Devan Sebastian Abimana, dia adalah suami Cathy, pria tampan berwajah malaikat blasteran Indonesia-Korea Selatan. Mereka berdua sudah dijodohkan sejak kecil dan Cathy juga sudah mencintainya sejak masih kecil. Tapi Devan tak menyukainya, dia lebih suka dengan wanita lemah lembut ketimbang wanita agresif seperti Cathy. Devan adalah pria sempurna yang dipuja banyak wanita, ketampanannya tak diragukan lagi, dia adalah bintang dan pangeran kampus idaman para wanita. Devan menikah dengan Cathy atas dasar perjodohan kedua orangtua mereka. Cathy selalu menempel pada Devan seperti perangko, namun Devan selalu merasa risih ketika didekat Cathy karena keagresifan istrinya itu. Akankah Cathy mampu membuat Devan mencintainya? Ataukah Cathy harus menyerah karena tak tahan menghadapi pangeran es seperti Devan?Kita lihat saja nanti!
View MoreChaterina Arabella, gadis seksi dan penuh sensasi yang merupakan ratu kampus dari salah satu Universitas unggulan di Jakarta. Cathy begitu biasa ia disapa, merupakan istri sah dari Devan Sebastian Abimana, pria tampan berdarah Korea yang merupakan bintang kampus dan kapten basket yang mempunyai puluhan ribu fans dimana-mana.
Sudah bukan menjadi rahasia lagi jika Devan adalah suami dari Cathy, mahasiswi jurusan Sosiologi yang popularitasnya begitu tinggi di Universitas Indonesia. Namun hubungan mereka berdua tak seperti hubungan suami istri pada umumnya, Devan yang kelewat dingin dan cuek seperti beruang kutub sedangkan Cathy yang enerjik serta agresif seperti kucing liar. Cathy begitu mencintai suaminya, namun Devan selalu memandang istrinya sebelah mata. Pernikahan mereka terjadi karena atas dasar perjodohan bukan karena saling cinta. Devan yang masih ingin fokus pada pendidikan dan karirnya sebagai CEO menggantikan almarhum ayahnya harus rela menikah muda dengan wanita yang tak pernah ia cintai. Meskipun banyak pria yang menginginkan Cathy, tapi tidak dengan Devan, karena wanita manja dan sok kecantikan seperti Cathy bukanlah tipe istri yang Devan idam-idamkan. *** "Laki Lo tuh! Seksi banget kalau lagi keringetan." Ujar Tiffany, sahabat Cathy yang saat ini tengah menemani Cathy melihat suaminya latihan basket. "Nggak usah lebay! Lo udah punya Delon, nggak usah muji-muji laki gue." Ujar Cathy dengan nada ketus. "Iya beb iya..." "Gue mau nyamperin Devan dulu, kesel gue lihat dia digelandotin si Tasya mulu, udah tau Devan laki gue, tapi dia nggak pernah mau sadar diri." Gerutu Cathy dengan wajah juteknya. "Cewek sok lugu itu jaman sekarang lebih sadis dari pada cewek blak-blakan. Lo kudu musti waspada." Ujar Fany. "Lagian Devan nggak mungkin naksir sama tuh cupu, dia bukan tandingan gue, cewek jelek kayak dia itu lebih pantes sama si Darmono, bukan cowok sekelas laki gue." "Aje gile Darmono cowok nerd blasteran jawa-afrika yang suka ngejar-ngejar Lo itu? Wkwkwkwkwk..." "Diem Lo Tuti! Udah ah! Gue mau ajak suami kesayangan gue makan, gue udah masak spesial, udah susah-susah gue belajar sama chef Juno cuma buat nyenengin perut laki gue." "Gila! Chef Juno yang terkenal itu? Gue juga mau dong kapan-kapan ikutan belajar sama Lo, gue juga pengen pinter masak supaya Delon nggak makan di warung mulu." "Hm! Nanti gue kabarin, udah ah! Nyerocos mulu gue bareng Lo." "Emang dasarnya Lo aja yang bawel bego! Lakinya kayak es bininya kayak kaset rusak, berisik banget." Gumam Fany sembari tertawa ringan melihat kepergian Cathy menuju kearah suaminya. *** "Tasya! Pergi nggak Lo! Nggak usah pegang-pegang tubuh Devan! Gue udah bilang berapa kali sih sama Lo?" Seru Cathy pada Tasya yang segera melepaskan tangannya dari tubuh Devan. Tasya langsung menunduk karena bentakan Cathy, sedangkan Devan hanya diam saja sambil menggelengkan kepalanya. "Ngapain Lo masih disini? Pergi sana!" "Ma-maaf kak..." Ungkap Tasya dengan takut-takut. Karena saking ngefansnya pada Devan, Tasya sampai tak mempedulikan status Cathy sebagai istri Devan. Tasya terlalu mencintai dan menggilai Devan, ia ingin selalu berada di dekat pria tampan bak malaikat itu. Tasyapun akhirnya pergi meninggalkan lapangan basket. Sedangkan beberapa teman Devan sepertinya sudah biasa melihat kelakuan Cathy si ratu kampus, mereka hanya bisa tertawa geli sembari menatap kepergian Tasya dengan tatapan kasihan. "Aku nggak suka ada cewek lain sentuh-sentuh kamu, kamu jangan diem aja!" Ujar Cathy pada Devan, sedangkan Devan hanya menghendikkan bahunya. "Dia maksa dan dia bilang cuma sekali. Ya udah." Jawab Devan cuek. Lalu iapun beranjak meninggalkan Cathy yang terus mengejarnya. "Sayang aku udah masakin kamu tadi, kamu makan ya! Sekarang udah pukul sebelas sebentar lagi makan siang, tadi kamu cuma sarapan roti sama susu, kamu habis latihan pasti butuh energi." Ujar Cathy seraya terus berjalan mengejar Devan. "Hm!" Devan hanya mengangguk karena ia memang sedang kelaparan, entah seperti apa masakan Cathy nanti ia tak peduli, yang penting bisa dimakan, bukan masalah baginya. Cathypun tersenyum bahagia, Devan selalu begini, seolah cuek dan tak peduli padanya tapi aslinya Devan selalu peduli, yah meskipun belum cinta. "Enak banget si bos punya bini kayak Cathy." Gerutu para teman-teman tim Devan. "Udah cantik, seksi, perhatian bisa masak lagi, ngiri banget gue." "Kalau gue jadi si bos, gue bakalan cinta sama Cathy dan akan selalu bahagiain dia selamanya. Cewek sempurna kayak dia, mana mungkin gue sia-siain." "Ntar juga sadar diri si bos kalau Cathy nyerah terus pergi ninggalin dia, cinta sepihak itu sakitnya minta ampun dan nggak semua orang bisa bertahan sampai akhir." "Ya semoga aja si bos nyadar." *** Saat ini Devan dan Cathy sedang berada di kantin, jika mereka sedang terlihat berdua pasti akan banyak mahasiswa yang menyorakinya tapi pasangan itu tak pernah mempedulikannya. "Udah minum vitamin kamu belum?" Tanya Cathy seraya mempersiapkan bekal yang ia bawa. "Lupa." Jawab Devan singkat. "Ck, kebiasaan." Decak Cathy dengan sedikit kesal, Devan selalu saja melupakan segalanya jika tidak ada Cathy yang selalu mengingatkannya. Bisa dibilang jika Devan begitu bergantung pada Cathy, tapi Devan tak pernah menyadari akan hal itu. "Makan dulu! Aku udah susah-susah belajar masak bareng chef Juno, pasti masakan aku kali ini nggak mengecewakan. Kamu makan ya sayang! Abis itu minum vitamin biar tambah kuat." Cathypun menyodorkan hasil masakannya kepada Devan, Devan menatap masakan tersebut dengan penuh nafsu. Kali ini masakan Cathy semakin ada kemajuan jika dilihat dari tampilannya. Devan pun mulai memakan masakan Cathy, dan rasanya memang tak buruk, sejauh ini hasilnya semakin enak. "Enak." Puji Devan dengan terang-terangan, Cathy yang mendengarnya benar-benar merasa sangat senang. Senyumnya begitu lebar dan terlihat sangat puas. "Are you sure?" "Hm." Angguk Devan dengan senyuman tipis, senyuman yang membuat Cathy semakin berbunga-bunga. Hal kecil seperti ini saja sudah membuat Cathy begitu bahagia, apalagi jika Devan benar-benar membalas cintanya, mungkin Cathy akan sampai pingsan karena saking bahagianya. Meskipun selama ini Devan sering ketus dan menganggap jika hubungan mereka berdua tak pernah berarti baginya, tapi Cathy akan terus berjuang dan berusaha untuk membuat Devan mencintainya. Mengagungkan namanya dan memperlakukan Cathy layaknya seorang istri seperti yang selama ini Cathy impi-impikan.Hampir siang hari, Cathy baru saja sadar dari pingsannya, cewek itu langsung terkejut dengan posisinya saat ini. Ini bukan rumahnya, ini adalah rumah sakit. Cathy pun langsung berusaha untuk mengingat kejadian sebelum ia tak sadarkan diri, dan setelah ia mengingatnya, cewek itu malah celingukan mencari-cari seseorang, kira-kira siapa yang sudah membawanya kesini, apakah suaminya? Atau siapa?"Duh Gusti... Syukur deh non udah sadar." Seru bi Sani yang baru saja keluar dari toilet."Bi!" Panggil Cathy. "Bibi kok...""Iya, tadi non Cathy pingsan, terus Aden langsung bawa non ke sini." Jelas bi Sani."Devan? Terus dia dimana sekarang?" Tanya Cathy."Lagi ngurus administrasi non dari tadi tapi kok belum balik-balik." Ujar bi Sani dengan nada cemas.Beberapa saat kemudian, Devan akhirnya kembali dengan membawa paper bag, cowok itupun langsung menatap Cathy dengan perasaan lega.Cathy sendiri turut menatap wajah suaminya, ada gurat lelah dan pucat yang menghiasi wajah tampannya, membuat Cath
Sekitar pukul empat subuh, Devan kembali dibuat panik dengan kondisi istrinya yang semakin mengkhawatirkan, bagaimana tidak, ketika ia tengah tidur, tiba-tiba saja Devan terbangun karena mendengar suara muntahan sang istri dari dalam toilet, sontak cowok itupun segera berlari menuju toilet untuk melihat kondisi istrinya. Dan disana Cathy bahkan sudah hampir tak sadarkan diri, tubuhnya sangat lemas dan bibirnya juga sangatlah pucat. Tanpa menunggu lama lagi, Devan pun segera membawa istrinya ke rumah sakit, cowok itu langsung berteriak-teriak memanggil bi Sani dan mang Diman supaya mengantarkannya ke rumah sakit."Ya ampun den... Non Cathy kenapa lagi? Kok jadi makin parah begini?" Tanya bi Sani dengan nada panik."Saya juga nggak ngerti bi. Mang Diman siapin mobil ke rumah sakit, Bi Sani tolong ikut saya!" Titah Devan pada kedua pembantunya."Baik den!" Jawab mereka kompak.Merekapun segera membawa Cathy ke rumah sakit, dan sesampainya disana, Devan segera membawa istrinya ke IGD. Sa
Devan terus merenungkan semua ucapan Cathy, cowok itu terus berusaha bertanya kepada hatinya tentang apa yang sebenarnya ia inginkan. Selama sebulan ini bahkan ia begitu merasa berat menjalani kehidupan tanpa perhatian istrinya, lantas bagaimana nanti jika Cathy benar-benar pergi meninggalkannya? Sanggupkah Devan menjalani hari-hari tanpa sang istri? Bisakah Devan melewatinya setelah hampir setahun ini ia hidup bersama dengan cewek yang ia anggap manja itu. Padahal jika dipikir-pikir, anggapannya itu salah besar.Devanpun segera beranjak menuju kamar sang istri, tanpa harus menunggu lama lagi cowok itu benar-benar harus segera menyelesaikan masalahnya dengan Cathy."Cathy! Tolong buka pintunya!" Devan terus menggedor-gedor pintu kamar istrinya berharap istrinya segera membukakan pintu untuknya. "Saya mau bicara sama kamu! Cathy!" Devan terus berusaha membujuk istrinya keluar namun kenapa tak ada sahutan sama sekali, apa Cathy benar-benar marah dan sudah tak peduli lagi padanya? Apa is
Musim basket league sudah hampir dekat, kira-kira kurang sebulan lagi tim basket Devan akan melakukan pertandingan basket antar kampus yang diselenggarakan setiap setahun sekali itu. Jadwal latihan Devan pun semakin padat, dan cowok tampan itu harus pandai-pandai untuk membagi waktu antara kantor dan juga kampus. Selama hampir sebulan ini, cowok itu terus bertahan hidup tanpa perhatian sang istri yang sampai saat ini masih betah untuk melakukan gencatan senjata dengannya. Devan terus berusaha untuk bertahan dengan segala keegoisannya meskipun rasanya sangat-sangat berat ia lakukan, cowok itu terlalu banyak gengsi, terlalu sok konsisten dengan pendiriannya padahal hatinya terus meronta dan menyebutkan nama Cathy. Devan mungkin bisa terus menyangkal, namun sekuat apapun ia melakukannya, tetap saja Devan tak akan pernah bisa untuk membohongi perasaannya.Ia selalu merasa sesak, merasa hampa, merasa sakit yang teramat sangat ketika melihat istrinya lebih akrab bersama cowok lain selain
Cathy mencoba bertahan selama seminggu ini untuk bisa hidup tanpa sang suami, apalagi suaminya juga tampak tak peduli bahkan semakin dingin memperlakukannya membuat Cathy semakin benci dan kecewa dengan sikap Devan. Apalagi selama di kampus, Cathy malah sering melihat sang suami bersama dengan Tasya, membuat Cathy semakin cemburu, semakin sakit hati dan kesal dengan ulah Devan. Cewek cantik itu sudah lelah menangisi suaminya yang sering sekali menyakiti hatinya."Ini nasi goreng seafoodnya silahkan menikmati." Alan meletakkan sepiring nasi goreng seafood di depan Cathy yang tampak tersenyum padanya. Alanpun membalas senyuman itu dengan manis dan penuh makna namun meski begitu, tak ada niatan terselubung sedikitpun dibalik senyum manisnya karena meski ia menyukai Cathy, tapi ia masih tau batasannya, ia tahu jika Cathy sudah menikah, dan ia tak mau merebut istri dari seorang Devan. Cukup menyukai dalam diam saja dan hal itu tak masalah sekali bagi Alan."Makasih ya! Aku mau susu coklat
Cathy pulang ke rumah dengan perasaan hancur, bagaimana tidak hancur, selama ini sang suami tak pernah banyak bicara namun sekalinya bicara kata-kata nya sungguh menyakitkan dan tak bisa ia maafkan. Cathy rasanya sudah lelah dengan pernikahan semunya ini, memang mau dibawa kemana rumah tangganya jika hanya dirinya saja yang menginginkan pernikahan ini sedangkan suaminya tidak sama sekali.Cathy harusnya tak terlena dan terbawa perasaan, Devan baik kemarin-kemarin memang hanya untuk membalas dendam dan ada maunya saja bukan karena mencintainya. Lagi pula mana mungkin suaminya itu bisa mencintai dirinya, selama ini bahkan Devan begitu sangat membenci dirinya."Ya ampun non! Non kenapa kacau begini? Ayo masuk non! Bibi buatin minuman segar buat non." Ajak bi Sani pada sang majikan, Cathy hanya menurut saja karena dirinya terlalu sedih dan benar-benar sangat kacau.Cathypun langsung membasuh mukanya di wastafel, lalu segera duduk di kursi makan, dan setelah itu bi Sani datang membawakann
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments