Share

Belitan Obsesi Presdir Dingin
Belitan Obsesi Presdir Dingin
Author: Lentera Jingga

Bab 1. Jerat Hasrat Satu Malam

“Apa dia yang kalian maksud?” Seorang pria bertubuh tambun dan berkepala botak, sedang mengelus dagunya, menatap lurus gadis cantik di sana.

“Benar. Bagaimana? Apakah om tertarik? Aku jamin dia masih segel,” terang wanita dengan rambut coklat tergerai lurus, sambil tersenyum penuh kemenangan.

Pria itu memindai tubuh molek gadis cantik bernama Valerie di sana, dengan tatapan lapar. Ia menelan ludah dan menjilat bibir, lalu menyunggingkan seulas seringai buas.

“Oke, aku mau. Bawa dia ke kamarku. Aku akan memberikan bayaran setelah aku selesai dengannya.” Pria itu meletakkan kembali gelas di tangannya, dengan tatapan intens yang masih tidak lepas dari Valerie.

Dua wanita cantik yang memiliki hubungan darah itu tersenyum puas. “Deal!”

“Aku tunggu dia di kamarku. Tak sabar rasanya mengarungi kenikmatan bersamanya.”

Sepeninggalan pria tua itu, keduanya mulai beraksi. Salah satunya mengambil bungkusan obat perangsang dari dalam tas kecil, mencampurkannya ke dalam salah satu gelas minuman. Sementara yang lainnya langsung menarik tangan Valerie yang saat itu tengah menata minuman di atas nampan.

“Ikut aku!” teriak Berry sambil melebarkan kedua matanya.

“Aku sedang bekerja, Kak!” protes Valerie saat dirinya dibawa keluar ruangan. Ia berusaha melepaskan cengkeraman Berry, tetapi tenaga wanita yang dipanggil kakak itu, lebih mendominasi.

“Minum ini!” Cherry pun membuka paksa mulut Valerie agar mau menelan minuman yang sudah dicampur obat perangsang, sedangkan Berry menahan kedua tangannya supaya tidak memberontak.

Valerie yang tidak mengantisipasi hal itu, langsung tersedak dan berusaha memberontak. Namun, dua wanita yang memiliki keterikatan keluarga itu, seolah tidak peduli dan terus memaksa, hingga lebih dari separuh minuman keras itu berhasil masuk ke dalam tubuh Valerie.

Cherry dan Berry menyeringai puas melihat Valerie tampak tidak berdaya.

“Sekarang ikut kami!”

“Aku harus bekerja! Lepaskan aku!”

Valerie berusaha melepaskan diri saat tangannya ditarik paksa menuju lift.

“Ini juga bagian dari kerjaanmu, Bodoh!” Dua wanita itu terus memaksa Valerie.

Ketika lift berdenting terbuka, Valerie kembali memberontak dalam cengkeraman dua saudaranya. Gadis itu merasa ia harus pergi menjauh karena mereka pasti punya rencana jahat terhadapnya. Dengan sisa-sisa kesadaran, Valerie menginjak kaki keduanya lalu mendorong mereka dengan kuat hingga terjatuh.

“Argh, gadis sialan!” Keduanya berteriak bersamaan dan Valerie berhasil berlari keluar dari lift.

“Mau ke mana kamu sialan! Kemari!” Cherry terus berteriak memanggil Valerie yang terus berlari menyusuri lorong hotel yang sepi.

“Ayo, Kak. Cepat kejar. Jangan sampai rencana kita berantakan. Atau kita tidak akan mendapatkan uang itu!” desak Berry.

“Aku juga lagi berusaha, Bodoh!” sentak sang kakak sembari memukul kepala adiknya.

Valerie terus berlari menyusuri lorong-lorong kamar mewah itu untuk mencari tempat persembunyian. Ia bahkan tidak tahu jelas berada di mana sekarang.

Gadis itu merasakan tubuhnya memanas. Ada dorongan dari dalam dirinya yang membuat Valerie mendambakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Di tengah-tengah itu, ekor matanya menangkap bayangan kedua saudaranya yang masih terus mengejar dirinya. Semakin mendekat, ia merasa semakin terdesak.

Panik, Valerie yang tak sengaja melihat sebuah kamar yang pintunya sedikit terbuka, langsung masuk ke dalamnya tanpa berpikir panjang.

“Sialan! Ke mana dia?!”

Valerie yang sudah mengunci pintu dengan rapat masih bisa mendengar makian Cherry di luar.

Gadis itu mulai gelisah saat rasa panas itu semakin menjalar dan merenggut akal sehatnya.

“Aduhh... ahh... kenapa rasanya panas sekali di sini.” Valerie meracau tak terkendali. Ia mengipasi wajahnya dengan tangan sambil berjalan sempoyongan mencari air. Mendadak ia merasa sangat haus.

“Siapa kau berani-beraninya masuk ke kamarku?!”

Valerie terkejut mendengar suara seorang pria yang tengah duduk di tepi kasur.

“Pergi!” usir pria itu dengan suara serak. Ia tampak memejam sambil memijat pelipisnya. Keadaannya sama kacaunya dengan Valerie.

Valerie tak bisa menahan diri saat gelombang hasrat itu semakin membara dalam dirinya.

“Tu-tuan… tolong aku...” rintih Valerie sambil menggigit bibirnya untuk menahan lenguhan. Rasa panas yang tak tertahankan membuat Valerie bergerak melepaskan satu persatu kancing kemejanya.

Pria itu menghela napas gusar. Wajahnya memerah dengan tatapan yang tidak fokus. Ia mencoba menekan hasrat liar yang perlahan mulai mencekiknya lehernya saat menatap tubuh molek Valerie yang terpampang nyata di hadapannya.

Ia lantas menggeleng, berusaha berpikir jernih. “Pergi!” usirnya sekali lagi saat Valerie berjalan mendekat ke arahnya.

“T-tuan… tolong sentuh aku....” Valerie kembali meracau, tidak sadar dengan apa yang ia ucapkan. “Panas sekali… aku tidak tahan lagi…” Valerie terus merengek dengan nada yang justru membangkitkan sisi kelelakian pria mabuk tersebut.

Rintihan dan rengekan gadis asing itu terdengar seksi, semakin mengikis kewarasannya. Namun, ia berusaha tetap sadar. Pria itu berdiri, hendak mengusir Valerie dengan tangannya sendiri.

Tanpa disangka, Valerie tiba-tiba menabrak tubuhnya dan mencium bibirnya.

Pria itu terpaku sejenak, berperang dengan akal sehatnya. Namun, tubuhnya bereaksi sebaliknya. Dorongan hasrat dalam dirinya tak lagi terbendung, hingga akhirnya membuncah dalam bentuk lumatan panas. Ia membalas ciuman Valerie, lebih dalam, lebih liar dan lebih menuntut.

Kini permainan panas itu beralih didominasi oleh pria itu.

Suara erangan terputus-putus keluar dari bibir Valerie, membuat hasratnya semakin menggila, menuntutnya untuk mendorong tubuh perempuan itu ke atas ranjang, lalu dengan cepat ia menindihnya.

“Kau yang memulai,” ujar pria tampan tersebut dengan suara dalam. Gairahnya sudah memuncak dan tak akan bisa dihentikan oleh siapapun.

“Tolong…” rintih Valerie di tengah cumbuan yang memabukkan. “Aku ingin…”

Suara gadis itu terdengar begitu seksi di telinganya. Tanpa membuang waktu, lelaki itu membuka seluruh pakaiannya dan membiarkannya berserakan di lantai. Ia merunduk dan mulai menikmati hidangan indah dan nikmat yang sudah tersaji di depan mata.

Tak ada suara apapun selain desahan dan erangan yang keluar dari bibir Valerie saat lelaki itu bermain-main di puncak dadanya. Pria itu mendominasi seluruh tubuhnya, menjamah titik-titik sensitifnya, tak ada yang terlewat sedikitpun.

Hasrat terus naik membabi buta, seolah membakar keduanya. Pria itu menghirup aroma tubuh Valerie pada ceruk lehernya, sambil memposisikan dirinya di tengah tubuh Valerie yang tampak sudah siap menerimanya.

“Aaah.... sakit!” Valerie memekik kesakitan saat merasakan benda asing itu memasuki inti tubuhnya.

Pria itu menghentikan gerakannya sejenak, merasakan punggungnya perih akibat cengkeraman Valerie. Ia menunggu sampai gadis itu mulai bisa menerima miliknya di bawah sana.

Melihat sepasang mata Valerie yang berair membuat pria itu menunduk dan mempertemukan bibir mereka lagi, seolah tidak membiarkan Valerie tenggelam dalam rasa sakit.

“Ngh…” Valerie mulai kembali melenguh. Rasa sakitnya mulai tergantikan nikmat akibat permainan lihai pria di atasnya.

Pria bertubuh atletis itu terus bergerak, sampai akhirnya Valerie lupa akan rasa sakit dan tak nyaman yang tadi ia rasakan. Tubuhnya mulai rileks dan merespon gerakan sensual pria tersebut tak kalah bergairah.

Keduanya terus bergerak seirama, menyatu dalam hasrat yang tak berkesudahan…

***

Sinar matahari membias melalui celah jendela yang sebagian tak tertutup gorden, mengganggu tidur Valerie.

Gadis itu membuka mata dan mengerjap beberapa kali. Ia tampak kebingungan melihat kamar mewah yang terasa asing. Detik berikutnya, ia membulatkan kedua matanya saat mendapati sosok pria gagah tidur di sebelahnya.

“Ya Tuhan... apa yang terjadi...” Valerie memekin tertahan, lalu menelan ludah gugup saat mengenali pria yang masih terlelap itu. “Tu-tuan Anderson...” lirihnya dengan suara gemetar.

Pria ini adalah Max Anderson, pemilik acara jamuan bisnis mewah tempat ia bekerja semalam!

Valerie mengubah posisinya menjadi duduk. Sepasang matanya bergerak menyapu sekitar. “Bagaimana aku bisa berada di sini?” gumamnya lalu melihat keadaan tubuhnya yang dipenuhi tanda cinta. “Apa yang sudah kulakukan?!”

Pertanyaan itu membuat ia berusaha mengingat kejadian semalam. Namun, kepalanya terasa berdentam menyakitkan membuat ia tak bisa berpikir dengan jernih.

Valerie gemetar ketakutan. Max Anderson adalah Presdir Anderson Corp. yang sangat disegani. Dia bukan orang sembarangan! Jika apa yang terjadi semalam terendus media, bisa dipastikan itu akan menjadi skandal besar yang menggemparkan. Apa kata publik jika seorang pria yang memiliki kekuasaan tertinggi menghabiskan malam dengan seorang pelayan rendahan?

Bisa-bisa Valerie yang terkena imbasnya!

Panik, gadis itu merasa harus segera pergi sebelum pria itu bangun. Ia hendak turun dari ranjang, namun pangkal pahanya terasa sangat nyeri.

“Aww... sakit sekali…” Valerie menggigit bibir karena takut suaranya membangunkan pria itu. “Perih...” rintihnya ketika salah satu kakinya akhirnya berhasil menapak ke lantai.

Tertatih-tatih, gadis itu memunguti baju yang berserakan di lantai dan memakainya dengan tergesa.

Valerie harus pergi secepatnya! Dia tidak ingin terlibat lebih jauh dengan Max yang terkenal tidak mengampuni siapapun yang berbuat kesalahan.

Saat Valerie berjingkat-jingkat menuju pintu keluar, suara bariton yang tajam tiba-tiba terdengar.

“Mau ke mana kau?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status