แชร์

🖤 EPISODE 27

ผู้เขียน: Yes, me! Leesoochan
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-28 17:14:24
Dimas membawa Rani menaiki tangga dan menuruni lorong yang belum pernah ia jelajahi sebelumnya. Mereka berhenti di depan sebuah pintu, dan Dimas mengeluarkan kunci, membukanya dengan suara klik yang lembut.

"Silakan masuk," katanya, sambil memberi isyarat agar Rani melangkah lebih dulu.

Rani melangkah masuk, matanya membesar karena kagum saat melihat kamar tidur luas yang terbentang di depannya. Sebuah tempat tidur empat tiang yang megah mendominasi tengah ruangan, dihiasi seprai sutra dan bantal-bantal mewah. Karpet tebal menutupi lantai, seakan mengundangnya menenggelamkan jari-jari kakinya ke dalam kelembutannya.

"Ini… indah sekali," Rani menghela napas, menoleh pada Dimas dengan mata penuh kekaguman. "Apakah ini untukku?"

Dimas mengangguk, wajahnya melunak saat melihat Rani menikmati ruang barunya. "Aku ingin kamu punya tempat yang terasa aman dan nyaman… sesuatu yang benar-benar milikmu sendiri."

Hati Rani terasa hangat, tersentuh oleh perhatian Dimas. Rasa aman yang lam
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 28

    Keesokan paginya, Rani bangun lebih awal untuk bersiap belanja ke pasar. Ia mengenakan gaun hitam sederhana dan sandal datar, lalu mengikat rambutnya ke belakang dengan sanggul berantakan. Saat menuruni tangga, ia melihat Afqlah sudah duduk diam di serambi, menatapnya dengan wajah penuh semangat.“Selamat pagi, Afqlah,” sapa Rani hangat, tersenyum melihat antusiasme keponakannya. “Siap berangkat sekolah?”Afqlah cepat-cepat menggeleng, matanya berbinar. “Aku nggak sekolah hari ini,” katanya dengan nada bangga. “Ayah bilang aku boleh di rumah dan main.”Rani mengerutkan kening, agak terkejut dengan perubahan mendadak itu. Ia tahu Dimas biasanya sangat tegas soal pendidikan dan disiplin.“Itu kabar baik,” jawab Rani hati-hati, berusaha tidak menyinggung otoritas kakak iparnya itu. “Tapi Aku ada beberapa urusan hari ini. Mungkin nanti kita bisa main setelahnya?”Wajah Afqlah langsung muram, bibir bawahnya menjorok keluar. “Aku nggak boleh ikut Tante? Tolong… aku janji nggak akan merepotk

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 27

    Dimas membawa Rani menaiki tangga dan menuruni lorong yang belum pernah ia jelajahi sebelumnya. Mereka berhenti di depan sebuah pintu, dan Dimas mengeluarkan kunci, membukanya dengan suara klik yang lembut. "Silakan masuk," katanya, sambil memberi isyarat agar Rani melangkah lebih dulu. Rani melangkah masuk, matanya membesar karena kagum saat melihat kamar tidur luas yang terbentang di depannya. Sebuah tempat tidur empat tiang yang megah mendominasi tengah ruangan, dihiasi seprai sutra dan bantal-bantal mewah. Karpet tebal menutupi lantai, seakan mengundangnya menenggelamkan jari-jari kakinya ke dalam kelembutannya. "Ini… indah sekali," Rani menghela napas, menoleh pada Dimas dengan mata penuh kekaguman. "Apakah ini untukku?" Dimas mengangguk, wajahnya melunak saat melihat Rani menikmati ruang barunya. "Aku ingin kamu punya tempat yang terasa aman dan nyaman… sesuatu yang benar-benar milikmu sendiri." Hati Rani terasa hangat, tersentuh oleh perhatian Dimas. Rasa aman yang lam

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 26

    Dimas menyaksikan pertukaran itu, hatinya membengkak dengan perasaan yang sulit diungkapkan. Ia berdehem pelan, menarik perhatian mereka kembali padanya. “Aku pikir sudah waktunya kita pulang,” katanya lembut. “Hari sudah larut, dan kita semua butuh istirahat.” Rani mengangguk, memberi Afqlah pelukan terakhir sebelum melepaskannya. Ia berdiri, merapikan gaunnya dengan gerakan halus. “Kamu siap pulang, sayang?” tanyanya lembut pada Afqlah. Afqlah mengangguk semangat, menyelipkan tangannya ke tangan Rani tanpa ragu. Dimas merasakan hangat menyebar di dadanya saat melihat putrinya memegang tangan Rani dengan penuh percaya. Mereka berjalan melewati area festival menuju mobil. Dimas berjalan di samping Rani dan Afqlah, hatinya tersentuh oleh kehangatan kecil yang terpancar di antara mereka. “Itu festival yang indah,” kata Rani pelan, menoleh dengan senyum lelah. “Afqlah benar-benar bersenang-senang.” Dimas mengangguk, menatapnya. “Aku senang kalian menikmatinya. Kehadiranmu

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 25

    Rani menyaksikan ledakan Tasya dengan campuran rasa kasihan dan jijik. Dia tidak percaya bahwa saudara perempuannya sendiri bisa begitu dimakan oleh kecemburuan dan posesif. "Kak Tasya, tolong," katanya lembut, melangkah ke arah adiknya. "Aku tidak ingin bertengkar denganmu. Aku hanya ingin kita menjadi keluarga lagi." Tasya tertawa pahit, menggelengkan kepala. "Keluarga?", kata itu penuh sarkasme. "Kita berhenti menjadi keluarga saat kau datang ke rumah ini." Dia berpaling dari Rani, mondar-mandir gelisah di dapur. "Apakah kau tahu apa yang telah kulakukan untuk Dimas?" Tasya melanjutkan dengan nada getir. "Dan jangan lupa, aku datang ke sini karena kau yang mengundangku," jawab Rani dengan tenang, suaranya stabil meski hatinya kacau. "Aku tidak melakukan apa-apa selain menjalankan tugasku. Bukan salahku jika Dimas dan Afqlah memperhatikanku karena kau terlalu sibuk dengan Elano, terutama di kamar mandi." Dengan itu, Rani berbalik dan keluar dari dapur, meninggalkan Tasya tert

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 24

    Rani menggigit bibir, menahan napas saat merasakan Dimas perlahan masuk ke dalamnya. Tangannya mencengkeram bahu lebar itu erat-erat, kuku menancap di kulitnya, berusaha keras menahan diri untuk tidak bersuara. “Tuan...” bisiknya terbata, nada suaranya penuh desakan dan ketakutan. “Nanti ada yang mendengar...” Tapi kata-katanya terputus begitu Dimas mendorong lebih dalam, memenuhi dirinya sepenuhnya. Kepala Rani terjatuh ke belakang, erangan kecil lolos dari bibirnya meski ia mati-matian menahannya. Dimas membungkuk, menangkap mulutnya dalam ciuman panas yang menelan suara kenikmatannya. Lidahnya menyapu, mendominasi, seolah menandai setiap inci dirinya sebagai milik Dimas. Gerakannya stabil, pinggulnya mendorong berulang dalam ritme yang membuat Rani seolah melihat bintang. Kakinya otomatis melingkar di pinggang Dimas, menariknya lebih dekat, tubuhnya mengikuti setiap hentakan, tubuhnya melengkung ke arah pria itu. “Tuan...” Rani terisak, suaranya nyaris tak terdengar di ten

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 23

    Saat malam semakin larut, Rani gelisah di tempat tidur, terus saja berbalik dan tak mampu mengusir bayangan tentang apa yang terjadi di dapur bersama Dimas. Tubuhnya masih bergetar oleh sisa sentuhan itu, pikirannya memutar ulang tiap momen panas tanpa henti. Ia melirik jam di meja. Baru lewat tengah malam. Dengan keadaan seperti ini, mustahil bisa tidur. Menghela napas panjang, Rani menyingkirkan selimut lalu bangkit pelan. Diam-diam ia berjalan menyusuri lorong menuju dapur, berharap segelas air bisa menenangkan debar di dadanya. Namun begitu masuk, ia justru terkejut melihat Aysha sudah berada di sana, sedang menyeduh kopi. Perempuan yang lebih tua itu menoleh, lalu tersenyum penuh arti saat menyadari kehadirannya. Langkah Rani seketika terhenti. Pipinya terasa panas saat sadar dirinya hanya mengenakan gaun tidur tipis yang nyaris tak menutupi lekuk tubuh. “Bibi Aysha…” gumamnya gugup. “Aku… aku tidak tahu ada orang lain yang masih bangun.” Aysha terkekeh pelan, matanya be

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status