Beranda / Romansa / Belenggu Dendam Suamiku / Bab 1. Perempuan Licik!

Share

Belenggu Dendam Suamiku
Belenggu Dendam Suamiku
Penulis: Ahza Rumaisha

Bab 1. Perempuan Licik!

Penulis: Ahza Rumaisha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-13 11:19:28

"Dasar perempuan licik!"

Kayana tertegun mendengarnya. Ia memandang pria yang berdiri di hadapannya. Dia adalah Eiser Ryan Devanders. Pria yang sejak tadi pagi telah resmi menyandang status sebagai suaminya.

Hari ini adalah hari resepsi pernikahan digelar, dan Kayana berniat kembali ke kamar hotel yang telah disiapkan, karena acara telah usai. Tetapi, siapa sangka suaminya ini malah menyusul dengan amarah yang meletup-letup lalu melontarkan kata-kata kasar kepada dirinya.

"Jadi semua ini rencana kamu untuk bisa menikah dengan aku, dasar perempuan licik!" Eiser sekali lagi mengulangi kalimat umpatan untuk istrinya. Dalam sekejap tatapan matanya menjadi sangat menakutkan.

"Apa maksud kamu, Eiser?" Kayana tidak mengerti, mengapa datang-datang suaminya ini malah mencaci maki dirinya.

"Jangan berlagak bodoh di depanku, Kay!" Eiser menjejalkan tangan pada saku jasnya, lalu menunjukkan apa yang ia dapat kepada istrinya.

Sebuah rekaman suara menyapa indera pendengaran. Kayana sampai melotot mendengarnya. "Dari mana kamu mendapatkan itu, Eiser?"

"Kamu nggak perlu tahu, aku dapat dari mana. Semuanya sudah jelas. Dan rencana busuk kamu telah terbongkar. Aku benci kamu, Kay!"

Kayana menggeleng tidak percaya. "Tidak, itu tidak benar, Eiser!"

"Masih mau mengelak?"

Kayana mendadak linglung. "Sungguh, itu bukan aku, Eiser!" Kayana mencoba membela diri. Tetapi, ia malah ditertawakan oleh sang suami.

"Lalu bagaimana dengan ini." Tak cukup dengan memberi bukti rekaman suara. Eiser mengeluarkan beberapa lembar foto dan dilempar tepat di wajah Kayana. Foto itu jatuh tepat di bawah kaki. Kayana menunduk. Benar saja, kedua manik indah itu melebar saat melihatnya.

Sekali lagi Kayana menggeleng. Bedanya sekarang matanya malah berkaca-kaca. "Ini tidak benar, Eiser!"

"Semua sudah jelas. Tapi kamu masih mau menyangkal. Kamu memang licik, Kayana. Aku baru tahu kamu adalah perempuan seperti itu!"

"Berhenti menyebutku seperti itu, Eiser! Aku tidak seperti yang kau pikirkan!"

"Lalu seperti apa? Aku sendiri tidak percaya kamu mampu melakukan hal sehina ini terhadap aku, Kay. Aku mempercayaimu karena kamu temanku. Tetapi, teganya kamu melakukan ini padaku!"

Kayana terpejam, karena sang suami yang tak henti-henti menyalahkan dirinya. Satu bulan yang lalu. Ia memang telah melakukan kesalahan. Tepatnya, kasalahan yang tak disengaja.

Ia salah karena telah membiarkan dirinya hanyut dalam permainan Eiser. Saat itu, tepat di acara reuni tahunan sekolah. Kayana memutuskan datang. Tiba di lokasi acara, ia tidak menyangka melihat Eiser juga datang karena yang ia tahu, pria itu berada di luar negeri.

Awalnya, ia memang ingin mendekati pria itu sekedar menanyakan kabar. Namun, melihat keberadaan Ivana yang juga merupakan teman satu kelasnya berada di sisi Eiser. Kayana urung melakukannya.

Hingga tiba di penghujung acara, ia melihat Eiser yang berjalan sempoyongan dengan memegang kepala. Tidak ada Ivana di sana. Eiser berusaha menggapai mobilnya dengan susah payah. Bahkan pria itu sempat terjatuh berkali-kali.

Melihat itu, Kayana berisiatif membantu. Aroma alkohol menyeruak memasuki indera penciuman. Sepertinya Eiser telah berada di bawah pengaruh alkohol. Namun, yang menjadi pertanyaan. Ke mana Ivana? Bukankah sejak tadi wanita itu lengket sekali dengan Eiser?

Tanpa banyak bicara, Kayana membawa Eiser ke dalam mobil. Lalu melajukan mobilnya ke sebuah hotel karena Kayana tidak tahu tempat tinggal Eiser. Kayana berpikir, setelah menyewa kamar untuk Eiser, ia akan segera pergi.

Namun, di luar dugaan. Eiser malah menahan tangannya. Menariknya sampai terjatuh tepat di atas tubuh Eiser. Pria itu bertindak aneh. Mengeluarkan desisan yang menyerukan kalau dia tengah kepanasan.

Eiser bahkan meminta bantuan, untuk meredakan rasa panas yang menjalar di sekujur tubuhnya. Kayana pikir, kenapa Eiser bisa sampai seperti itu. Dan Kayana tahu apa yang terjadi, sepertinya Eiser telah dijebak dengan menggunakan obat perangsang.

Eiser terus saja meceracau, sembari mengurung tubuh Kayana di bawahnya. Kayana jelas menolak, karena ia tahu bila kesadaran Eiser kembali. Pria itu tidak akan senang dengan ini. Namun Eiser terlalu kuat, pria itu telah dikuasai napsu bejat.

Kayana meronta, namun reaksi tubuhnya berkata lain. Eiser terlalu pandai memainkan sentuhan. Sehingga membuat Kayana terbuai. Terlebih ketika mengingat rasa yang telah ia pendam kepada pria ini selama bertahun-tahun. Dan pada akhirnya Kayana memilih menyerahkan dirinya dan terbakar dalam hasrat terlarang bersama Eiser.

Paginya, entah bagaimana bisa kedua orang tua Eiser berada di sana. Memergoki dirinya dan Eiser berada di dalam selimut yang sama. Itulah alasan kenapa dirinya bisa sampai berada dalam situasi ini sekarang.

Kanaya tidak mengerti dengan jalan pikiran Eiser. Mengapa pria itu terus saja memojokkan dirinya? Sepertinya karena rekaman dan foto itu. Yang telah menimbulkan kebencian di hati Eiser.

"Eiser, aku sungguh tidak tahu apa-apa. Bukankah di sini kamu yang pantas disalahkan?. Kamu yang melakukan itu terhadap aku!"

"Sialan!" Eiser maju, lalu meraih leher, kemudian mencengkeramnya.

"Lepaskan aku, Eiser!" Kayana mencoba menahan tangan Eiser. Namun, tenaganya tak lebih kuat. Malah Eiser semakin menguatkan cengkeramannya.

"Gara-gara kamu, aku tidak bisa menikahi Ivana, gara-gara kamu. Kekasihku hampir bunuh diri. Dan karena rencana sialanmu itu, aku kehilangan bayiku!"

Kanaya melotot mendengar itu. "Bayi?"

"Ya, Ivana mengandung anakku, dia mencoba untuk bunuh diri, dan itu karena kelakuanmu!"

Emosi Eiser meluap-luap, dan saking emosinya, Eiser sampai mendorong Kayana hingga wanita itu terjerembab ke atas kasur. Kayana meringis, akibat cengkeraman tangan Eiser. Ia terbatuk-batuk setelah itu.

"Sungguh, aku tidak tahu apa-apa, Eiser. Bagaimana aku harus menjelaskannya padamu?" ucap Kayana memelas. Ia hampir meneteskan air matanya, tetapi berusaha ia tahan. Ia tidak tahu bagaimana cara dirinya menghadapi Eiser.

Di mata pria itu, dirinya sudah seperti penjahat yang melakukan kesalahan yang fatal. Menjelaskan apapun, semua akan percuma. Karena pria itu terlanjur membenci dirinya. Dan soal bayi itu, Kayana sungguh tidak tahu apa-apa.

"Aku tidak mau tahu, kau harus mendapatkan balasan."

"Lalu apa maumu? Kamu ingin memberitahu orang tuamu soal rekaman itu, kemudian menceraikan aku lalu menikahi Ivana? silakan saja, Eiser. Aku akan terima apapun keputusan kamu!"

Kanaya pasrah. Kalau ini memang takdir pernikahannya sampai di sini. Menjanda di usia pernikahan yang hanya beberapa jam ini. Itu akan ia terima asal membuat Eiser senang.

"Tidak semudah itu, kamu harus merasakan apa yang Ivana rasakan! Kamu harus merasakan sakit yang diderita Ivana, akibat percobaan bunuh dirinya!"

"Jadi kamu ingin aku membunuh diri aku sendiri? Begitu, Eiser?"

"Aku rasa kau cukup pintar untuk memahami kata-kataku, Kay."

Kayana melotot. "Kau sungguh aku ingin melakukan itu, Eiser?"

"Kita lihat saja, apa kau sanggup melakukannya."

Kayana menggeleng tidak percaya. Kenapa Eiser jadi seperti ini? Sepertinya, dirinyalah yang telah merubah Eiser jadi seperti itu. Dan jika Kayana melakukan apa yang dilakukan Ivana membuat Eiser senang. Maka Kayana harus melakukannya.

"Kalau itu mau kamu, baik aku akan melakukannya, Eiser." Detik itu juga, ia berjalan keluar balkon lalu menatap ke bawah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 16. Obsesi

    Gerakan kaki Kayana begitu cepat menuruni anak tangga. Di belakangnya, Eiser mengekor dengan langkah yang tak kalah cepat. "Biar aku yang buka pintu. Kamu urus kekasihmu itu." Yang dikatakan Kayana ada benarnya. Ia harus memberitahu Ivana agar tidak bersuara atau melakukan sesuatu yang dapat memicu perhatian ibunya. Sebab kalau sampai wanita yang telah melahirkannya itu tahu Ivana berada di sini. Entah seberapa besar murka yang dikeluarkannya. Pintu utama dibuka, wanita paruh baya dengan gaun berwarna gelap berdiri dengan senyum elegannya. "Mama," ucap Kayana. "Halo, Sayang." Lusi memberi pelukan pada sang menantu yang disambut hal yang sama oleh Kayana. "Kenapa tidak memberitahu kalau ingin datang?" Tidak biasanya, ibu mertuanya ini datang secara tiba-tiba. "Mama ada kunjungan ke toko roti, jadi Mama sekalian mampir." Kayana hampir lupa, kalau ibu mertuanya ini mengelola toko roti yang terkenal memiliki cabang di beberapa daerah. "Ini ada oleh-oleh buat kamu." Lusi menyodorka

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 15. Ular Berbisa

    "Apa terjadi sesuatu?" Eiser sungguh penasaran, apa yang membuat wanita yang menjalin kisah asmara dengannya selama lima tahun itu dirundung kecemasan. "Papa masuk rumah sakit, penyakitnya kambuh dan dia harus melakukan kemoterapi, kamu tahu sendiri 'kan butuh biaya khusus untuk itu," ucap wanita berambut panjang dengan kaca-kaca di sudut mata. Semenjak berhenti dari dunia permodelan, Ivana memang tidak bisa lagi menghasilkan uang. "Kamu tenang saja, katakan di mana rumah sakitnya, aku akan mengirim orang untuk menyelesaikan semuanya." "Tidak, Eiser. Aku tidak mau merepotkanmu." Kening Eiser mengkerut. "Lalu kamu mau bagaimana?" "Berikan saja uangnya padaku. Nanti aku akan mengirimkan pada Mama. Biar mama yang urus semuanya." "Begitu?" "Ya." "Sebutkan nominalnya." "Seratus juta." Eiser cukup terkejut mendengarnya, tetapi ia masih bisa mengendalikan eskpresinya agar tak terbaca oleh lawan bicaranya. Eiser setenang air danau, namun siapa tahu di dalam hatinya bergejolak. "Bai

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 14. Cara Baru

    Andai Kayana sungguh mengatakan itu. Eiser mungkin akan betul-betul murka kepadanya. Dan Kayana tidak menginginkan itu terjadi. Berhadapan dengan Eiser seperti sekarang ini saja sudah seperti mimpi buruk, apalagi kalau mendengar cacian yang terlontar dari bibir pria itu, lebih baik Kayana lenyap dari muka bumi saja. "Aku tanya kamu dari mana?" Kayana memutar bola mata malas. "Dari luar," jawab Kayana ketus. Ia termundur ke belakang karena Eiser mendorongnya, sampai punggung membentur lemari pendingin lalu mengurungnya dengan kedua tangan. "Kamu tidak tahu adab dan sopan santun berbicara dengan suami.""Aku hanya mempraktekkan apa yang kamu ajarkan." Eiser mendelik. "Jadi ini rupa aslimu." "Sejak dulu aku memang seperti ini." Eiser terdiam dengan sorot mata yang merah padam. Ia sungguh benar-benar murka terhadap wanita dihadapannya saat ini. Tetapi, ia masih bisa menahannya. Tujuannya untuk pulang bukanlah ini. "Aku dengar Freeya kemari? Apa yang kamu bicarakan dengannya?" "Men

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 13. Iblis Berwajah Malaikat

    [Apa kamu punya waktu?] Pesan masuk di ponsel Kayana membuat wanita itu terdiam. Nomor tanpa nama membuatnya bertanya-tanya. "Siapa, Kak?" Tapi pertanyaan itu justru muncul dari bibir Freeya. "Bukan siapa-siapa." Kayana meletakkan kembali ponsel pada tempat semula kemudian menyesap sisa kopinya. Namun, seolah tidak membiarkan Kayana tenang, pesan berikutnya muncul. Ia melirik sekilas. Tanpa dibuka pun Kayana bisa melihat isinya. [Luangkan waktumu. Kamu perlu mengganti rugi] Mata Kayana terpejam seketika. Rasa-rasanya ia tahu siapa pengirimnya. Pria yang kemarin. Kayana meraih ponsel, ia perlu memberi konfirmasi. Jari jemari lentik itu mulai menari di atas layar. [Aku tengah bekerja] Kayana sengaja memberi kabar palsu. Untuk saat ini dirinya memang ingin sekali bersantai, mumpung ada Freeya yang menemani. [Jangan menipuku. Aku berada di toko bunga milikmu. Tapi kamu tidak ada di tempat] Sekali lagi mata Kayana terpejam. Sama sekali tidak ia duga jika pria itu tengah berada di

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 12. Tentang Ivana

    Kayana terkesiap, ia memutar tubuh ke belakang. Dan menegang seketika melihat sosok adik ipar tak jauh darinya. Kayana berpikir, bagaimana bisa adik iparnya ini muncul tanpa suara. "Freeya. Kapan kamu sampai?" "Baru saja, Kak Kay sedang apa? Kenapa sembunyi-sembunyi seperti itu?" Freeya yang penasaran, segera menghampiri sang kakak ipar. Ini tidak bisa dibiarkan. Bisa-bisa Freeya melihat keberadaan Ivana dan itu akan menjadi masalah besar. Gegas Kayana menahan langkah adiknya itu, mengiringinya menuju ke ruang tengah. "Ayo kita ke sana saja," ajak Kayana. "Tapi, Kak. Aku pengen lihat Kak Kay lihatin apa tadi." "Gak ada apa-apa kok. Ayo kita ke kamar saja." Yang Kayana takutkan adalah Ivana tiba-tiba muncul karena wanita itu pasti juga tidak mengetahui kedatangan Freeya. Jadi Kayana membawa gadis itu untuk masuk ke dalam kamarnya. "Astaga, kamar macam apa ini?" Ini pertama kali Freeya masuk kamar Kayana. Dan ia cukup terkejut dengan dekorasi kamar Kayana yang menurutnya membosa

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 11. Kedatangan Tuan Besar

    Suara petir menyadarkan Kayana atas perbuatannya. Ia menjatuhkan benda di tangannya ke lantai. Apa yang sedang ia pikirkan? Mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara seperti ini, hanya akan membuat Ivana merasa di atas awan. Kayana menggeleng pelan. Kalau sampai dirinya bertindak demikian, lalu apa bedanya dengan Ivana? Dirinya tidak bodoh, hanya saja terlalu naif berharap Eiser akan mencintai dirinya. Kayana sadar, bahwa dirinyalah yang menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Namun, jika Tuhan tidak berkehendak. Pernikahan itu tidak akan terjadi. Buktinya sudah jelas, kalau dirinya dan Eiser ditakdirkan bersama meski tidak ada cinta. Guyuran air hujan membuat tubuh Kayana menggigil. Berendam air hangat mungkin akan membuatnya sedikit membaik. Dan benar saja, usai berendam. Kayana langsung tertidur pulas begitu saja. Daging yang kemarin ia beli, tidak jadi dibuat steak. Kayana sengaja bangun pagi-pagi untuk memasak dan mengerjakan semua pekerjaan rumah selagi penghuni lain dalam

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 10. Istri Pembangkang

    Kayana jelas kaget, tetapi itu tidak bertahan lama. Dengan cepat ia menguasai dirinya. Ia melirik pergelangan tangan. Tidak biasanya pria itu di rumah jam segini. Itu dikarenakan Kayana terbiasa ditinggal sendirian. Dan ketika Eiser pergi, Kayana menyempatkan diri untuk keluar sekedar memeriksa pekerjaan. Tetapi, Kayana lupa, bila Ivana sekarang berada satu atap dengan dirinya. Harusnya ia sudah menduganya, 'kan?"Apa setelah bersenang-senang, telingamu jadi tidak berfungsi. Jawab pertanyaanku, Kay." Langkah Kayana terhenti, di anak tangga pertama. Apakah pergi bekerja bisa dikatakan bersenang-senang? Ya mungkin setidaknya Kayana sedikit senang karena tidak ada yang mengganggunya saat bekerja. "Apa saat pergi bekerja, kamu juga bersenang-senang?" Kayana membalikkan perkataan Eiser. Membuat sorot mata pria bergelar suami itu semakin gelap saja. "Aku baru tahu, kamu adalah wanita pembangkang. Aku semakin menyesal menikahimu." "Kalau begitu ceraikan!" jerit Kayana yang seketika memb

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 9. Ganti Rugi

    Kayana tidak dapat menahan keterkejutannya atas apa yang dilihatnya. Sosok pria yang dimaksud oleh anak buahnya ini memang benar adanya. Dia sosok yang tampan, dan bersahaja. Dan yang terpenting, maksud kedatangannya kemari. Dan lagi-lagi apa yang dikatakan oleh Vero benar. Pria ini memang akan menagih sesuatu seperti yang ia janjikan kepadanya. Saat acara pesta ulang tahun perusahaan keluarga suaminya, Kayana telah memberikan kerugian bagi pria itu dengan menumpahkan segelas wine pada jasnya yang mahal. Lalu ia memberi kartu nama miliknya untuk menuntut ganti rugi. "Kita bertemu lagi," ucap pria itu yang seketika menyadarkan Kayana dari lamunan."Ah ya." Kayana tersenyum kikuk. Dengan sesekali melirik ke arah Vero yang tak henti memandang takjub pada pria di hadapannya ini. "Sepertinya Anda sangat sibuk. Sulit sekali ditemui. Anda tidak bermaksud lari dari tanggung jawab 'kan, Nona?" "Ah bukan begitu. Bukankah saya sudah memberi Anda kartu nama dan di sana tertera nomor yang bis

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 8. Pria Asing

    Tentu saja itu hanya bisa Kayana ucapkan dalam hati. Meski ia membenci Eiser, tetapi melihat apa yang dilakukan Eiser terhadap Ivana, membuat sudut hati Kayana terluka. Selain berdiri, ia hanya bisa memalingkan wajahnya dengan sesekali mendongak ke atas agar buliran bening yang sedari ia tahan tidak tumpah. Pekerjaan dapur menjadi menumpuk setelah kepergian Eiser dan Ivana. Kayana memandang makanan sisa yang ditinggalkan oleh Eiser. Selera makannya seketika menghilang tak bersisa. Ia kembali ke kamar setelah menyelesaikan pekerjaan dapur. Tak ia pedulikan di mana keberadaan Eiser, terakhir kali ia melihat pria itu mengantar selingkuhannya ke kamar. Persetan bila pria itu ingin tidur di sana. Itu malah bagus, dan dirinya bisa terlepas dari pria itu malam ini. Kayana menjatuhkan bobot tubuhnya di bibir ranjang, melepas ikatan rambutnya, barulah ia merebahkan diri untuk beristirahat. Di sepertiga malam, ia dibangukan oleh suara derit pintu dan derap langkah kaki seseorang. Setengah

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status