LOGINCathy kembali ke kamarnya dengan membawa nampan berisi bubur dan segelas teh hangat. Gadis itu masih tampak sangat cemas, padahal ia sudah sering merawat suaminya ketika sakit, namun gadis cantik itu selalu saja merasa sedih dan mengkhawatirkan Devan.
Cathy bahkan sering sekali mempelajari tentang penyakit Devan di internet, konsultasi dengan dokter dan bertanya-tanya pada teman-temannya di kampus yang mempunyai penyakit yang sama dengan suaminya. Cathy bahkan punya buku catatan tersendiri mengenai penyakit Devan, padahal Devan sendiri sepertinya sangat cuek dan tak pernah peduli dengan penyakitnya. Tapi istrinya yang malah sangat peduli dan benar-benar memperhatikan dirinya sampai seperti ini. Betapa beruntungnya Devan bisa memiliki gadis cantik yang begitu sangat mencintainya seperti Cathy. "Sayang! Kamu tidur apa pingsan? Jangan buat aku parno deh!" Ujar Cathy sambil meletakkan nampan yang ia bawa diatas laci. "Hm!" Devan langsung membuka kedua matanya, menyambut kedatangan istrinya yang selalu memakai gaun malam yang agak menerawang, membuat Devan selalu berdebar tak karuan namun selalu ia tahan-tahan setiap malam. "Udah agak mendingan atau masih sakit banget perutnya?" Tanya Cathy sembari menyentuh kening suaminya yang mulai terasa hangat, pasti tanda-tanda Devan akan demam. "Lumayan." Jawab Devan singkat. "Makan dulu abis itu minum obat ya!" "Hm." Angguk cowok itu. Cathy pun segera membantu suaminya untuk bersandar di kepala ranjang, lalu ia mulai menyuapi suaminya dengan bubur beras merah yang ia buat sendiri beberapa saat yang lalu. Cathy meniup bubur tersebut lalu menyuapkannya kepada Devan, hingga lima suapan namun Devan sudah tak mau memakannya lagi karena perutnya yang mual. "Untung obat kamu masih ada, tapi kayaknya yang cair harus mulai di ganti deh, besok biar aku suruh mang Diman beli di apotik. Kamu minum yang tablet aja ya!" "Kamu kan tau saya nggak bisa." Jawaban Devan langsung membuat Cathy menghela nafas berat, suaminya ini sudah besar tapi masih saja susah untuk minum obat berbentuk tablet, selama ini Devan selalu minum obat berbentuk cair, tapi masalahnya saat ini hanya ada obat berbentuk tablet. "Digerus ya!" Bujuk Cathy. "Nggak! Pahit." Devan menggeleng keras, digerus apalagi, rasanya yang pahit benar-benar membuat cowok itu malas untuk minum obat tablet. "Nggak bakalan pahit, inikan obat jenis antasida. Rasanya manis kayak permen mint gitu kok." "Enggak Cathy enggak!" "Hhh... Lha terus gimana dong? Ini nggak mau itu nggak mau, kan aku jadi bingung..." Keluh Cathy dengan nada sebal. Kalau sedang sakit, Devan selalu saja seperti anak kecil, benar-benar sangat bertolak belakang dengan Devan yang biasanya angkuh dan sok cool. Kalau begini jadinya tak ada cara lain lagi selain ciuman, memasukkan obat menggunakan lidahnya ke dalam mulut Devan akan lebih efektif bagi Cathy. "Buka mulutnya!" Titah Cathy. "Mau apa?" Devan tampak heran. "Buka aja pokoknya! Awas kalau ditutup." Ancam Cathy. Devan pun akhirnya menurut, ia membuka mulutnya, meskipun ia merasa bingung dengan apa yang akan dilakukan oleh sang istri. Cathypun langsung memasukkan obat dan teh ke dalam mulutnya, lalu setelah itu langsung saja ia bekap mulut suaminya dengan mulutnya membuat Devan langsung melotot karena ulah istrinya. Cathy memasukkan lidahnya ke dalam mulut Devan yang otomatis langsung membuat obat dan teh yang ada di mulut Cathy juga ikut masuk ke dalam mulut suaminya. Devan benar-benar terdiam mematung, mulutnya yang terkoyak-koyak seakan diperkosa oleh istrinya membuat cowok itu langsung memejamkan matanya. Setelah semuanya masuk kedalam mulutnya, Devanpun langsung menelannya dan hal itu benar-benar membuat Cathy merasa sangat lega luar biasa. "Hhh... Berhasil kan?" Gadis itu mendesah senang setelah melepaskan ciumannya, Cathy sendiri terlihat tampak biasa saja, namun kenapa wajah Devan tiba-tiba malah berubah menjadi semerah tomat. "Kamu mulai demam deh, tuh wajahnya sampai merah gini, aku kompres ya!" Cathy langsung menyentuh pipi suaminya untuk mengecek suhu tubuh Devan. Devanpun langsung memalingkan wajahnya, berada sedekat ini dengan wajah sang istri benar-benar membuat jantungnya berdebar tak karuan, Devan segera menepis perasaan itu jauh-jauh, ia tak boleh terpesona dengan wajah gadis blasteran Amerika itu. Bibir Cathy yang tebal dan seksi benar-benar mengganggu Devan, bibir yang sudah biasa mencium wajahnya dengan paksa itu entah kenapa saat ini sungguh terlihat menggairahkan. Cathypun kembali menyodorkan minuman ke mulut Devan, dan Devanpun segera meminumnya membuat perutnya langsung terasa hangat. "Ya udah kamu bobok gih! Terus aku kompres." "Iya." Cathypun segera membantu suaminya untuk berbaring, setelah Devan berbaring, gadis itu segera mengambil handuk yang sudah ia peras dari dalam baskom berisi air hangat. Cathy langsung meletakkan handuk tersebut diatas kening Devan. Lalu selanjutnya menyelimuti tubuh suaminya sampai sebatas perut. "Kamu bobok ya! Aku mau ngabisin bubur kamu nih!" Ujar Cathy membuat Devan langsung mendelik heran. "Buat apa? Kenapa nggak dibuang aja? Kamu bisa makan makanan baru, bukan makanan sisa." Protes Devan pada sang istri. "Nggak baik buang-buang makanan sayang... Di luaran sana masih banyak yang butuh makanan kayak gini... Kamu mana pernah lihat aku buang-buang makanan sih? Enggak kan? Bahkan aku udah sering makan makanan sisa kamu, kamunya aja yang nggak pernah tau." Jelas Cathy membuat Devan benar-benar tak percaya dan tak habis pikir, ia baru melihat sisi lain dari diri sang istri. Selama ini Devan selalu memandang negatif istrinya, mengatai istrinya manja, kekanakan, urakan, sombong bahkan kata-kata jelek lainnya. Tapi lihatlah Cathy sekarang! Devan bahkan tak pernah makan makanan sisa siapapun, tapi Cathy malah sebaliknya, gadis cantik yang merupakan anak Sultan itu bahkan tak jijik untuk memakan makanan sisa darinya. "Kamu nggak jijik?" Tanya Devan. "Kenapa aku harus jijik? Aku udah biasa makan makanan sisa milik papa, mama, milik kak Andre dan hal itu nggak masalah buat aku selama makanannya masih bisa dimakan. Dan sekarang aku makan makanan bekas suamiku sendiri, aku malah suka kok." Jelas Cathy membuat Devan benar-benar kagum, cowok tampan itu lantas tersenyum tipis, senyuman yang jarang sekali Cathy lihat bahkan hampir tak pernah. "Kamu senyum? Mimpi apa aku semalem?" Cathy tampak heboh, kebucinannya mulai kambuh, Devan yang terlihat sangat tampan ketika tersenyum membuatnya ingin sekali guling-guling seperti orang gila. Gadis itu merasa amat senang karena telah berhasil membuat suaminya tersenyum meskipun cuma sedikit. "Emang nggak boleh senyum?" Mulai lagi deh, sewotnya keluar. "Ya ampun sayang... Kan aku cuma heran aja, siapa bilang nggak boleh? Bahkan aku pengen lihat senyum kamu tiap hari, kamu tuh makin ganteng plus gemesin banget kalau lagi senyum. Tapi jangan senyum salain sama aku ya! Aku takut orang-orang pada jatuh cinta sama kamu, kamu tuh nggak cuma ganteng tapi juga cantik, nggak cowok nggak cewek semua pada suka sama kamu." Ungkap Cathy. "Tapi saya masih normal." "Hm? Normal gimana? Maksudnya suka sama cewek aja kan?" "Iyalah." Tegas Devan. "Masak? Tapi kok kamu nggak pernah ngasih aku jatah? Apa jangan-jangan kamu..." Cathypun langsung membekap mulutnya pura-pura terkejut. "Cath! Jangan berpikir macam-macam ya kamu!" Seru Devan dengan tatapan tajam. "Gimana nggak mikir macam-macam, kamunya aja selalu biasa aja tiap aku pakek pakaian seksi, aku bahkan udah hampir naked di depan kamu, tapi kamu juga tetep biasa aja. Jangan-jangan kamu emang ben-" "CATHY!" Sentak Devan dengan emosi yang sudah menggebu-gebu, membuat Cathy langsung terdiam mematung. "Kamu mau bukti?" Tanyanya. "Kamu bisa buktiin?" Tanya balik Cathy. "Kamu nantangin saya?" "Dasar pengecut!" Ujar Cathy dengan nada mengejek, Devan benar-benar tak terima dikatai pengecut, iapun segera bangkit dan langsung menarik tubuh istrinya yang langsung jatuh diatas tubuhnya. "Bisa kamu rasakan dia? Sejak tadi saya sudah menahannya setengah mati." Ungkap Devan membuat Cathy langsung menelan ludahnya berkali-kali. Cathy sungguh tak mengira jika milik suaminya kini sudah berdiri sempurna seakan memaksa keluar dari balik celana abu-abu yang Devan kenakan. "Te-terus?" Kini Cathy malah tergagap karena saking terkejutnya. "Tanggung jawab! Puaskan saya malam ini, jika saya tidak puas, kamu akan tau sendiri akibatnya." Ancam Devan membuat Cathy langsung mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali. Kapan lagi Cathy bisa mendapatkan kesempatan selangka ini? Gadis itu benar-benar senang luar biasa karena impiannya selama menikah dengan Devan akan segera terwujud.Devan menatap wajah kampusnya dengan penuh bangga, meski tak kuliah di luar negeri, namun ia cukup puas bisa kuliah di dalam negeri sendiri karena kualitas pendidikannya tak kalah bersaing dengan pendidikan luar negeri.Cowok itu hari ini sedang merayakan kelulusannya, ia menyelesaikan seluruh mata kuliahnya hanya dalam waktu tiga tahun dan akhirnya bisa lulus dengan predikat cumlaude. Banyak yang kagum dan bangga atas apa yang Devan raih saat ini, menjadi CEO di usia muda dan lulus kuliah lebih cepat karena otaknya yang jenius. Tak hanya keluarga, teman-temannya juga dibuat kagum atas prestasi yang ia torehkan di usianya yang masih menginjak dua puluh satu tahun."Sayang ayo!" Seru Cathy yang sudah menunggu di mobil sejak tadi. Kandungan cewek itu sudah hampir memasuki bulan ke sembilan, awalnya Devan melarangnya ikut ke kampus, namun karena ini adalah momen istimewa dan Cathy harus wajib datang untuk mendampingi suaminya. Perut Cathy semakin besar, jalannya juga sudah susah, apala
Cathy sudah keluar dari rumah sakit karena kondisinya sudah membaik, ketika mengetahui jika adiknya baru saja mengalami kecelakaan, Andreas buru-buru datang ke rumah sakit bersama dengan istrinya, dan kini ia juga turut untuk mengantarkan Cathy pulang ke rumah Devan.Setibanya di rumah, Cathy dibuat terkejut dan bahagia tak terkira karena disana ada kedua orangtuanya dan juga Anne yang tengah berkumpul untuk menyambut kepulangannya.Cewek itu bahkan sampai menangis haru karena terlalu bahagia melihat orang-orang yang ia rindukan tengah berkumpul di rumahnya."Mama khawatir banget sama kamu makanya mama sama papa langsung pulang ke Indonesia." Ujar Melany pada sang putri sembari memeluk tubuh Cathy dengan erat."Cucu papa baik-baik aja kan?" Tanya papa Cathy sembari mengusap perut sang putri."Baik pa, kita berdua baik-baik aja. Devan selalu jagain Cathy sama baby." Jelas Cathy membuat papanya langsung tersenyum lega dan menatap Devan dengan penuh terimakasih. Tak sia-sia ia menjodohka
Devan saat ini sudah sampai di rumah sakit, rasa cemas dan takut sudah menjadi satu sejak ia mendapatkan kabar buruk tentang istrinya tadi, cowok itu terus berlari menuju IGD hingga akhirnya sampai dan bertemu dengan Fany serta Delon disana."Cathy! Cathy gimana?" Tanya Devan dengan nada panik."Masih ditangani sama dokter, dia pendarahan hebat." Jawab Fany dengan nada bergetar, Devan pun semakin panik dibuatnya, demi Tuhan ia ingin sekali segera menemui istrinya."Gue bakalan selidikin orang yang udah nabrak bini Lo." Ujar Delon."Nabrak?" Tanya Devan tak mengerti."Iya, gue saksinya, itu bukan murni kecelakaan tapi itu disengaja, ada orang yang sengaja nabrak Cathy dan gue tadi sempet ngafalin nomor plat mobilnya." Jelas Fany.Wajah Devan pun langsung mengeras, aura hitam seketika langsung berkumpul disekelilingnya. Cowok itu langsung mengepalkan kedua tangannya, jika benar istrinya sengaja ditabrak oleh seseorang, maka ia bersumpah tak akan pernah memaafkan dan mengampuni orang itu
Kecewa, tentu saja, cewek mana yang tidak kecewa ketika ia tiba-tiba diabaikan seperti ini saat tengah menanyakan tentang perasaan kepada suaminya sendiri, bukannya langsung menjawab namun Devan malah langsung mematikan sambungan teleponnya begitu saja. Tentu saja Cathy merasa sangat sedih sekali, apalagi hormon kehamilannya selalu saja membuat ia menjadi cewek mellow yang sangat cengeng, sungguh bukan Cathy sekali. "Kamu denger sendiri bapak kamu kayak gimana? Bahkan dia nggak mau peduli sama perasaan mommy, dia cuma bertindak sesuai keinginannya aja, dia cuma sayang sama kamu. Dia perhatian selama ini cuma karena kamu doang, bukan karena mommy, puas kan kamu sekarang?" Cathy rasanya ingin sekali memukuli perutnya namun ia benar-benar tak sanggup melakukannya. Cewek itu sudah mulai sayang dengan calon bayinya, tapi juga terkadang merasa kesal jika Devan memperlakukannya seperti ini, akibatnya ia malah melampiaskannya pada calon bayi tak berdosa itu. "Mending ke salon aja ngajak Caro
Beberapa hari kemudian, Cathy akhirnya masuk kampus meskipun harus berdebat terlebih dahulu dengan Devan, entah kenapa, cowok itu merasakan firasat yang buruk tentang istrinya, akhir-akhir ini ia sering mimpi buruk, Devan sering bermimpi kehilangan calon buah hatinya karena terjadi sesuatu dengan istrinya, dan hal itu benar-benar membuatnya sangat gelisah."Baik-baik di kampus, kalau meeting ini nggak begitu penting sa-""Sayaaang... Kan kamu udah janji mau aku kamu, kamu tuh formal banget tauk orangnya, kayak kaku gitu... Padahal sama istri sendiri juga." Ujar Cathy dengan nada manja sambil mengalungkan kedua tangannya dileher sang suami, banyak para mahasiswa yang melihat adegan mereka berdua dan itu semua benar-benar membuat mereka iri."Iya... Maaf aku lupa." Devan mengusap kepala Cathy dengan gemas, lalu mencium kening istrinya itu dengan sayang. Cowok itu sudah tak malu lagi mengumbar kemesraan didepan umum, ia ingin menunjukkan pada semua orang jika Cathy adalah miliknya. "Aku
Setelah kepulangan para sahabatnya, Cathy terlihat begitu lesu. Setelah Delon menjelaskan segalanya tentang Alan kepadanya, cewek itu tampak terlihat murung dan merasa bersalah. Cathy masih tak percaya, Alan yang menurutnya baik dan perhatian bisa berbuat picik seperti itu padanya. Suaminya pasti sekarang sedang kesal padanya karena terus membela Alan, buktinya sampai sekarang Devan belum juga datang menghampirinya, padahal waktu sudah hampir menunjukkan pukul sebelas malam."Bapak kamu tuh kemana sih? Demen banget kalau cemburu kayak gitu, tapi anehnya sampai sekarang belum bilang cinta juga sama mommy, hmmhhh..." Cathy pun berjalan gontai menuju kamarnya untuk mencari sang suami, kali aja Devan ada disana, tapi sayangnya dugaannya salah, suaminya tak ada disana. Cathy pun akhirnya mulai mencari, mencari di ruang kerja tidak ada, di dapur tidak ada, di kolam renang juga tidak ada, akhirnya iapun mencari suaminya di rooftop. Cathy bahkan sampai berhenti sejenak ketika menaiki tangga







