Share

Belenggu sang Pewaris Dingin
Belenggu sang Pewaris Dingin
Penulis: Shine The Angel

Bab 1 Penawaran Diri

Seorang gadis berjalan dengan terhuyung, berusaha mencari tempat nyaman untuk bersantai sambil menikmati secangkir cocktail, di tengah dentuman musik club terdengar suara sorakan para pengunjung, sesekali gadis itu ikut bersorak dan bertepuk tangan sambil menggoyangkan badannya.

"Marsha! sudah berapa botol yang kau minum." Ucap seorang wanita yang baru saja datang.

Marsha Helena gadis berparas cantik dan berambut panjang, kulitnya putih dan halus bagaikan salju, ditambah tubuhnya yang ramping menambahkan kesempurnaan bagi tubuh Marsha. Meski begitu, dirinya tidak beruntung dalam kehidupan ini.

"Hai, ternyata teman sejatiku telah datang, akan aku pesan satu botol lagi." Marsha mengangkat tangannya, dan meminta bartender memberikannya satu botol cocktail.

"Cukup! Kamu sudah sangat terlihat mabuk." Ucap Mery menahan tangan Marsha lalu menjauhkan gelasnya dari Marsha.

Mery adalah teman serumah Marsha, mereka sudah lama berteman, karena itu tanpa segan Mery memperingati Marsha agar berhenti minum.

Marsha sudah kehilangan setengah kesadarannya tidak peduli dengan perkataan Mery, dia merebut kembali gelasnya lalu menuangkan minuman ke dalam gelasnya.

Marsha menggelengkan kepala, sambil mengangkat gelasnya. "Arghh, nikmatnya. Cepat isi lagi," ucap Marsha tertawa.

Malam ini Marsha ingin menghilangkan rasa peliknya, hari-harinya sangat berat karena terlilit hutang, ditambah peristiwa yang menimpanya membuatnya ingin bersenang-senang. Sejujurnya Marsha sudah sangat lelah dengan masalah yang selalu berdatangan.

"Sudah cukup, ini sudah terlalu banyak," ucap Mery sekali lagi mengambil gelas dari tangan Marsha. "Sebaiknya kita pulang."

Marsha kembali menggelengkan kepala dan menolak ajakan Mery. "Tolong ambilkan satu botol lagi," ucap Marsha pada bartender.

Bartender tersebut tampak ragu setelah melihat keadaan Marsha yang tengah mabuk, dia menatap ke arah Mery, dan dengan segera Mery mengisyaratkan agar tidak memberikannya pada Marsha.

"Maaf Nona, sepertinya kamu sudah sangat mabuk," ucap bartender tidak mau lagi memberikan apa yang diinginkan oleh gadis itu.

Gadis itu yang sekarang ini tampak tertawa sambil menangis, dalam tawanya terdengar isakan tangis. Entah apa yang dialaminya, tidak ada yang tahu.

"Apa kau tidak mendengarnya. Cepat tuangkan!" Bentak Marsha keras.

Mery mencoba menenangkan Marsha. "Hentikan. Jangan membuat keributan disini," ucap Mery sambil mencoba menutup mulut Marsha dengan tangannya.

"Pulang? Aku tidak punya rumah untuk pulang," ucap Marsha setengah sadar.

Mery menepuk jidatnya. "Aku akan meninggalkanmu kalau kau masih tidak sadar juga."

"Pergi! Pergilah! Tinggalkan saja aku." Teriak Marsha.

"Marsha. Kau betul-betul sudah gila." Mery menggelengkan kepala, lalu meminta bartender agar memberikannya gelas. Setelah itu, Mery ikut meneguk cocktail.

"Bagus teman, aku tahu bahwa kau tidak akan meninggalkanku." Marsha mengambil botol yang berisikan cocktail lalu menuangkannya ke gelas Mery.

"Dasar! Baiklah, untuk hari ini, mari kita minum sepusnya," ucap Mery.

Tanpa mereka sadari, mereka sepertinya sudah terlalu banyak minum dan sangat mabuk berat. Mery yang tidak kuat minum sudah ambruk lebih dulu, dia sudah tidak sadar dan tertidur di atas meja.

"Payah."

Marsha yang begitu sangat mabuk berjalan ke arah panggung, lalu menari dengan agresif. Saat berada di puncaknya, Marsha berteriak.

"Adakah disini pria kaya. Jika ada aku ingin menawarkan diri untuk dibeli," teriak Marsha keras.

Tentu, pengumuman itu membuat pria hidung belang berteriak, banyak pria yang mengangkat jarinya dan relammembayar agar bisa bermalam dengan gadis secantik Marsha.

"Saya! Saya! Berapa yang kau mau," seorang pria mengangkat tangannya.

"Aku tidak ingin uang. Aku ingin kau menikah denganku," ucap Marsha berteriak.

Suara seruan terdengar jelas, pria-pria yang disana tidak menerima permintaan Marsha, mereka hanya ingin bercinta dan menghabiskan satu malam saja dengan Marsha.

"Hei, Nona. Kami disini bisa memberikan bayaran yang tinggi dengan cukup satu malam." Pria lainnya berteriak.

"Aku butuh pria kaya untuk dinikahi, tidak masalah dia jelek, tua atau bahkan cacat sekalipun, aku tidak peduli,," kembali Marsha berteriak.

Tidak ada pria yang mau, karena itu Marsha berjalan dengan sempoyongan menuju salah satu pria yang sedari tadi tengah menatap dirinya.

"Apa kau mau menawar diriku," ucapnya.

Pria itu masih tidak bergeming, dia mengangkat alisnya, dan matanya terus mengawasi Marsha dengan sangat tajam. Wajah Marsha yang memerah karena sedang mabuk tidak mengurangi sedikitpun kecantikan gadis itu. Benar sekali, gadis itu sangat cantik, bahkan dengan hanya menatapnya saja sudah bisa menaikkan birahi setiap lawan jenis.

Namun pria itu berbeda, dia sama sekali tidak tertarik. "Aku tidak suka gadis murahan," pria itu menatap tajam pada Marsha yang terlihat berantakan dengan rambut panjang terurai menutupi sebagian wajahnya.

Marsha tertawa terbahak-bahak. "Ck, sombong sekali dirimu," gerutu Marsha sambil melangkahkan kakinya lebih dekat kearah pria itu.

Dengan sangat arogan pria itu mendorong gadis dari hadapannya. "Menjauhlah dari, kau mengotori setelanku," tepisnya.

"Kau! Lihat saja," ucap Marsha.

Marsha mengambil gelas dari salah satu pengunjung, lalu menyiram pria itu.

"Aku, Marsha. M A R S H A." Menekankan namanya. "Gadis cantik yang disukai banyak pria. Seharusnya dengan melihatku kau tahu bahwa aku cukup sexy." Marsha mengibaskan rambutnya.

Pria yang saat ini sedang berbicara dengan Marsha yaitu Axton Fritsch. Pria yang tidak mudah untuk ditaklukkan oleh wanita manapun. Untuk pertama kalinya seorang gadis berani berteriak didepannya. Sulit untuk dipercaya, tapi itulah yang saat ini terjadi pada Axton.

"Marsha." Axton tersenyum sumengeriah saat menyebutkan nama gadis itu.

"Apa sekarang kau sudah sadar betapa cantiknya aku," Marsha mendorong dada bidang pria itu.

Sebelum sempat bereaksi dua pria datang kearah Axton dan membisikkan sesuatu yang sangat penting, karena itu Axton harus menghentikan perdebatannya dengan gadis itu.

"AXTON. Jika kita bertemu lagi, kau akan menyesalinya," setelah perkataan itu, Axton pergi bersama dua pria lainnya.

Sepertinya pria itu bukan orang biasa, cara berjalannya sangat angkuh.

Setelah demikian, seorang pria dengan bermata genit mendekati Marsha. Pria itu ingin memeluk Marsha, reaksi Marsha sangat tidak terduga, dia membanting pria itu ke lantai. Hingga pria itu meringkus kesakitan.

Semua orang disana hanya menonton sebagian bersorak dengan aksi gadis itu. Karena sering dikejar oleh penagih hutang, Marsha sudah terbiasa dengan itu.

"Beraninya kau menyentuhku," ucap Marsha sedikit tidak jelas.

Marsha kembali duduk ketempatnya, lalu mulai membangunkan Mery.

"Cepatlah bangun," ucap Marsha sambil menarik tangan Mery ke bahunya.

Mery terus bergumam tidak jelas karena mabuk, begitu juga dengan Marsha menyahut tidak jelas. Mereka keluar dari club, setelah itu mereka berjalan saling memapah satu sama lain.

Ditengah kota yang ramai. Marsha kembali bersikap aneh, dia berteriak keras, lalu melepaskan Mery.

"Dewa! berikanlah aku kekayaan. Aku ingin kaya." Marsha berlutut dan mengadahkan wajahnya kelangit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status