ログインCathy saat ini berada di klinik kampus bersama dengan Devan. Tadi ketika Alan akan membawa Cathy ke klinik kampus, namun tiba-tiba saja Devan langsung datang dan mengangkat tubuh istrinya membuat para penghuni kantin langsung histeris, pria tampan itu bahkan menatap Alan dengan tatapan membunuh seolah mengatakan jangan pernah berani-berani untuk menyentuh istrinya.
Alanpun sempat ingin bertanggung jawab untuk mengantarkan Cathy ke klinik namun sayangnya Devan langsung mencegah dengan tegas niat baik Alan tersebut, membuat Alan akhirnya hanya bisa mengalah karena Devan menegaskan pada Alan jika pria berwajah cantik itu adalah suami dari Cathy. "Beb... Lo nggak kenapa-kenapa kan? Jangan nangis terus dong beb, Lo bikin gue panik tau." Ujar Fany yang sejak tadi terus menemani Cathy, sedangkan Devan kini masih berbicara dengan dokter yang tadi sempat memeriksa sang istri. "Hhh... Gue nggak apa-apa, Lo tenang aja." Cathy membersihkan linangan airmatanya, menarik nafasnya dalam-dalam untuk menenangkan hatinya yang masih sangat panas karena terbakar api cemburu. "Fan! Kamu bisa tinggalin kami berdua sebentar?" Ujar Devan yang tiba-tiba saja datang menghampiri Fany dan Cathy. "Ah oh... Iya-iya gue bakalan tinggalin kalian berdua. Beb Lo baik-baik ya! Kalau besok masih sakit mending nggak usah ngampus dulu, Lo istirahat aja di rumah sampai luka Lo sembuh." Tutur Fany pada Cathy. "Hm, gue nggak apa-apa kok, cuma luka biasa aja." 'Kulitnya merah banget kayak gitu dia bilang luka biasa?' gumam Devan dalam hati dengan tatapan kesal, kesal sekaligus masih sangat cemburu karena istrinya menangis di pelukan pria lain. "Ya udah kalau gitu gue tinggal dulu ya!" Pamit Fany. "Hm." Dan hanya dibalas anggukan oleh Cathy. Setelah kepergian Tiffany, kini hanya tinggal Devan dan Cathy berdua disana. Sejak tadi Cathy terus membuang muka, sedangkan Devan terus menatap wajah istrinya dengan tatapan tak habis pikir. "Ayo pulang!" Ujar Devan seraya menarik tangan sang istri, namun Cathy masih tetap diam tak merespon. Ia bahkan langsung menepis tangan suaminya dengan kasar. "Cathy... Jangan buat kesabaran saya habis." Seru Devan dengan nada penuh ancaman. "Kalau mau pulang, Lo pulang aja sendiri! Lagian gue bawa mobil Carol, gue akan pulang ke rumah Carol." Seru Cathy dengan suara yang cukup tinggi. Gadis itu sungguh muak dan kesal melihat wajah sok polos suaminya ini. "Saya tau kamu sedang marah, tapi saya mohon... Jangan pernah libatkan orang lain dalam urusan rumah tangga kita. Kita berdua sudah sama-sama dewasa, jadi saya harap kamu jangan bersikap kayak anak kecil lagi." Pinta Devan dengan penuh permohonan. Namun karena dikatai seperti anak kecil, Cathy pun jadi semakin berang dan kesal dengan suaminya. "Terus kalau gue emang childish lantas Lo mau apa? Dasar laki nggak tau di untung, sok-sokan ngatain gue childish tapi Lo selalu butuh sama bantuan gue, bahkan Lo selalu bergantung sama gue tapi Lo nggak pernah sadar diri. Sok-sokan nganggep pernikahan kita nggak berarti apa-apa buat Lo tapi kalau nggak ada gue Lo sendiri yang kelabakan kan? Sok-sokan nggak suka sama Tasya, tapi sendirinya malah makan masakan tuh cewek ganjen. Kalau Lo emang bosen hidup sama gue, cerein aja gue sekarang terus Lo nikah sama si Tasya biar Lo bisa bahagia." Jelas Cathy dengan emosi yang sudah tak dapat ia kontrol lagi. Devanpun hanya bisa diam karena seluruh ucapan sang istri memang ada benarnya, namun kalimat terakhirnya sungguh tak bisa Devan benarkan. "Cath! Mau kemana kamu?" Tanya Devan ketika Cathy akan kabur darinya. "Mau pergi, gue muak lihat muka Lo." Jawab Cathy. "Kamu pulang sama saya!" Secepat mungkin Devan pun segera menyambar tubuh sang istri, Devan mengangkat tubuh sintal itu layaknya karung beras, membuat Cathy memberontak dan memukuli punggung suaminya dengan keras namun Devan tak menghiraukannya sama sekali. "Turunin gue brengsek!" Seru Cathy dengan nada kesal. Aksi keduanya itu bahkan menjadi tontonan bagi para mahasiswa lainnya. "Diam!" Seru Devan tak kalah kesalnya. Setelah tiba di parkiran, Devan pun langsung memasukkan tubuh istrinya ke dalam mobil, lalu ia pun turut masuk ke dalam mobilnya dan melakukannya dengan kecepatan tinggi. *** Setibanya di rumah, Devan menyuruh istrinya untuk segera turun, namun Cathy tetap tidak mau, akhirnya Devan pun kembali mengangkat tubuh Cathy dan membawanya ke ruang tengah. Disana Devan langsung menuju dapur untuk mengambilkan air putih untuk sang istri. "Luka kamu cukup serius, kata dokter itu luka bakar tingkat satu, untung nggak sampai melepuh, tapi pasti sakit dan perih banget. Kamu minum dulu obatnya abis itu langsung istirahat." Ujar Devan dengan nada cemas namun Cathy masih tetap diam membuat pria itu benar-benar geram. "Cathy!" Seru Devan dengan tatapan penuh intimidasi. "Hm." Dan benar saja, Cathy langsung meminum air dan obat yang diberikan oleh suaminya. "Lain kali jangan main kabur-kaburan lagi. Jangan suka nyusahin dan ngerepotin orang lain kamu sudah besar." Tutur Devan membuat Cathy merasa makin kesal. "Besok perbannya jangan dibuka sendiri, biar saya yang buka. Dan asal kamu tau, saya memang nggak pernah suka sama Tasya, saya tadi makan makanan milik Delon, kakaknya baru aja buka restoran. Itupun nggak jadi saya makan karena melihat kamu pelukan sama cowok lain." Setelah mengatakan hal itu, Devanpun kemudian segera beranjak menuju kamarnya, ditengah jalan, cowok tampan itu sempat menghela nafas beberapa kali untuk menahan rasa sakit yang mulai menyerang perutnya. Sejak tadi Devan terus berusaha untuk menahan sakit diperutnya karena tak ingin Cathy khawatir, bayangkan saja sejak kemarin sore ia tak makan sama sekali, giliran mau makan tadi malah nggak jadi, tentu saja sekarang maagnya langsung kambuh. Devan bahkan sampai gemetaran menahan perih dan mual yang ia rasakan. Sementara Cathy kini masih terdiam mematung, mencerna setiap ucapan suaminya yang benar-benar membuatnya salah paham. Cathy bahkan merasa terkejut, karena Devan tak pernah berbicara sampai sepanjang ini, pria itu bahkan selalu malas untuk menjelaskan sesuatu. Tapi kenapa hari ini Devan tampak sangat berbeda setelah melihat dirinya berpelukan dengan Alan. Apakah suaminya itu cemburu? "Au ah! Pusing gue." Keluh Cathy seraya membaringkan tubuhnya di sofa, lalu memejamkan kedua matanya supaya ia bisa tidur dan beristirahat.Devan menatap wajah kampusnya dengan penuh bangga, meski tak kuliah di luar negeri, namun ia cukup puas bisa kuliah di dalam negeri sendiri karena kualitas pendidikannya tak kalah bersaing dengan pendidikan luar negeri.Cowok itu hari ini sedang merayakan kelulusannya, ia menyelesaikan seluruh mata kuliahnya hanya dalam waktu tiga tahun dan akhirnya bisa lulus dengan predikat cumlaude. Banyak yang kagum dan bangga atas apa yang Devan raih saat ini, menjadi CEO di usia muda dan lulus kuliah lebih cepat karena otaknya yang jenius. Tak hanya keluarga, teman-temannya juga dibuat kagum atas prestasi yang ia torehkan di usianya yang masih menginjak dua puluh satu tahun."Sayang ayo!" Seru Cathy yang sudah menunggu di mobil sejak tadi. Kandungan cewek itu sudah hampir memasuki bulan ke sembilan, awalnya Devan melarangnya ikut ke kampus, namun karena ini adalah momen istimewa dan Cathy harus wajib datang untuk mendampingi suaminya. Perut Cathy semakin besar, jalannya juga sudah susah, apala
Cathy sudah keluar dari rumah sakit karena kondisinya sudah membaik, ketika mengetahui jika adiknya baru saja mengalami kecelakaan, Andreas buru-buru datang ke rumah sakit bersama dengan istrinya, dan kini ia juga turut untuk mengantarkan Cathy pulang ke rumah Devan.Setibanya di rumah, Cathy dibuat terkejut dan bahagia tak terkira karena disana ada kedua orangtuanya dan juga Anne yang tengah berkumpul untuk menyambut kepulangannya.Cewek itu bahkan sampai menangis haru karena terlalu bahagia melihat orang-orang yang ia rindukan tengah berkumpul di rumahnya."Mama khawatir banget sama kamu makanya mama sama papa langsung pulang ke Indonesia." Ujar Melany pada sang putri sembari memeluk tubuh Cathy dengan erat."Cucu papa baik-baik aja kan?" Tanya papa Cathy sembari mengusap perut sang putri."Baik pa, kita berdua baik-baik aja. Devan selalu jagain Cathy sama baby." Jelas Cathy membuat papanya langsung tersenyum lega dan menatap Devan dengan penuh terimakasih. Tak sia-sia ia menjodohka
Devan saat ini sudah sampai di rumah sakit, rasa cemas dan takut sudah menjadi satu sejak ia mendapatkan kabar buruk tentang istrinya tadi, cowok itu terus berlari menuju IGD hingga akhirnya sampai dan bertemu dengan Fany serta Delon disana."Cathy! Cathy gimana?" Tanya Devan dengan nada panik."Masih ditangani sama dokter, dia pendarahan hebat." Jawab Fany dengan nada bergetar, Devan pun semakin panik dibuatnya, demi Tuhan ia ingin sekali segera menemui istrinya."Gue bakalan selidikin orang yang udah nabrak bini Lo." Ujar Delon."Nabrak?" Tanya Devan tak mengerti."Iya, gue saksinya, itu bukan murni kecelakaan tapi itu disengaja, ada orang yang sengaja nabrak Cathy dan gue tadi sempet ngafalin nomor plat mobilnya." Jelas Fany.Wajah Devan pun langsung mengeras, aura hitam seketika langsung berkumpul disekelilingnya. Cowok itu langsung mengepalkan kedua tangannya, jika benar istrinya sengaja ditabrak oleh seseorang, maka ia bersumpah tak akan pernah memaafkan dan mengampuni orang itu
Kecewa, tentu saja, cewek mana yang tidak kecewa ketika ia tiba-tiba diabaikan seperti ini saat tengah menanyakan tentang perasaan kepada suaminya sendiri, bukannya langsung menjawab namun Devan malah langsung mematikan sambungan teleponnya begitu saja. Tentu saja Cathy merasa sangat sedih sekali, apalagi hormon kehamilannya selalu saja membuat ia menjadi cewek mellow yang sangat cengeng, sungguh bukan Cathy sekali. "Kamu denger sendiri bapak kamu kayak gimana? Bahkan dia nggak mau peduli sama perasaan mommy, dia cuma bertindak sesuai keinginannya aja, dia cuma sayang sama kamu. Dia perhatian selama ini cuma karena kamu doang, bukan karena mommy, puas kan kamu sekarang?" Cathy rasanya ingin sekali memukuli perutnya namun ia benar-benar tak sanggup melakukannya. Cewek itu sudah mulai sayang dengan calon bayinya, tapi juga terkadang merasa kesal jika Devan memperlakukannya seperti ini, akibatnya ia malah melampiaskannya pada calon bayi tak berdosa itu. "Mending ke salon aja ngajak Caro
Beberapa hari kemudian, Cathy akhirnya masuk kampus meskipun harus berdebat terlebih dahulu dengan Devan, entah kenapa, cowok itu merasakan firasat yang buruk tentang istrinya, akhir-akhir ini ia sering mimpi buruk, Devan sering bermimpi kehilangan calon buah hatinya karena terjadi sesuatu dengan istrinya, dan hal itu benar-benar membuatnya sangat gelisah."Baik-baik di kampus, kalau meeting ini nggak begitu penting sa-""Sayaaang... Kan kamu udah janji mau aku kamu, kamu tuh formal banget tauk orangnya, kayak kaku gitu... Padahal sama istri sendiri juga." Ujar Cathy dengan nada manja sambil mengalungkan kedua tangannya dileher sang suami, banyak para mahasiswa yang melihat adegan mereka berdua dan itu semua benar-benar membuat mereka iri."Iya... Maaf aku lupa." Devan mengusap kepala Cathy dengan gemas, lalu mencium kening istrinya itu dengan sayang. Cowok itu sudah tak malu lagi mengumbar kemesraan didepan umum, ia ingin menunjukkan pada semua orang jika Cathy adalah miliknya. "Aku
Setelah kepulangan para sahabatnya, Cathy terlihat begitu lesu. Setelah Delon menjelaskan segalanya tentang Alan kepadanya, cewek itu tampak terlihat murung dan merasa bersalah. Cathy masih tak percaya, Alan yang menurutnya baik dan perhatian bisa berbuat picik seperti itu padanya. Suaminya pasti sekarang sedang kesal padanya karena terus membela Alan, buktinya sampai sekarang Devan belum juga datang menghampirinya, padahal waktu sudah hampir menunjukkan pukul sebelas malam."Bapak kamu tuh kemana sih? Demen banget kalau cemburu kayak gitu, tapi anehnya sampai sekarang belum bilang cinta juga sama mommy, hmmhhh..." Cathy pun berjalan gontai menuju kamarnya untuk mencari sang suami, kali aja Devan ada disana, tapi sayangnya dugaannya salah, suaminya tak ada disana. Cathy pun akhirnya mulai mencari, mencari di ruang kerja tidak ada, di dapur tidak ada, di kolam renang juga tidak ada, akhirnya iapun mencari suaminya di rooftop. Cathy bahkan sampai berhenti sejenak ketika menaiki tangga







