Share

Bab 2 Gadis Office Girl

Setelah pulang dari club, Marsha masih sangat mabuk, dia dan Mery langsung berbaring di sofa yang ada di tengah ruang tamu.

Menjelang pagi, suara aktivitas dari luar sana sudah terdengar, berbeda dengan Marsha, sudah sekitar pukul 10.00 wib suara alarm telah berbunyi kencang hingga memekakkan telinga. Mimpi indah yang baru dimulai bagai disiram air panas lalu hilang seketika. Mata yang masih enggan terbuka itulah Marsha.

Gadis berparas cantik dengan rambut panjang, status mahasiswa, usia 24 tahun dan memiliki cita-cita sebagai orang kaya baru. Menikah dengan orang kaya adalah tujuan satu-satunya dalam hidup Marsha.

"Marsha," teriak Mery keras.

Ponsel yang ada di meja terus berbunyi banyak dan cepat. Notifikasi pesan datang bertubi-tubi memperingatkan agar Marsha segera ke kantor.

Mery yang lebih dulu bangun terkejut melihat jam di alarm, sudah jam 10 pagi, mereka terlambat untuk bekerja. Mary dan Marsha bekerja di kantor yang sama sebagai office girl.

Marsha mulai menggeliat di bawah selimut, merasa tidak adil tidurnya diganggu. "fyuuu," desah Marsha sambil membuka selimutnya. Cahaya kini mulai tampak dari arah jendela. "Lima menit lagi." Marsha kembali berbaring dan menarik selimut.

"Dalam hitungan tiga, jika kamu tidak bangun aku akan pergi sendirian," ucap Mery.

Mery tanpa mandi memakai baju kerja, dia harus tiba di kantor secepatnya, kalau tidak maka dia akan dipecat.

Marsha membuka selimutnya. "Hari ini aku tidak bekerja, tolong katakan bahwa aku sedang sakit," ucap Marsha.

"Apa kau pikir Bu Siti akan percaya, kau sudah banyak mengambil cuti dan absen, aku tidak mau dimarahi olehnya," ucap Mery.

"Sial! Apa aku berhenti saja."

"Lalu hutangmu, apa kau bisa membayar hutangmu jika berhenti bekerja?" saut Mery.

Memikirkan itu sudah membuat kepala Marsha pecah, hutang yang ditinggalkan Ayahnya setelah meninggal selalu menghantuinya, seberapa keras Marsha bekerja, hutang itu tidak pernah lunas.

"Aku akan menyusul, pergilah lebih dulu, dan lakukan seperti biasa." Marsha bangkit dari tempat tidur.

Dia berjalan ke arah kaca, mendapati dirinya sangat berantakan, rambutnya acakan, lingkaran mata berwarna hitam, menandakan bahwa wajahnya stress.

Dengan santai Marsha berdandan seadanya, dia mengambil barang yang diperlukan termasuk sesuatu yang penting, yaitu semprotan berisikan air bubuk cabe, digunakan untuk kabur dari si penagih hutang.

***

Di Kantor.

Disinilah Marsha bekerja sebagai office girl, perusahaan yang sangat terkenal.

Marsha melihat para karyawan yang bekerja dengan cantik dan rapi, pakaian yang mahal serta sepatu, tas semuanya terlihat indah dimata Marsha, dia melihat kearah dirinya langsung menghembuskan nafas kasar.

Marsha masuk ke arah ruangan kerjanya, dengan mengendap-endap Marsha berjalan menuju lokernya lalu meletakkan tasnya.

"Jangan sampai aku ketahuan," gumamnya pelan.

Dengan sigap, Marsha mengambil ember lalu diisikan dengan air dan mengambil kain pel.

"Selesai. Aku sudah aman." Marsha tertawa puas.

Marsha akan berpura-pura bahwa sedari tadi dia telah bekerja, itu sebagai Akal-akal Marsha saat terlambat agar tidak ketahuan.

Marsha menenteng ember dan kain pel menuju lobi, Bu Siti menghampiri Marsha.

"Kau terlambat lagi," ucapnya marah.

"Apa Ibu tidak bisa melihat aku sudah dari tadi disini mengepel seluruh lantai lobi," saut Marsha.

"Betulkah?" penuh ragu-ragu.

"Jika tidak percaya, tanya saja pada mereka," ucap Marsha menunjuk ke arah petugas keamanan.

Bu siti mengangkat alisnya masih tidak percaya, kantor sebesar ini memang sangat sulit untuk mengawasi seluruh karyawan.

"Setelah ini, kau bersihkan ruangan CEO di lantai 40, jangan sampai kau membuat kesalahan saat berada disana," ucap Bu Siti.

"Baiklah, aku sangat handal melakukan pekerjaan, jadi jangan khawatir." Marsha tersenyum lebar karena berhasil menipu Bu Siti.

Marsha bergegas pergi ke lift, sudah lama dia bekerja disini, tapi dia jarang membersihkan ruangan CEO, bahkan di hampir lupa dimana ruangannya.

"Lantai 40, aku akan bertanya ruangan CEO dimana," gumamnya sambil menunggu di depan lift.

Saat lift terbuka, orang-orang yang didepan Marsha langsung masuk ke dalam lift, hasilnya lift telah penuh.

Marsha menoleh dan melihat disisi lain Liftnya kosong, dia perlahan berjalan ke arah lift itu, Marsha melihat dua pria bersetelan jas berdiri disana.

Kedua pria itu masuk ke dalam lift, sebelum lift betul-betul tertutup, Marsha menghentikannya dengan mengganjal pintu dengan kakinya.

"Maaf, saya belum masuk," cengir Marsha.

Setelah berhasil masuk ke dalam lift, Marsha menatap ke arah salah satu pria itu.

"Ganteng," didalam pikiran Marsha terlintas bayangan-bayangan yang tidak jelas.

Salah satu pria itu berdehem hingga membuyarkan lamunan Marsha.

"Nona, seharusnya anda tidak naik dengan lift ini," ucapnya menatap dengan tajam.

"Memangnya ada yang salah, lift ini kelihatan kosong, karena itu aku menaiki lift agar aku melakukan pekerjaanku dengan baik." Jelas Marsha.

"Tapi lift ini tidak untuk orang seperti anda," saatnya tegas.

"Wahhh, apa karena aku hanya seorang office girl, kau merendahkanku," tatap Marsha dengan tajam.

Pria itu mulai kesal, dia mulai mengangkat suara nya.

"Sekretaris Deo, cukup," pria satunya mengangkat tangannya.

Mengatakan bahwa tidak perlu berdebat dengan hal yang sepele.

"Lihatlah, aku tidak salah dalam hal ini," ucap Marsha kembali cerewet.

Pintu lift terbuka, mereka keluar dari lift, Marsha melihat kedua pria itu telah pergi lebih dulu.

"Berlagak sekali mereka, ckk. Dasar orang-orang aneh," oceh Marsha.

Kedua pria itu berjalan menuju ruangan. "Tuan Axton," panggil sekretaris Deo.

Tuan yang dipanggil itu masih diam, tanpa menyahut.

"Biasanya tuan tidak seperti ini, karyawan bodoh itu sudah membuat kesalahan. Tapi Tuan membiarkannya." Jelas sekretaris Deo.

"Gadis itu, aku mengenalnya," sautnya sinis.

Rupanya sejak awal Axton mengingat Marsha, hanya saja Axton tidak ingin membahas kejadian di club dengan gadis yang bahkan tidak mengingatnya.

Kembali pada Marsha yang masih bingung letak ruangan CEO, dia berkeliling sambil bertanya. Salah satu karyawan disana mengarahkan ke ruangan yang paling ujung.

"Permisi, saya mau membersihkan ruangan," sapaan dari karyawan.

Sekretari Deo membuka pintu, dan melihat gadis di lift. "Kau,"

"Ckk sial, apa aku berurusan dengan orang sangat penting." Marsha menggigit bibirnya.

"Maaf tuan, saya akan membersihkan ruangannya dengan sangat bersih," senyum Marsha seolah meminta maaf atas apa yang terjadi di lift.

"Masuklah," ucapnya.

Marsha membungkukan badan dengan sejajar, beruntung dia tidak mendapat masalah yang mengakibatkan dia dipecat.

Marsha memulai pekerjaannya, dia membersihkan toilet lebih dulu, setelahnya menyapu dan mengepel lantai. Pekerjaannya hampir selesai, barulah Marsha sadar ada pria lain yang tengah duduk di kursi.

Melihatnya saja sudah mengagumkan. "Apa dia CEO, dia sangat tampan dan masih muda, beruntung sekali dia," ucap Marsha pelan.

Marsha terus memandangi pria itu, ketika matanya hampir bertatapan, Marsha langsung mengalihkan pandangannya ke bawah, seakan dirinya tidak pantas menatap orang sehebat itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status