Share

Tsundere

Penulis: roxxi94
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-05 23:10:08

Cathy saat ini berada di klinik kampus bersama dengan Devan. Tadi ketika Alan akan membawa Cathy ke klinik kampus, namun tiba-tiba saja Devan langsung datang dan mengangkat tubuh istrinya membuat para penghuni kantin langsung histeris, pria tampan itu bahkan menatap Alan dengan tatapan membunuh seolah mengatakan jangan pernah berani-berani untuk menyentuh istrinya.

Alanpun sempat ingin bertanggung jawab untuk mengantarkan Cathy ke klinik namun sayangnya Devan langsung mencegah dengan tegas niat baik Alan tersebut, membuat Alan akhirnya hanya bisa mengalah karena Devan menegaskan pada Alan jika pria berwajah cantik itu adalah suami dari Cathy.

"Beb... Lo nggak kenapa-kenapa kan? Jangan nangis terus dong beb, Lo bikin gue panik tau." Ujar Fany yang sejak tadi terus menemani Cathy, sedangkan Devan kini masih berbicara dengan dokter yang tadi sempat memeriksa sang istri.

"Hhh... Gue nggak apa-apa, Lo tenang aja." Cathy membersihkan linangan airmatanya, menarik nafasnya dalam-dalam untuk menenangkan hatinya yang masih sangat panas karena terbakar api cemburu.

"Fan! Kamu bisa tinggalin kami berdua sebentar?" Ujar Devan yang tiba-tiba saja datang menghampiri Fany dan Cathy.

"Ah oh... Iya-iya gue bakalan tinggalin kalian berdua. Beb Lo baik-baik ya! Kalau besok masih sakit mending nggak usah ngampus dulu, Lo istirahat aja di rumah sampai luka Lo sembuh." Tutur Fany pada Cathy.

"Hm, gue nggak apa-apa kok, cuma luka biasa aja."

'Kulitnya merah banget kayak gitu dia bilang luka biasa?' gumam Devan dalam hati dengan tatapan kesal, kesal sekaligus masih sangat cemburu karena istrinya menangis di pelukan pria lain.

"Ya udah kalau gitu gue tinggal dulu ya!" Pamit Fany.

"Hm." Dan hanya dibalas anggukan oleh Cathy.

Setelah kepergian Tiffany, kini hanya tinggal Devan dan Cathy berdua disana. Sejak tadi Cathy terus membuang muka, sedangkan Devan terus menatap wajah istrinya dengan tatapan tak habis pikir.

"Ayo pulang!" Ujar Devan seraya menarik tangan sang istri, namun Cathy masih tetap diam tak merespon. Ia bahkan langsung menepis tangan suaminya dengan kasar. "Cathy... Jangan buat kesabaran saya habis." Seru Devan dengan nada penuh ancaman.

"Kalau mau pulang, Lo pulang aja sendiri! Lagian gue bawa mobil Carol, gue akan pulang ke rumah Carol." Seru Cathy dengan suara yang cukup tinggi. Gadis itu sungguh muak dan kesal melihat wajah sok polos suaminya ini.

"Saya tau kamu sedang marah, tapi saya mohon... Jangan pernah libatkan orang lain dalam urusan rumah tangga kita. Kita berdua sudah sama-sama dewasa, jadi saya harap kamu jangan bersikap kayak anak kecil lagi." Pinta Devan dengan penuh permohonan. Namun karena dikatai seperti anak kecil, Cathy pun jadi semakin berang dan kesal dengan suaminya.

"Terus kalau gue emang childish lantas Lo mau apa? Dasar laki nggak tau di untung, sok-sokan ngatain gue childish tapi Lo selalu butuh sama bantuan gue, bahkan Lo selalu bergantung sama gue tapi Lo nggak pernah sadar diri. Sok-sokan nganggep pernikahan kita nggak berarti apa-apa buat Lo tapi kalau nggak ada gue Lo sendiri yang kelabakan kan? Sok-sokan nggak suka sama Tasya, tapi sendirinya malah makan masakan tuh cewek ganjen. Kalau Lo emang bosen hidup sama gue, cerein aja gue sekarang terus Lo nikah sama si Tasya biar Lo bisa bahagia." Jelas Cathy dengan emosi yang sudah tak dapat ia kontrol lagi. Devanpun hanya bisa diam karena seluruh ucapan sang istri memang ada benarnya, namun kalimat terakhirnya sungguh tak bisa Devan benarkan.

"Cath! Mau kemana kamu?" Tanya Devan ketika Cathy akan kabur darinya.

"Mau pergi, gue muak lihat muka Lo." Jawab Cathy.

"Kamu pulang sama saya!" Secepat mungkin Devan pun segera menyambar tubuh sang istri, Devan mengangkat tubuh sintal itu layaknya karung beras, membuat Cathy memberontak dan memukuli punggung suaminya dengan keras namun Devan tak menghiraukannya sama sekali.

"Turunin gue brengsek!" Seru Cathy dengan nada kesal. Aksi keduanya itu bahkan menjadi tontonan bagi para mahasiswa lainnya.

"Diam!" Seru Devan tak kalah kesalnya. Setelah tiba di parkiran, Devan pun langsung memasukkan tubuh istrinya ke dalam mobil, lalu ia pun turut masuk ke dalam mobilnya dan melakukannya dengan kecepatan tinggi.

***

Setibanya di rumah, Devan menyuruh istrinya untuk segera turun, namun Cathy tetap tidak mau, akhirnya Devan pun kembali mengangkat tubuh Cathy dan membawanya ke ruang tengah. Disana Devan langsung menuju dapur untuk mengambilkan air putih untuk sang istri.

"Luka kamu cukup serius, kata dokter itu luka bakar tingkat satu, untung nggak sampai melepuh, tapi pasti sakit dan perih banget. Kamu minum dulu obatnya abis itu langsung istirahat." Ujar Devan dengan nada cemas namun Cathy masih tetap diam membuat pria itu benar-benar geram. "Cathy!" Seru Devan dengan tatapan penuh intimidasi.

"Hm." Dan benar saja, Cathy langsung meminum air dan obat yang diberikan oleh suaminya.

"Lain kali jangan main kabur-kaburan lagi. Jangan suka nyusahin dan ngerepotin orang lain kamu sudah besar." Tutur Devan membuat Cathy merasa makin kesal. "Besok perbannya jangan dibuka sendiri, biar saya yang buka. Dan asal kamu tau, saya memang nggak pernah suka sama Tasya, saya tadi makan makanan milik Delon, kakaknya baru aja buka restoran. Itupun nggak jadi saya makan karena melihat kamu pelukan sama cowok lain." Setelah mengatakan hal itu, Devanpun kemudian segera beranjak menuju kamarnya, ditengah jalan, cowok tampan itu sempat menghela nafas beberapa kali untuk menahan rasa sakit yang mulai menyerang perutnya.

Sejak tadi Devan terus berusaha untuk menahan sakit diperutnya karena tak ingin Cathy khawatir, bayangkan saja sejak kemarin sore ia tak makan sama sekali, giliran mau makan tadi malah nggak jadi, tentu saja sekarang maagnya langsung kambuh. Devan bahkan sampai gemetaran menahan perih dan mual yang ia rasakan.

Sementara Cathy kini masih terdiam mematung, mencerna setiap ucapan suaminya yang benar-benar membuatnya salah paham. Cathy bahkan merasa terkejut, karena Devan tak pernah berbicara sampai sepanjang ini, pria itu bahkan selalu malas untuk menjelaskan sesuatu. Tapi kenapa hari ini Devan tampak sangat berbeda setelah melihat dirinya berpelukan dengan Alan. Apakah suaminya itu cemburu?

"Au ah! Pusing gue." Keluh Cathy seraya membaringkan tubuhnya di sofa, lalu memejamkan kedua matanya supaya ia bisa tidur dan beristirahat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Benih Sang CEO Muda   Amarah dan Kebencian

    Hampir siang hari, Cathy baru saja sadar dari pingsannya, cewek itu langsung terkejut dengan posisinya saat ini. Ini bukan rumahnya, ini adalah rumah sakit. Cathy pun langsung berusaha untuk mengingat kejadian sebelum ia tak sadarkan diri, dan setelah ia mengingatnya, cewek itu malah celingukan mencari-cari seseorang, kira-kira siapa yang sudah membawanya kesini, apakah suaminya? Atau siapa?"Duh Gusti... Syukur deh non udah sadar." Seru bi Sani yang baru saja keluar dari toilet."Bi!" Panggil Cathy. "Bibi kok...""Iya, tadi non Cathy pingsan, terus Aden langsung bawa non ke sini." Jelas bi Sani."Devan? Terus dia dimana sekarang?" Tanya Cathy."Lagi ngurus administrasi non dari tadi tapi kok belum balik-balik." Ujar bi Sani dengan nada cemas.Beberapa saat kemudian, Devan akhirnya kembali dengan membawa paper bag, cowok itupun langsung menatap Cathy dengan perasaan lega.Cathy sendiri turut menatap wajah suaminya, ada gurat lelah dan pucat yang menghiasi wajah tampannya, membuat Cath

  • Benih Sang CEO Muda   Hamil

    Sekitar pukul empat subuh, Devan kembali dibuat panik dengan kondisi istrinya yang semakin mengkhawatirkan, bagaimana tidak, ketika ia tengah tidur, tiba-tiba saja Devan terbangun karena mendengar suara muntahan sang istri dari dalam toilet, sontak cowok itupun segera berlari menuju toilet untuk melihat kondisi istrinya. Dan disana Cathy bahkan sudah hampir tak sadarkan diri, tubuhnya sangat lemas dan bibirnya juga sangatlah pucat. Tanpa menunggu lama lagi, Devan pun segera membawa istrinya ke rumah sakit, cowok itu langsung berteriak-teriak memanggil bi Sani dan mang Diman supaya mengantarkannya ke rumah sakit."Ya ampun den... Non Cathy kenapa lagi? Kok jadi makin parah begini?" Tanya bi Sani dengan nada panik."Saya juga nggak ngerti bi. Mang Diman siapin mobil ke rumah sakit, Bi Sani tolong ikut saya!" Titah Devan pada kedua pembantunya."Baik den!" Jawab mereka kompak.Merekapun segera membawa Cathy ke rumah sakit, dan sesampainya disana, Devan segera membawa istrinya ke IGD. Sa

  • Benih Sang CEO Muda   Minta Maaf

    Devan terus merenungkan semua ucapan Cathy, cowok itu terus berusaha bertanya kepada hatinya tentang apa yang sebenarnya ia inginkan. Selama sebulan ini bahkan ia begitu merasa berat menjalani kehidupan tanpa perhatian istrinya, lantas bagaimana nanti jika Cathy benar-benar pergi meninggalkannya? Sanggupkah Devan menjalani hari-hari tanpa sang istri? Bisakah Devan melewatinya setelah hampir setahun ini ia hidup bersama dengan cewek yang ia anggap manja itu. Padahal jika dipikir-pikir, anggapannya itu salah besar.Devanpun segera beranjak menuju kamar sang istri, tanpa harus menunggu lama lagi cowok itu benar-benar harus segera menyelesaikan masalahnya dengan Cathy."Cathy! Tolong buka pintunya!" Devan terus menggedor-gedor pintu kamar istrinya berharap istrinya segera membukakan pintu untuknya. "Saya mau bicara sama kamu! Cathy!" Devan terus berusaha membujuk istrinya keluar namun kenapa tak ada sahutan sama sekali, apa Cathy benar-benar marah dan sudah tak peduli lagi padanya? Apa is

  • Benih Sang CEO Muda   Bercerai?

    Musim basket league sudah hampir dekat, kira-kira kurang sebulan lagi tim basket Devan akan melakukan pertandingan basket antar kampus yang diselenggarakan setiap setahun sekali itu. Jadwal latihan Devan pun semakin padat, dan cowok tampan itu harus pandai-pandai untuk membagi waktu antara kantor dan juga kampus. Selama hampir sebulan ini, cowok itu terus bertahan hidup tanpa perhatian sang istri yang sampai saat ini masih betah untuk melakukan gencatan senjata dengannya. Devan terus berusaha untuk bertahan dengan segala keegoisannya meskipun rasanya sangat-sangat berat ia lakukan, cowok itu terlalu banyak gengsi, terlalu sok konsisten dengan pendiriannya padahal hatinya terus meronta dan menyebutkan nama Cathy. Devan mungkin bisa terus menyangkal, namun sekuat apapun ia melakukannya, tetap saja Devan tak akan pernah bisa untuk membohongi perasaannya.Ia selalu merasa sesak, merasa hampa, merasa sakit yang teramat sangat ketika melihat istrinya lebih akrab bersama cowok lain selain

  • Benih Sang CEO Muda   Gengsi

    Cathy mencoba bertahan selama seminggu ini untuk bisa hidup tanpa sang suami, apalagi suaminya juga tampak tak peduli bahkan semakin dingin memperlakukannya membuat Cathy semakin benci dan kecewa dengan sikap Devan. Apalagi selama di kampus, Cathy malah sering melihat sang suami bersama dengan Tasya, membuat Cathy semakin cemburu, semakin sakit hati dan kesal dengan ulah Devan. Cewek cantik itu sudah lelah menangisi suaminya yang sering sekali menyakiti hatinya."Ini nasi goreng seafoodnya silahkan menikmati." Alan meletakkan sepiring nasi goreng seafood di depan Cathy yang tampak tersenyum padanya. Alanpun membalas senyuman itu dengan manis dan penuh makna namun meski begitu, tak ada niatan terselubung sedikitpun dibalik senyum manisnya karena meski ia menyukai Cathy, tapi ia masih tau batasannya, ia tahu jika Cathy sudah menikah, dan ia tak mau merebut istri dari seorang Devan. Cukup menyukai dalam diam saja dan hal itu tak masalah sekali bagi Alan."Makasih ya! Aku mau susu coklat

  • Benih Sang CEO Muda   Kacau Balau

    Cathy pulang ke rumah dengan perasaan hancur, bagaimana tidak hancur, selama ini sang suami tak pernah banyak bicara namun sekalinya bicara kata-kata nya sungguh menyakitkan dan tak bisa ia maafkan. Cathy rasanya sudah lelah dengan pernikahan semunya ini, memang mau dibawa kemana rumah tangganya jika hanya dirinya saja yang menginginkan pernikahan ini sedangkan suaminya tidak sama sekali.Cathy harusnya tak terlena dan terbawa perasaan, Devan baik kemarin-kemarin memang hanya untuk membalas dendam dan ada maunya saja bukan karena mencintainya. Lagi pula mana mungkin suaminya itu bisa mencintai dirinya, selama ini bahkan Devan begitu sangat membenci dirinya."Ya ampun non! Non kenapa kacau begini? Ayo masuk non! Bibi buatin minuman segar buat non." Ajak bi Sani pada sang majikan, Cathy hanya menurut saja karena dirinya terlalu sedih dan benar-benar sangat kacau.Cathypun langsung membasuh mukanya di wastafel, lalu segera duduk di kursi makan, dan setelah itu bi Sani datang membawakann

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status