Bukan hanya Kiara yang terkejut, Satya pun merasakan hal yang sama, kenapa gadis yang dia tinggalkan 5 tahun silam berada di sini, apa hubungannya dengan Kezia calon istriku."
"Dia Mas Satya, Dek kamu lihat! Ganteng bukan calon suamiku?""Eh, Dek! Kamu kenapa? Kamu nangis?" tanya Kezia yang menoleh ke samping dan melihat Kiara yang sedang menyeka air matanya."Nggak Kak, aku hanya terharu! Akhirnya sebentar lagi kakakku akan menyandang status baru sebagai seorang istri. Selamat ya Kak.""Oh, aku kira ada apa! Makasih ya Dek. Semoga kamu cepat menemukan calon Papah untuk Reza."Kiara hanya tersenyum kecut mengingat papah Reza kini ada di hadapannya."Aku masuk dulu ya Kak, aku mau menyiapkan makanan untuk tamu undangan."Padahal itu hanya alasan semata, perasaannya begitu sakit menusuk sampai ke ulu hati membayangkan betapa bejatnya laki-laki yang sekarang di panggil dengan sebutan Mas Satya, calon kakak iparnya yang dulu menanam benih cinta di rahim hingga kini tumbuh anak kecil bernama Reza.Kiara lebih memilih masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dari dalam."Kamu jahat Mas! Kamu campakkan aku dan Reza lalu kamu menikah dengan Kakak kandungku sendiri! Lelucon apa ini Mas, mana mungkin aku bisa tinggal serumah dengan laki-laki tak bertanggung jawab sepertimu!"Di dalam Kiara duduk di atas lantai sambil memeluk kakinya seolah sedang menguatkan dirinya, dia menangis sejadi-jadinya dengan perasaan berontak menerima nasib yang harus dia alami sekarang ini.Suara lantang yang mengatakan Sah dari luar semakin menambah rasa sakit hatinya, dia berfikir mengapa Tuhan begitu tega mempermainkan perasaannya, di saat Kiara mulai melupakan sosok Pras yang menjadi masa lalunya, kini dia kembali dengan nama yang berbeda dan menjadi bagian dari keluarganya."Aku tidak boleh seperti ini! Aku harus kuat. Aku harus lupakan masa lalu itu. Ingat Kiara! Mas Satya itu bukan Mas Pras! Mas Pras sudah mati 5 tahun yang lalu," tekat Kiara dalam hati.Dia kembali berbenah, merapikan dirinya yang sempat kacau berantakan tak karuan."Ehem!"Kiara berusaha bersikap senormal mungkin agar keluarganya tak curiga, biarlah rahasia ini dia pendam sendiri dalam hati tanpa ada satu orang pun yang mengetahui."Eitsh! Dari mana aja kamu? Dari tadi Ibu cari taunya di kamar! Lihat kakakmu udah sah jadi istrinya Satya."Sakit memang sakit, sesekali dia menoleh ke atas menahan air matanya agar tak jatuh kembali."Wah, iya kah Ibu? Aku ikut senang mendengarnya.""Kalau gitu kamu ke sana, ucapkan selamat pada kakakmu Kezia."Rasanya sangat malas untuk menghampiri kedua mempelai yang sedang bersanding di pelaminan, tapi kalau tidak dia lakukan tentu akan mengundang kecurigaan pada mereka terutama ibunya.Dengan terpaksa Kiara menghampiri mereka namun belum sampai ke atas pelaminan Reza tiba-tiba datang dengan lincahnya menghampiri Kiara yang membuat Satya memicingkan matanya."Ibu mau kemana? Aku ikut."Degh!"Ibu?" gumam Satya dalam hati."Naik ke atas Sayang! Ayok ikut dengan Ibu, kita ucapkan selamat pada Budemu."Ibu dan anak bergandengan naik ke atas disambut hangat oleh Kezia yang menunduk menunggu keponakannya itu bicara, saat itu juga tanpa sepengetahuan istrinya, Satya menoleh sekejap pada Kiara yang juga sempat memandangnya."Sayang bilang selamat pada Bude," pekik Kiara memerintah.Dengan suara pelonya ana itu mengucapkan selamat pada Kezia yang sukses mendapat cubitan kecil di pipinya."Terima kasih Sayang, kamu memang anak yang baik.""Selamat ya Kak, semoga rumah tangga kalian menjadi rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warahmah! Semoga juga kalian cepat di berikan momongan.""Aamiin! Makasih ya Dek, semoga kamu cepat menemukan calon ayah untuk Reza."Uhuk!"Ya ampun kamu kenapa Mas?" tanya Kezia pada Satya yang tiba-tiba tersedak."Ah, nggak! Aku nggak apa-apa. Cuma itu tadi ada sedikit debu masuk ke dalam hidungku," ujar Satya memberi alasan."Oh, aku kira ada apa. Oh iya Mas, perkenalkan dia Kiara, adik kandungku. Kiara ini Mas Satya suami kakak. Sekarang kamu sudah tidak penasaran lagi bukan? Lihat! Tampan bukan suami Kakak ini?"Jangankan untuk tertawa, tersenyum pun rasanya sangat susah tapi Kiara paksakan agar Kezia merasa senang. Sebagai seorang adik mana mungkin dia menggerutu di hari pernikahan kakaknya."Aku Kiara!" ujarnya singkat sambil mengulurkan tangannya sesaat."Aku Satya, senang berkenalan denganmu, Adik ipar!""Kalau begitu aku turun dulu Kak, sekali lagi selamat buat kalian. Ayok Sayang kita turun sekarang."Anak kecil itu lepas dari genggaman tangan Kiara dan berlari menemui teman-temannya di tempat yang berbeda.*****Hari semakin sore dimana semua tamu undangan sudah pada pulang, kini tinggal keluarga mereka saja yang berkumpul, merasa bingung apa yang harus dilakukan sekarang maka Kiara memutuskan untuk ke dapur mengambilkan camilan untuk mereka sebagai teman mengobrol."Em, Sayang kamar mandi sebelah mana yah?" tanya Satya beralasan."Kamu masuk aja Mas, lalu belok ke kiri. Di sebelah dapur itu kamar mandi Mas."Maka Satya bangun dari duduknya menuju kamar mandi tetapi langkahnya berhenti saat melihat Kiara yang berada di dapur.Dia menoleh ke sana ke mari mencari aman memastikan kalau tidak ada yang melihat. Pelan-pelan dia menghampiri dan bersuara yang membuat Kiara terkejut."Jadi di sini rumahmu hah?" ujar Satya dari belakang."Astaga! Sedang apa kamu di sini?""Lalu siapa anak kecil itu? Kenapa dia memanggilmu dengan sebutan Ibu?""Bukan urusanmu!" jawab Kiara singkat sambil membawa penampan berisi minuman dan makanan ringan.Dia segera pergi dari hadapan Satya karena khawatir ada orang yang melihatnya sekaligus mencegah laki-laki itu kembali bertanya.Sikap Kiara yang cuek justru semakin membuat Satya penasaran apa yang di sembunyikan darinya. Tanda tanya besar masih seputar anak kecil yang memanggilnya dengan sebutan ibu itu."Kalau saja dia memang darah dagingku, berarti selama ini Kiara tidak menggugurkan kandungannya," gumam Satya dalam hati."Tara, lihat aku bawa apa untuk kalian.""Ah, kamu memang pengertian Dek! Kamu tau kalau kakak lagi haus," pekik Kezia sambil menyambar minuman yang Kiara bawa."Oh iya, kamu tadi lihat Mas Satya nggak? Kakak takut dia nggak lihat kamar mandinya?"Apa yang harus Kiara jawab, melihat dan laki-laki itu sempat menghampirinya, itu yang akan Kiara katakan, sepertinya tidak mungkin maka lebih baik dia memutuskan untuk mengatakan kalau."Tidak! Aku tidak melihatnya. Kebetulan tadi aku ke belakang mengambil camilan ini sisa tamu undangan.""Oh," jawab Kezia singkat.Kini Kiara dapat bernafas dengan lega karena kakaknya tak curiga.BERSAMBUNG."Aku nggak boleh terus begini! Aku nggak boleh tergantung dengan keluarga untuk membesarkan Reza. Aku harus mencari pekerjaan, aku yakin aku mampu untuk menghidupi anakku." gumam Kiara sambil membelai rambut putranya saat tertidur. Selama ini dia hanya mengandalkan belas kasih dari ayah, ibu dan Kezia tepi sekarang kakaknya itu sudah mempunyai kehidupan baru, mana mungkin Kiara terus membebankan kebutuhan putranya pada dia. "Iya besok pagi aku harus melamar pekerjaan apapun itu yang penting aku bisa mencukupi kebutuhan Reza." Kiara menghayal mendapatkan pekerjaan yang enak di kantoran sebagai staf atas sebagai sekertaris bos-nya nanti sampai matanya lelah dan akhirnya tertidur sampai pagi. "Selamat pagi semua, Sayang bilang selamat pagi semua." Reza memang selalu menuruti apa yang ibunya perintahkan, dia yang sudah terlihat tampan itu keluar dengan ibunya menghampiri keluarga yang sudah di depan meja makan. "Pagi Sayang! Loh Ra, kamu mau kemana? Kok kelihatannya rapi amat?" "Kam
"Semangat! Semoga hari ini aku di terima kerja."Merasa yakin kalau hari ini bakal di terima kerja Kiara kembali ke kantor yang kemaren lagi. Kantor dimana dia bertemu dengan laki-laki tak bertanggung jawab yang hampir saja menabraknya.Banyak calon staf yang datang lebih dulu untuk interview, bahkan Kiara datang di jam paling akhir 5 menit dari waktu yang sudah di tentukan.Satu persatu para calon staf mulai pak Bandi sang Manager panggil namanya, masuk ke dalam ruangan CEO sampai pada yang paling akhir Kiara Rosmalina. "Saya Pak!" ujarnya sambil mengacungkan jari telunjuknya."Silahkan Nona ikut dengan saya."Merasa namanya di panggil, dengan perasaan cemas Kiara bangun dari duduknya dan mengikuti instruksi dari pak Bandi seperti yang lainnya."Silahkan masuk Nona Kiara! Di dalam sana Pak Aland akan melakukan interview pada anda.""Terima kasih Pak.""Permisi Pak Aland, ini calon staf yang terakhir namanya Nona Kiara!" ucap pak Bandi mengenalkan Kiara pada atasannya."Em, permisi P
"Kamu mau pulang? Pulang denganku sekarang!""Nggak! Aku bisa pulang sendiri."Tetapi Satya sigap menarik tangan Kiara saat dia bergegas untuk pergi hingga tubuhnya spontan menabrak dengan dada bidangnya.Penolakan adik iparnya itu semakin membuat dia kesal, awalnya dia hanya ingin mengajak pulang dengan cara baik-baik tetapi Kiara justru menghindar.Merasa ada yang perlu dia tanyakan, maka Satya menyuruh Kiara masuk ke dalam mobilnya dengan sedikit kasar walau tentu ada penolakan darinya."Lepaskan aku! Sudah kubilang kalau aku bisa pulang sendiri!""Masuk ke mobil! Aku bilang masuk!""Sebenarnya apa sih maunya kamu? Aku nggak mengerti, kenapa kamu masih saja begini sama aku! Aku ini Adik iparmu!""Justru kamu Aduk iparku makanya aku menyuruhmu masuk baik-baik! Jadi sekarang masuk dan nurut dengan perintahku!"Dari pada berdebat di jalan raya seperti ini yang membuat semua pengguna jalan menoleh ke arahnya karena berisik maka Kiara menurut untuk masuk ke dalam mobil.Satya segera men
Anggukan kecil dari Kiara mewakili rasa sayangnya pada anak semata wayang dia, diraihlah tubuh mungil itu kedalam pelukannya dan di cium habis pucuk kepalanya.Sedang Kezia hanya tersenyum mengagumi betapa pintarnya anak itu, tak jarang dia mencubit pipinya yang sangat menggemaskan."Ya kamu tinggal bilang aja kalau kamu cuma punya Papah Satya, betul kan Mas?"Satya hanya mengangguk tanpa senyum sedikit pun serasa bingung untuk menjawab apa, dia tidak mengiyakan juga tidak menolaknya."Nggak! Udah bilang aja kalau Ayah kamu udah meninggal!" sarkas Kiara kesal."Kamu ini kenapa sih Dek? Jadi kamu nggak setuju dengan saran Kakak?"Saran dari Kezia ternyata membuat perdebatan antara dia dan Kiara, semula dia hanya ingin membuat keponakannya bersemangat saja ternyata ucapan itu salah dimata adiknya.Reza yang semula sudah mulai menegakkan tubuhnya bersemangat mendadak kembali menunduk mendengar pernyataan ibunya."Kak, aku cuma nggak mau Reza berharap banyak! Dia harus terima apa adanya, h
"Em, Sayang kamu baik-baik sama Oma dan Opa yah! Hari ini hari pertama Ibu kerja dan sepertinya Ibu sudah terlambat."Bahkan Kiara tidak sempat untuk sarapan lebih dulu, dia hanya menyambar susu putih yang sudah tersaji di atas meja dan segera pergi sambil menenteng tas kerjanya.Wanita yang kini memakai rok pendek selutut dengan atasan blush berjalan begitu cepat menyetop sebuah taksi yang lewat dan meminta si sopir agar mempercepat laju kendaraannya."Cepat Pak, saya sudah terlambat hari ini.""Baik Non."Taksi yang dia tumpangi malaju begitu kencang di atas rata-rata kecepatan sampai daun-daun kering bertebaran terkena hembusan anginnya.Hanya butuh waktu sekitar 10 menit taksi itu sampai dan Kiara segera turun, bahkan dia lupa untuk membayar kalau saja si sopir tak memanggilnya."Eh, Non Non! Bil-nya belum bayar Non!""Oh, iya maaf ini Pak, maaf saya buru-buru.""Eh, Non, Non!"Dia kembali memanggil tetapi Kiara tak memperdulikan panggilan itu, padahal si sopir berniat untuk memba
Prot!"Astaga! Kopi apa yang kamu buatkan ini! Kamu sengaja ingin mempermainkan aku hah?""Eh, nggak Pak, memangnya kenapa dengan kopinya Pak?"Se seruput kopi yang sudah masuk ke dalam mulut Aland semprotkan dengan sangat keras sampai membasahi meja kerjanya.Banyak barang yang terletak di atas meja ikut basah dan menjadi corak hitam setelah terkena semprotan itu.Salah satunya file penting yang akan di gunakan untuk meeting siang ini dengan pengusaha dari perusahaan lain.Perasaan Kiara semakin tak karuan melihat apa yang sudah terjadi, dia sadar kalau tindakan atasannya itu murni atas kesalahannya."Kenapa kamu masih tanya? Coba kamu minum dan rasakan sendiri bagaimana rasanya kopi itu. Minum cepat minum!"Tangan Kiara spontan meraih cangkir yang masih berdiri di atas meja saat suara Aland sudah mulai meninggi dengan tatapan yang sangat menakutkan.Sama seperti apa yang di lakukan oleh Aland, Kiara pun menyemprotkan kopi dari dalam mulutnya setelah mencicip dan merasakan sendiri ra
"Tunggu!"Semua orang spontan menoleh pada orang yang bersuara, terutama dengan Aland yang merasa heran karena tiba-tiba saja sekretarisnya ada datang ke tempat ini.Kedatangan Kiara sangat tepat waktu, kalau kurang dari satu menit saja, sudah bisa di pastikan Pak Firman sudah pasti menggagalkan kerja samanya.Aland memicingkan matanya sambil bertanya-tanya, dari mana sekretarisnya ini, kenapa di saat dia mencarinya di kantor Kiara tidak ada dan sekarang wanita ini ada di hadapannya.Bak seorang malaikat yang Tuhan turunkan untuk menolong dia di saat situasi sulit seperti ini."Tinggu Pak Firman tolong jangan batalkan dulu kerja sama ini, lihat saya sudah membawa proposal yang anda inginkan."Tindakan Kiara benar-benar suatu kejutan untuk Aland, di saat kliennya ini murai meragukan kemampuannya, dia datang membawa apa yang Aland butuhkan, akan tetapi itu tidak lantas membuat Aland menjadi puas dan mulai bersikap baik pada wanita itu.Rasa sakit hatinya kini masih melekat dan susah un
"Nona kamu mau kemana sore-sore seperti ini? Disini sudah tidak ada taksi yang lewat, lebih baik Nona ikut saya sekarang."Awalnya Kiara takut karena tidak mengenal orang tersebut, akan tetapi setelah dia melihat wajahnya dengan saksama, laki-laki itu terlihat bukan orang jahat. Sepertinya dia tulus untuk menolong Kiara agar bisa sampai di tempat tujuan."A-aku mau kembali ke kantor! Bos-ku pergi saja meninggalkan aku disini sendirian.""Ya Tuhan, kejam sekali Bos-mu itu Nona! Ya sudah mari masuk, biar saya antar sekarang."Mau tidak mau Kiara menurut untuk masuk ke dalam mobil itu. Sean segera menancap pedal gasnya berlalu pergi sebelum suasana semakin gelap.Di dalam mobil mereka merasa canggung karena belum mengenal satu sama lain, tapi entah mengapa Sean rasa kalau Kiara ini wanita baik-baik dan Kiara pun merasakan hal yang sama kalau Sean ini bukan laki-laki berandal yang suka mempermainkan seorang wanita."Em, nama kamu siapa? Eh maaf, maksud saya mungkin jika kita kenal satu sa