Yugo membawa Mahes ke rumah sakit, sendiri. Dia tidak lagi berpikir panjang ketika melihat wajah Mahes pucat menahan rasa sakit.Turun dari mobil, dia menggendong Mahes. Berlari masuk ke bagian dalam rumah sakit sembari tetap berhati-hati."Suster! Suster!" Dia memanggil agar seseorang segera membantunya.Dua orang suster wanita mendekati mereka. Melihat Mahes yang pucat juga ada pendarahan, mereka bersiap membawakan untuk langsung memeriksa kondisi pasien.Yugo berdiri di tempatnya. Pikirannya berkecamuk. Kenapa? Kenapa dia bisa ada di sini?Memikirkan jawaban sendiri, Yugo merasa sangat bodoh. Bukankah seharusnya dia biarkan saja gadis itu menderita sendiri? Bisa saja Dia kehilangan bayinya. Dengan begitu Yugo bisa lepas dari tanggung jawab dan dia bisa membersihkan tangannya dari apa yang sudah terjadi.Kelihatannya, dia harus segera pergi dari sini. Sebelum Junior tahu lantas membuat masalah di antara mereka semakin meruncing.Yugo akan pergi. Sialnya, langkah laki-laki itu terh
Junior menemui Mahes yang masih lelap. Kelihatannya, apa yang Yugo bilang soal keadaan Mahes saat ini, benar juga. Kalau dia memaksakan supaya Mahes tetap ikut dengannya, itu bisa membahayakan. Belum lagi, soal Amarta yang terus meminta Junior untuk pulang.Satu hari setelahnya, dengan kondisi Junior setia menemani Mahes di rumah sakit, perempuan itu mengajak bicara."Kak Jun, nggak ada jam kuliah?"Junior membawakan obat dan juga vitamin untuk Mahes. Setelah membanytu gadis muda yang sedang mengandung tersebut, dia baru menjawab pertanyaan yang tadi."Gue nggak ada jam kuliah kebetulan."Mahes hanya mengangguk perlahan. Jeda beberapa saat, Junior kembali mengajaknya bicara. Ini soal yang dari kemarin ingin dia tanyakan tentang Yugo."Kakak gue, ngapain aja waktu dia ke rumah lo?"Mahes butuh waktu cukup lama untuk bisa menjelaskan. Dia masih merasa terancam meski saat ini YUgo tidak ada di dekatnya."Lo nggak usah takut, apalagi merasa cemas klaau dia bakal nyakitin lagi."Mahes meng
"Jun, jangan main-main kamu."Amarta jengkel dengan kelakuan putra bungsunya ini. Dia disayang, tapi seperti tidak mengerti dengan hal itu. Kerjaannya hanya menyusahkan orang tua. Harus bagaimana lagi mereka bisa mendidik Junior supaya bisa lebih baik."Junior nggak main-main, Ma. Biar Junior buat pilihan ketiga untuk Mahes.""Apa yang mau kamu tawarkan ke anak itu?""Junior bakal izin ke papa. Kalau papa setuju, Mama nggak bisa larang.""Junior, andaikan semua orang di dunia ini setuju, kalau Mama nggak terima itu. Jangan harap kamu akan dapat restu!"Junior juga sudah jenuh menjadi orang yang selama ini hanya menghindar. Diam membiarkan mereka menilai pemuda itu cuma bisa buat ulah."Kalau Mama nggak bisa kasih kepastian dulu, aku nggak akan pernah mau bilang rencana ini.""Junior!""Mama yang paksa aku untuk begini."Amarta tahu perdebatan di antara mereka berdua akan semakin sengit. Jika dia tidak bisa mengendalikan diri, terus memaksa putra bungsunya ini malah akan membuat keadaa
Junior tiba di rumah sakit. Mahes yang sempat tidur kini terjaga dan langsung tanya dari mana dia."Dari mana, Kak Jun?" tanya Mahes, mencoba mencairkan suasana. "Lo nanya gitu, udah kayak istri gue aja." Junior mencoba menertawakan situasi dengan lelucon ringannya. Ia menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur Mahes. Wajah Mahes langsung memerah mendengar candaan Junior tersebut. "Aku tanya karena Kak Jun baik denganku belakangan ini," ujarnya, mencoba menjelaskan alasan pertanyaannya. "Ah, gue memang baik terus. Lo aja yang belum sadar." Junior berusaha mempertahankan suasana ceria, meski sebenarnya hatinya sedang terluka. Sejenak terjadi keheningan di antara mereka. Junior mencoba mengalihkan topik pembicaraan. "Gimana keadaan lo?" "Sudah mendingan. Ini kakinya udah nggak bengkak lagi," jawab Mahes, mencoba meredam kekhawatirannya. Junior mengangguk perlahan. "Gue udah cek ke dokter. Katanya kalau gejala kayak gini wajar, nggak akan jadi masalah besar." Mahes hanya mend
Junior memintanya untuk memikirkan, sepanjang malam Mahes tidak bisa tidur lantaran masalah ini.Dia tidak mau menyusahkan Junior, juga tidak mau kalau harus ikut dengan saran Yugo.Pergi sendiri tanpa tahu tujuan yang jelas dan tidak punya apa-apa, juga bukan pilihan yang baik karena itu akan membahayakan dia dan bayinya.Stres yang seperti ini membuat Mahes turun lagi kondisinya. Bahkan dia sempat mengalami perdarahan.Malam itu kembali Mahes harus lihat seperti apa perjuangan Junior untuk menjaganya. Dari sini dia menyadari bahwa membutuhkan bantuan kakak angkatnya itu.Paginya, dia dengar kabar kalau Yugo akan berencana untuk memindahkan Mahes ke rumah sakit yang lebih besar supaya dia dapatkan perawatan yang lebih baik.Mahes tidak akan mau berurusan lagi dengan Yugo. Dia mau Junior membantunya lagi kali ini. Dan, satu-satunya jalan yang paling memungkinkan saat ini untuk mereka lakukan adalah menikah. Walaupun ini hanya sebuah status, tetap ini akan berguna daripada Mahes harus
Mahes hari ini sudah bisa pulang dari rumah sakit. Tidak ada yang mengurusnya kecuali dia sendiri. Bahkan, Asih yang sempat dikira akan menjadi orang yang membantunya, setelah diketahui kalau dia juga jadi orang yang mendukung Junior orang untuk menikahi gadis itu, Amarta kemudian memberi ultimatum jika berani Asih membantu mereka lagi, dia tidak akan segan-segan untuk memulangkan perempuan itu ke kampung halamannya.Seperti yang ditakutkan asli sejak awal, dia bukan khawatir karena kehilangan pekerjaan. Tapi merasa cemas kalau, tidak ada siapapun yang membantu Mahes lagi di sini.Asih memang tidak bisa membantu secara langsung, tapi dia menyiapkan keperluan untuk Mahes meskipun hanya bisa diusahakan seadanya.Junior menyebutkan apa saja yang disiapkan oleh Asih untuk mereka. Ada baju ganti yang longgar-longgar, juga catatan untuk Junior mulai dari apa saja dan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.Ketika Junior memberitahukan pada Mahes apa saja yang diberikan Asih padanya, laki-
"Ada pengantin baru." Entahlah itu sebuah ejekan atau ucapan selamat dari teman-temannya Junior ketika dia ikut berkumpul bersama teman-teman kelompok dancer-nya. Marlo jadi orang yang paling girang dan juga paling heboh menyebarkan kabar ini."Apa rasanya sex sama ABG?" tanya Julian blak-blakan tidak pakai basa-basi, tidak peduli juga kalau dalam kelompok dancer mereka ada para gadis. Kalau dia dapat lemparan tisu itu wajar."Apa sih, Jul!" Junior duduk membuka jaketnya menopang kaki main ponsel dia mau lihat perkembangan Chanel YouTube mereka bagaimana. Kemarin karena cover dance 'Mmh' dari Kai mereka dapat views tinggi Junior juga dapat bayaran endorse sepatu karena dia punya penampilan cukup baik. Ya, lumayan uangnya buat biaya hidup sama Mahes, sekalian simpan untuk uang lahiran."Gue serius lagi." Julian mengompori Marlo sama Bari kalau dengar yang begini mereka juga semangat. Walau bukan pengoleksi blue film atau penyuka cerita stensil, urusan begini hati mereka bisa bersatu.
Junior tidak tahu apa salahnya atau apa yang salah dengan Mahes. Dari kemarin perempuan itu lebih banyak diam. Diajak bicara juga responnya cuma seadanya. Perasaan, Junior tidak buat salah, juga tidak melakukan hal yang menyakitinya. Dengar-dengar, katanya memang orang hamil itu sensitif. Tapi, apa iya sesensitif ini sampai-sampai tidak ada angin tidak ada hujan dia juga diam. Bahkan, nafsu makannya berkurang.Karena Junior juga sedang sibuk, terutama untuk persiapan performa dalam kompetisi dance tingkat internasional, dia tidak bisa terlalu fokus untuk mengurus istrinya. Meski begitu, tetap saja untuk beberapa hal yang sekiranya penting dia tetap ingatkan supaya Mahes bisa menjaga diri sendiri. Seperti makan, obat-obatan, vitamin sampai minum susu khusus ibu hamil .Junior baru selesai latihan koreo bersama teman-temannya. Dengan tubuh penuh peluh juga kondisi napas masih ngap-ngapain, dia sempatkan untuk mengirimkan pesan pada Mahes. Tanya istrinya itu sedang apa siang ini, ada apa