. Malah bagus kalau pria itu tidak ada di rumah. Namun, sebuah pesan masuk yang mengabarkan kalau Eiser tengah bersama Ivana kembali mengorek luka lama.

[Aku tengah bersama Ivana, jangan menggangguku, atau kamu akan terima akibatnya]

Sesak, tentu saja. Kayana merasa seperti tidak bisa bernapas berhari-hari. Seolah ada batu besar yang menghimpit dada. Menindih organ pernapasan. Rasa sakit itu bahkan menembus ke jantung.

Kayana pikir ini wajar. Mereka adalah suami istri. Dan hanya istri gila yang merasa baik-baik saja bila mengetahui sang suami sedang bersama wanita lain. Namun, sekali lagi Kayana ditampar kenyataan, bahwa Eiser tak menginginkannya.

Kayana menghembuskan napas berkali-kali. Untuk kesekian kalinya ia harus merelakan masakannya berakhir di dalam tong sampah. Ia memang sengaja memasak untuk jaga-jaga kalau suaminya pulang.

Apapun yang terjadi, Kayana akan tetap menjadi istri yang baik. Tetapi, sepertinya itu semua sia-sia.

"Sebaiknya aku pergi." Kayana mulai sadar. Kalau ia terlalu lama berdiam diri di rumah. Ia bukanlah wanita pengangguran. Kayana memiliki toko bunga yang cukup besar, dan sudah saatnya berkunjung ke sana.

Tidak butuh waktu lama untuk menyulap penampilannya menjadi wanita karir. Kayana terlihat cantik dengan balutan kemeja putih yang dimasukkan ke dalam celana bahan panjang. Rambutnya yang terurai panjang, diikat ke belakang.

Kayana berjalan dengan pelan menuruni anak tangga. Dan begitu sampai di anak tangga paling bawah, langkahnya terhenti saat melihat sosok yang baru saja datang.

"Kamu?"

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 16. Obsesi

    Gerakan kaki Kayana begitu cepat menuruni anak tangga. Di belakangnya, Eiser mengekor dengan langkah yang tak kalah cepat. "Biar aku yang buka pintu. Kamu urus kekasihmu itu." Yang dikatakan Kayana ada benarnya. Ia harus memberitahu Ivana agar tidak bersuara atau melakukan sesuatu yang dapat memicu perhatian ibunya. Sebab kalau sampai wanita yang telah melahirkannya itu tahu Ivana berada di sini. Entah seberapa besar murka yang dikeluarkannya. Pintu utama dibuka, wanita paruh baya dengan gaun berwarna gelap berdiri dengan senyum elegannya. "Mama," ucap Kayana. "Halo, Sayang." Lusi memberi pelukan pada sang menantu yang disambut hal yang sama oleh Kayana. "Kenapa tidak memberitahu kalau ingin datang?" Tidak biasanya, ibu mertuanya ini datang secara tiba-tiba. "Mama ada kunjungan ke toko roti, jadi Mama sekalian mampir." Kayana hampir lupa, kalau ibu mertuanya ini mengelola toko roti yang terkenal memiliki cabang di beberapa daerah. "Ini ada oleh-oleh buat kamu." Lusi menyodorka

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 15. Ular Berbisa

    "Apa terjadi sesuatu?" Eiser sungguh penasaran, apa yang membuat wanita yang menjalin kisah asmara dengannya selama lima tahun itu dirundung kecemasan. "Papa masuk rumah sakit, penyakitnya kambuh dan dia harus melakukan kemoterapi, kamu tahu sendiri 'kan butuh biaya khusus untuk itu," ucap wanita berambut panjang dengan kaca-kaca di sudut mata. Semenjak berhenti dari dunia permodelan, Ivana memang tidak bisa lagi menghasilkan uang. "Kamu tenang saja, katakan di mana rumah sakitnya, aku akan mengirim orang untuk menyelesaikan semuanya." "Tidak, Eiser. Aku tidak mau merepotkanmu." Kening Eiser mengkerut. "Lalu kamu mau bagaimana?" "Berikan saja uangnya padaku. Nanti aku akan mengirimkan pada Mama. Biar mama yang urus semuanya." "Begitu?" "Ya." "Sebutkan nominalnya." "Seratus juta." Eiser cukup terkejut mendengarnya, tetapi ia masih bisa mengendalikan eskpresinya agar tak terbaca oleh lawan bicaranya. Eiser setenang air danau, namun siapa tahu di dalam hatinya bergejolak. "Bai

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 14. Cara Baru

    Andai Kayana sungguh mengatakan itu. Eiser mungkin akan betul-betul murka kepadanya. Dan Kayana tidak menginginkan itu terjadi. Berhadapan dengan Eiser seperti sekarang ini saja sudah seperti mimpi buruk, apalagi kalau mendengar cacian yang terlontar dari bibir pria itu, lebih baik Kayana lenyap dari muka bumi saja. "Aku tanya kamu dari mana?" Kayana memutar bola mata malas. "Dari luar," jawab Kayana ketus. Ia termundur ke belakang karena Eiser mendorongnya, sampai punggung membentur lemari pendingin lalu mengurungnya dengan kedua tangan. "Kamu tidak tahu adab dan sopan santun berbicara dengan suami.""Aku hanya mempraktekkan apa yang kamu ajarkan." Eiser mendelik. "Jadi ini rupa aslimu." "Sejak dulu aku memang seperti ini." Eiser terdiam dengan sorot mata yang merah padam. Ia sungguh benar-benar murka terhadap wanita dihadapannya saat ini. Tetapi, ia masih bisa menahannya. Tujuannya untuk pulang bukanlah ini. "Aku dengar Freeya kemari? Apa yang kamu bicarakan dengannya?" "Men

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 13. Iblis Berwajah Malaikat

    [Apa kamu punya waktu?] Pesan masuk di ponsel Kayana membuat wanita itu terdiam. Nomor tanpa nama membuatnya bertanya-tanya. "Siapa, Kak?" Tapi pertanyaan itu justru muncul dari bibir Freeya. "Bukan siapa-siapa." Kayana meletakkan kembali ponsel pada tempat semula kemudian menyesap sisa kopinya. Namun, seolah tidak membiarkan Kayana tenang, pesan berikutnya muncul. Ia melirik sekilas. Tanpa dibuka pun Kayana bisa melihat isinya. [Luangkan waktumu. Kamu perlu mengganti rugi] Mata Kayana terpejam seketika. Rasa-rasanya ia tahu siapa pengirimnya. Pria yang kemarin. Kayana meraih ponsel, ia perlu memberi konfirmasi. Jari jemari lentik itu mulai menari di atas layar. [Aku tengah bekerja] Kayana sengaja memberi kabar palsu. Untuk saat ini dirinya memang ingin sekali bersantai, mumpung ada Freeya yang menemani. [Jangan menipuku. Aku berada di toko bunga milikmu. Tapi kamu tidak ada di tempat] Sekali lagi mata Kayana terpejam. Sama sekali tidak ia duga jika pria itu tengah berada di

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 12. Tentang Ivana

    Kayana terkesiap, ia memutar tubuh ke belakang. Dan menegang seketika melihat sosok adik ipar tak jauh darinya. Kayana berpikir, bagaimana bisa adik iparnya ini muncul tanpa suara. "Freeya. Kapan kamu sampai?" "Baru saja, Kak Kay sedang apa? Kenapa sembunyi-sembunyi seperti itu?" Freeya yang penasaran, segera menghampiri sang kakak ipar. Ini tidak bisa dibiarkan. Bisa-bisa Freeya melihat keberadaan Ivana dan itu akan menjadi masalah besar. Gegas Kayana menahan langkah adiknya itu, mengiringinya menuju ke ruang tengah. "Ayo kita ke sana saja," ajak Kayana. "Tapi, Kak. Aku pengen lihat Kak Kay lihatin apa tadi." "Gak ada apa-apa kok. Ayo kita ke kamar saja." Yang Kayana takutkan adalah Ivana tiba-tiba muncul karena wanita itu pasti juga tidak mengetahui kedatangan Freeya. Jadi Kayana membawa gadis itu untuk masuk ke dalam kamarnya. "Astaga, kamar macam apa ini?" Ini pertama kali Freeya masuk kamar Kayana. Dan ia cukup terkejut dengan dekorasi kamar Kayana yang menurutnya membosa

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 11. Kedatangan Tuan Besar

    Suara petir menyadarkan Kayana atas perbuatannya. Ia menjatuhkan benda di tangannya ke lantai. Apa yang sedang ia pikirkan? Mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara seperti ini, hanya akan membuat Ivana merasa di atas awan. Kayana menggeleng pelan. Kalau sampai dirinya bertindak demikian, lalu apa bedanya dengan Ivana? Dirinya tidak bodoh, hanya saja terlalu naif berharap Eiser akan mencintai dirinya. Kayana sadar, bahwa dirinyalah yang menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Namun, jika Tuhan tidak berkehendak. Pernikahan itu tidak akan terjadi. Buktinya sudah jelas, kalau dirinya dan Eiser ditakdirkan bersama meski tidak ada cinta. Guyuran air hujan membuat tubuh Kayana menggigil. Berendam air hangat mungkin akan membuatnya sedikit membaik. Dan benar saja, usai berendam. Kayana langsung tertidur pulas begitu saja. Daging yang kemarin ia beli, tidak jadi dibuat steak. Kayana sengaja bangun pagi-pagi untuk memasak dan mengerjakan semua pekerjaan rumah selagi penghuni lain dalam

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status