Share

Peraturan

Penulis: kimfangirl
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-12 15:31:54

Kaila memencet bel pintu yang bernomor 048.

Terdengar suara langkah kaki dari dalam apartemen itu dan tidak lama kemudian pintu apartemen terbuka. Kaila terkejut, begitu juga dengan orang itu. Mereka berdiam diri selama hampir satu menit di sana.

“Cowok?” tanya Kaila ragu. Ia benar-benar tidak tahu kalau orang yang akan berbagi apartemen dengannya adalah seorang laki-laki.

“Ya lo liat aja, gue cowok apa bukan,” balas pemuda itu, tidak ramah sama sekali.

Kaila tidak percaya dengan balasan yang ia dapat barusan. Ia ingin membatalkannya tapi ia juga sudah mentransfer separuh uangnya di jalan tadi sebagai DP, ditambah ia benar-benar sudah mengantuk saat ini.

“Jadi atau enggak?” tanya cowok itu lagi. Ia masih berdiri di depan pintu dengan kaos putih yang melekat di tubuhnya dan celana pendek di atas lutut.

“Jadi,” jawab Kaila dan menerobos masuk.

Pemuda itu mengeluh kesakitan karena roda koper Kaila mengenai jari kelingking kakinya namun gadis itu hanya mengangkat tangannya sebagai isyarat permintaan maafnya. Ia lanjut berjalan memasuki apartemen dan melihat-lihat ke sekelilingnya.

Bagus dan rapi.

Kaila mengangguk-angguk. Ia berjalan dan melihat balkonnya, pemandangannya cukup bagus karena langsung ke jalan raya dan gedung-gedung pencakar langit lainnya. Bintang bersinar dengan terangnya, tidak ingin kalah saing dengan gedung-gedung pencakar langit.

“Kamar gue yang mana?” tanyanya pada pemuda itu.

Pemuda itu menunjuk pintu yang ada di sisi kiri. “Itu kamar lo.”

“Dan itu kamar lo?” tanya Kaila menunjuk pintu yang ada di sisi kanan. Berhadapan satu sama lain.

Pemuda itu mengangguk.

Kaila hendak mengambil kunci yang ada di tangan pemuda itu, tapi pemuda itu mengangkat tangannya dengan tinggi.

“Sebelum itu, kita diskusikan masalah peraturan dulu,” ujarnya.

Kaila mengangguk. Mereka berdua duduk di kursi meja makan. Mata Kaila masih melihat ke sekelilingnya, ia sangat suka dengan pengaturan yang ada di apartemen ini. Semuanya tersusun dengan rapi dan baik. Oh tidak lupa dengan dapurnya, ia menyukainya.

“Btw gue Angkasa, lo?” tanya pemuda yang ternyata bernama Angkasa.

Kaila nyaris saja tertawa karena nama pemuda itu lucu menurutnya. Orang tua mana yang memberi nama anaknya dengan Angkasa? Haha ingin anaknya menjadi penguasa Angkasa? Begitulah Kaila dan pemikiran buruknya tentang semua hal.

“Kaila.”

Angkasa mengangguk. Ia meletakkan satu lembar kertas di atas meja.

Peraturan di Apartemen 048.

1. Selesai makan ataupun masak, piring harus segera dicuci

2. Makanan yang tidak ada label nama adalah milik bersama

3. Tidak bersih-bersih apartemen dikenakan denda 300.000

4. Tidak boleh mencampuri urusan pribadi

Yang bertanda tangan di bawah ini.

Angkasa                                                         Penyewa

“Nama gue Kaila,” ujar Kaila karena melihat Angkasa menulisnya dengan ‘penyewa’.

“Itu udah gue tulis dari kemarin, gue gak tau kalo nama lo Kaila,” balas Angkasa acuh tak acuh. “Gimana?” tanyanya.

“Pinjem pena.” Kaila membuka tangannya dan meminjam pena pada Angkasa padahal Angkasa juga tidak sedang memegang pena.

“Ada di kamar gue,” balas Angkasa.

“Ya ambil,” balas Kaila tidak mau kalah. Dia sebenarnya punya pena di dalam kopernya, tapi terlalu malas untuk membuka kopernya dan hanya mencari satu buah pena.

Angkasa menggerutu tapi ia berdiri dari duduknya dan mengambil pena yang ada di meja belajar di dalam kamarnya.

“Nih.” Ia memberikannya pada Kaila.

Tanpa berpikir panjang, gadis itu menuliskan sesuatu di atas kertas sebagai tambahan peraturan.

“Jangan sok akrab.” Angkasa membaca peraturan kelima yang baru saja ditulis oleh Kaila. Mata pemuda itu menatap Kaila tidak percaya.

“Bocah.” Angkasa berujar dengan pelan, tapi Kaila masih bisa mendengarnya.

Angkasa juga benci dengan yang sok akrab sebenarnya, tapi karena benar-benar ditulis di peraturan rasanya sedikit aneh. Namun ia tidak masalah.

Peraturan di Apartemen 048.

1. Selesai makan ataupun masak, piring harus segera dicuci

2. Makanan yang tidak ada label nama adalah milik bersama

3. Tidak bersih-bersih apartemen dikenakan denda 300.000

4. Tidak boleh mencampuri urusan pribadi

5. Jangan sok akrab

Yang bertanda tangan di bawah ini.

Angkasa                                                         Penyewa

“Ini kunci apartemen.” Angkasa memberikan kartu pada Kaila. “Dan ini kunci kamar lo.” Ia juga memberikan satu buah kunci  lagi.

Kaila menerimanya dan segera pergi dari tempat duduknya dan menuju kamar barunya, ia sungguh tidak sabar ingin segera tidur. Matanya sudah sangat lemah.

Begitu Kaila membuka kamarnya, ia langsung jatuh cinta. Kamarnya terlihat nyaman sama seperti yang ada di foto. Ia ingin segera membaringkan tubuhnya di atas kasur, tapi teringat akan sesuatu.

“Gue punya satu peraturan lagi, tapi gak usah ditulis. Biarin ini jadi peraturan tak tertulis di antara kita berdua,” ujar Kaila pada Angkasa yang berdiri di depan kulkas sembari meminum cola miliknya.

“Apa?” tanya Angkasa.

“Jangan naksir gue.”

Angkasa terbatuk saat itu juga. Dia mengelap mulutnya dan terkekeh pelan. Ia pikir gadis itu bercanda, tapi rautnya terlihat sangat serius ketika mengatakannya.

“Oke. Lo juga jangan naksir gue.”

Mulai saat ini, peraturan tak tertulis itu disetujui oleh kedua belah pihak.

---

Suara lari-lari membangunkan Kaila pagi ini.

Ia menyipitkan matanya karena matahari di balik gordennya menyapa dengan hangat. Kaila membelakangi matahari dan mengucek matanya perlahan. Ia masih mendengar suara lari di dalam apartemennya ini.

Kaila berangkat dari kasurnya dan berjalan ke luar dengan rambut yang masih acak-acakan. Ia membuka pintu sembari mengucek matanya.

“Lo ngapain sih berisik bener?” keluh Kaila pada Angkasa yang memang terlihat lelah.

“Sori, gue lupa kalo hari ini ada uts di kampus.” Angkasa mengatakannya tanpa melihat Kaila karena fokusnya sekarang ada di sepatunya. Ia mengikat tali sepatunya dengan cepat-cepat.

Setelah itu, tanpa mengatakan sepatah kata pun, Angkasa pergi. Kaila menyimpulkan kalau pemuda itu bangun kesiangan makanya ia berlari ke sana ke sini karena lupa akan sesuatu, mengambil barang ini dan itu. Kaila paham betul, karena ia sering begitu.

Kaila melihat jam dinding di apartemennya. Jam sudah menunjukkan pukul 07:54. Ia punya kelas jam delapan ini, tapi dia berniat untuk tidak hadir. Dia terlalu lelah dan juga tidak dalam mood yang bagus untuk mendengarkan dosennya mengoceh tentang mata kuliah Pengantar Bisnis.

Gadis itu merenggangkan tangannya ke atas sembari berjalan menuju kulkas. Perutnya sudah berbunyi karena kelaparan. Cacing-cacing di perutnya sudah memberontak agar diberikan makanan sesegera mungkin.

Ia melihat ada banyak makanan di dalam kulkas, snack, cokelat, minuman, dan yang paling penting semuanya tanpa label. Angkasa pasti lupa untuk melabeli makanannya.

Kesempatan ini tidak datang dua kali, pikir Kaila. Ia langsung mengambil satu kotak sereal dan susu dari dalam kulkas, begitu pula dengan cokelat. Ia akan menyimpannya di dalam kamar dan memakannya sesudah mandi nanti.

“Nih cowok kayaknya rapi banget ya,” ujarnya sembari melihat ke sekeliling apartemen.

Ia membawa mangkoknya ke balkon dan memutuskan untuk makan di sana saja. Matahari langsung menyambutnya ketika ia membuka tirai di balkon mereka. Panas, tapi Kaila tidak keberatan karena ini panas pagi.

Gadis itu duduk di kursi dan menyantap sarapannya ditemani dengan pemandangan pagi dari kotanya. Jalanan di bawah dipenuhi dengan mobil dan motor yang berlalu-lalang, orang-orang juga terlihat sangat buru-buru.

Kaila menyuapkan sereal ke dalam mulutnya.

“Oh, kampus gue keliatan dari sini ya,” ujarnya dengan mulut yang penuh.

Jarak apartemen dan kampusnya memang tidak jauh, tapi Kaila juga tidak tahu kalau ia bisa melihat kampsunya dari sini. Ia bisa melihat mahasiswi lainnya yang memasuki gerbang kampus mereka.

Ia menikmati paginya dengan tenang, sama seperti hari-hari biasanya karena dia memang selalu makan sendirian.

Ketika bangun tidur tadi, Kaila sempat mengecek ponselnya dan mendapati delapan panggilan tidak terjawab dari Kakaknya.

Kaila tidak peduli, dia tidak butuh Kakaknya. Ia tidak butuh orang yang meninggalkannya sendirian di dunia ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Daanii Irsyad Aufa
karakter KAI terbentuk Krn keadaan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Penjelasan

    "Mama tau gak kalo mereka berdua tinggal dalam satu apartemen yang sama?" Mama Angkasa mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan yang baru saja diajukan oleh Henni. "Siapa?" tanya Mamanya Angkasa. "Siapa yang tinggal dalam satu apartemen yang sama?" ulangnya lagi. "Angkasa sama Kaila, Ma," jawab Henni melirik dua orang yang ada di samping Mama. "Mereka memang tinggal dalam satu gedung apartemen, memangnya kenapa?" Henni menghela napas terlihat sangat kesal. "Bukan gitu Ma maksudnya," balasnya. "Mereka tinggl di unit yang sama. Satu ruangan." Penjelasan dari Henni tadi berhasil membuat Mamanya Angkasa melirik dua orang yang ada di sampingnya, ia bisa melihat kalau Angkasa dan juga Kaila terlihat sangat gugup dengan ucapan Henni barusan. Menunjukkan kalau yang Henni katakan memang benar. Mereka tinggal dalam satu apartemen yang sama. "Oh, itu saja?" tanya Mamanya Angkasa yang membuat ketiga orang itu mengangkat alisnya. "Kalo itu aja, yaudah, silakan pergi."Bukan hanya Henni yan

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Terbongkar

    Angkasa berjalan menghampiri Kaila yang duduk sendirian di ujung sana."Hei, kenapa sendirian?" tanyanya menyentuh pundak Kaila.Kaila tampak terkejut. Ia menggeleng dengan cepat. "Gak papa kok, pengen sendirian aja," balasnya sekenanya.Angkasa mengangguk dan duduk di samping Kaila. "Masih gugup?" tanyanya.Kaila mengangguk. "Banget, malah makin gugup," sahutnya. "Aku gak kebiasa banget dikelilingi orang banyak kayak gini, mana baik-baik semua lagi."Angkasa bingung harus merasa senang atau menyesal.Ia senang karena keluarganya menyambut Kaila dengan hangat dan baik, tapi ia juga sedikit menyesal karena secara tidak langsung dia memaksa Kaila keluar dari zona nyamannya.Ia tahu Kaila harus mulai belajar perlahan-lahan, tapi ia masih merasa tidak enak."Maaf ya," ujar Angkasa kemudian. Ia memutuskan untuk meminta maaf.Kaila mengerutkan dahinya tidak mengerti. "Kenapa malah minta maaf?" tanya Kaila bingung."Kamu pasti terpaksa ke sini ya," ujarnya. "Aku maksa kamu banget buat ikut k

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Keluarga Angkasa

    Sedari tadi jantung Kaila berdetak dengan sangat cepat, terlebih lagi ketika dia sudah melihat tempat yang mereka tuju.Gedungnya berada tepat di depan, dan Kaila merasakan jantungnya semakin menggila. Rasanya ia ingin pergi saat ini juga. Dia masih belum bisa menghadapi orang-orang, terlebih lagi itu adalah keluarganya Angkasa. Seakan mengerti dengan apa yang dikhawatirkan oleh Kaila, Angkasa menggenggam tangan pacarnya dan mengelusnya pelan. "It's okay, ada aku, Kai," ujarnya menenangkan Kaila. Angkasa tahu kalau Kaila pasti sangat tegang dan gugup saat ini. Ia bisa melihatnya dengan sangat jelas. "Keluarga aku pada baik kok, kamu gak usah khawatir."Kaila masih tidak bisa tenang meskipun sudah mendengar kalimat dari Angkasa. Kaila berpikir, kalau keluarganya tahu mereka berpacaran, artinya mereka tidak lagi backstreet dong? Atau backstreetnya sama anak-anak kampus saja?Ah, Kaila pusing. Dia ingin pergi.Ia ingin lari saat ini juga. "Ayo," ajak Angkasa. Telat. Kaila tidak a

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Kondangan

    "Lho, kok udah pulang?" tanya Kaila ketika masuk ke dalam apartemennya dan mendapati Angkasa yang sedang duduk di sofa sembari menonton Upin & Ipin. "Iya nih, agak cepet, soalnya besok juga bakalan ke sana lagi," balasnya dan menyuruh Kaila untuk duduk di sampingnya. "Lah, kalo mau ke sana lagi ngapain pulang deh?" tanya Kaila bingung seraya mendudukkan dirinya di sofa samping Angkasa. Angkasa tidak menjawab beberapa saat. Dia mengambil tangan Kaila dan menggenggamnya, membuat Kaila mendadak bingung dengan tindakan pacarnya barusan. Pasalnya dia memegang tangan Kaila dan menarik napas panjang. "Apa?" tanya Kaila. "Kamu mau ngomong apa?" tanyanya lembut. Kaila bisa merasakan kalau Angkasa sedang ingin mengatakan sesuatu tapi terlihat ragu. "Besok kan sepupu aku nikah," ujarnya. Kaila mengangguk. "Iya, terus?" "Kamu mau ikut gak?" tanyanya. "Kondangan bareng aku, Mama juga mau ketemu kamu." Angkasa tidak bohong mengenai Mamanya yang ingin bertemu dengan Kaila. Tadi Angkasa bert

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Mencurigakan

    "Aromanya enak banget nih brownies." Angkasa menghampiri Kaila yang berdiri di depan oven, menunggu browniesnya matang. "Iya kan, enak kan baunya," sahut Kaila penuh semangat karena ia sedari tadi memang sudah pengen makan tapi belum matang. "Tapi gak usah diliatin terus-terusan gini dong, nanti jadinya makin lama," ujar Angkasa. "Mending nonton aja deh selagi nunggu." Angkasa menarik Kaila menjauh dari sana, dan dengan berat hati Kaila menurut meskipun pandangannya masih pada ovennya yang sedang menyala dan tersisa lima belas menit lagi sebelum matang merata. "Nonton apa emang?" tanyanya setelah duduk di sofa. "Eh, tapi gimana kalo kita nonton drakor aja?" usul Kaila. "Drakor apaan?" tanya Angkasa menoleh. Remot di tangannya sudah siap untuk mencari drama yang akan Kaila sebut. "King Two Hearts, mau gak? Aku pengen rewatch," ujar Kaila. "Semalem tiba-tiba keinget sama drakor lama itu. Jadi kangen." Sepanjang Kaila berbicara, sepanjang itulah Angkasa tersenyum. Ia benar-benar

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Brownies

    Angkasa kembali ke apartemennya di jam sepuluh malam dan belum mendapati Kaila di sana. Ia mengeluarkan ponselnya dan memutuskan untuk menelepon Kaila, mungkin saja gadis itu ingin ia menjemputnya, tapi baru saja ia hendak menelepon Kaila, suara langkah kaki Kaila terdengar. Angkasa memilih untuk bersembunyi dan berniat untuk mengejutkan Kaila. Dia bersembunyi di dekat pintu toilet luar dan melihat Kaila yang sedang melepas sepatunya. "Lho, belum pulang ya?" ujarnya pada diri sendiri ketika melihat apartemen mereka masih gelap, tanpa tahu kalau Angkasa sedang bersembunyi dan siap untuk mengagetkannya. Angkasa berjalan perlahan, mendekat pada Kaila yang sedang membelakanginya. Dengan kecepatan yang tidak begitu cepat, Angkasa memeluk Kaila dari belakang. Kaila menjerit kaget dan tangannya memukul sembarangan, tepat ke kepala Angkasa dan membuat pemuda itu mundur kesakitan. "Kai, ini gue," ujarnya dengan tangan yang memegang kepalanya yang baru saja kena pukul oleh pacarnya sendir

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status