Share

Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM
Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM
Penulis: kimfangirl

Pergi Dari Rumah

Thanks!

Seorang gadis mengangkat tangannya kepada pemuda yang baru saja mengantarnya pulang. Ia berjalan masuk ke rumahnya sembari berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang mabuk. Kepalanya pusing dan tatapan matanya juga tidak begitu jelas.

“Kaila.”

Gadis itu berhenti dan melihat Mamanya berjalan mendekati dirinya. Raut wajah Mamanya terlihat sangat marah karena mendapati anaknya pulang jam satu malam dalam keadaan mabuk.

Kaila Renasya atau yang akrab dipanggil dengan Kai hanya berdiam di sana. Kepalanya yang pusing mendadak tidak sepusing sebelumnya. Ia tahu kalau ini akan menjadi perdebatan yang alot.

“Oh, Mama di rumah,” ujar Kaila acuh tak acuh.

“Kamu minum lagi?” tanya Mamanya dengan nada yang sudah meninggi. Raut wajahnya menunjukkan rasa marah yang luar biasa.

Kaila mengangguk. Dia mengangkat tangannya. “Dikit,” jawabnya sembari jadi telunjuk dan jempolnya bergerak seirama menunjukkan kode dikit.

“Kamu ini apa-apaan sih? Mama sudah bilang berapa kali jangan minum-minum atau ke bar itu lagi!” Suara Mamanya makin meninggi.

“Aku capek, Ma. Mau tidur dulu,” balas Kaila dan hendak pergi dari sana tapi tangannya ditarik kasar oleh Mamanya.

“Mama belum selesai bicara.

Kaila bersandar di tembok dengan kedua tangannya yang dilipat di dada. Dia siap mendengarkan keluhan Mamanya lagi malam ini.

“Kamu itu tau gak kalau bar itu bukan tempat untuk main-main?” tanya Mamanya dengan nada tinggi. “Banyak cowok nakal di sana dan kamu itu masih kecil, gak bisa jaga diri. Kalau ada apa-apa gimana?”

Mamanya tidak berhenti sampai situ. Ia menarik lengan baju Kaila yang hanya setipis satu jari. Gadis itu menggunakan dress yang terbuka, memamerkan bahu dan lehernya.

“Ini juga kenapa kamu pake baju kayak gini?” Mamanya menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan anaknya.

Kaila berdecih. Ia memalingkan wajahnya dan tersenyum meremehkan. Mamanya menatap Kaila dengan tajam.

“Menurut Mama aku kayak gini nurut siapa?” tanya Kaila dan menatap mata Mamanya dengan lekat. “Aku nurut Mama.”

“Jaga mulut kamu. Mama tidak pernah ke bar ketika umur sembilan belas tahun.”

Lagi-lagi Kaila terkekeh. “Mama mungkin emang gak pernah ke bar di umur segitu, tapi sejak aku kelas empat SD, Mama hampir setiap hari pergi ke bar.”

Mamanya tidak menjawab apa-apa. Kali ini giliran Kaila yang ingin mengutarakan semua apa yang ada di pikirannya selama ini.

“Sedari kecil aku selalu ngeliat Mama pulang malem dalam keadaan mabuk. Aku bahkan ngeliat Mama keluar dari tempat itu bersama seorang pria yang aku bahkan gak tau itu siapa. Saat itu aku bahkan masih kelas enam SD, Ma.”

Kaila menatap wajah Mamanya dengan marah. Emosinya memuncak. Dia sudah lelah dengan semua ini. Dia menyaksikan Mamanya pulang malam dalam keadaan mabuk, dan terkadang membawa laki-laki yang berbeda setiap minggunya.

Terkadang Kaila akan menginap di tempat Nenek dan Kakeknya, tapi ia tidak bisa terus-terusan menginap di sana karena meskipun secuil, ia masih merasa khawatir pada Mamanya.

Bagaimana dengan Papanya? Haha. Kaila selalu ingin tertawa ketika membahas Papanya. Laki-laki itu selingkuh dan meninggalkan Mama dan dirinya, namun yang paling membuatnya kesal adalah ia membawa Kakaknya. Ya, Kaila dua bersaudara dan Kakaknya tinggal bersama keluarga Papanya yang baru selama ini.

“Baru dua tahun belakangan ini Mama gak pernah lagi ke bar, kenapa? Karena Mama udah jadi selingkuhan om-om tajir!”

Tangan Mamanya mendarat di pipi mulus Kaila. Suara tamparan itu  terdengar sangat nyaring dan kuat. Kaila memegang pipinya dan merasakan nyeri di sekujur wajahnya. Matanya bahkan memerah karena tamparan Mamanya begitu kuat.

“Aku malu, Ma. Aku selalu malu punya Ibu kayak Mama.”

“Kalau malu seharusnya kamu pergi dari rumah ini!” Suara Mamanya menggelegar di jam satu malam.

“Iya aku bakalan pergi dari sini, aku sudah lama pengen pergi dari sini. Mama gak usah khawatir, besok aku akan angkat kaki dari rumah ini.” Suara Kaila juga tidak kalah kuat dari Mamanya.

Ibu dan anak ini saling menatap satu sama lain dengan wajah yang marah. Keduanya punya sesuatu yang mereka tidak pernah bisa ceritakan satu sama lain.

“Sekarang.”

“Hah?” ulang Kaila.

“Mama bilang sekarang,” titahnya. “Kamu angkat kaki dari rumah ini sekarang!” Emosi Mamanya sudah memuncak, wajahnya memerah dan tidak menunjukkan keraguan sama sekali.

Kaila tersenyum miring menatap Mamanya. “Mama selama ini udah nunggu-nunggu aku buat pergi dari sini ya?” tanyanya pelan seraya terkekeh. “Baik, aku bakalan pergi dari sini sekarang. Di jam satu malam.”

Kaila menekankan kalimatnya di akhir, dan beberapa detik kemudian Mamanya kembali teringat kalau ini sudah malam dan berbahaya untuk pergi keluar, tapi Kaila tidak peduli. Dia sudah memutuskan untuk keluar dari rumah ini saat ini juga.

Gadis itu pergi ke kamarnya dan mengambil kopernya. Ia menyusun bajunya di sana, membawa beberapa baju, laptop, serta buku-buku kuliahnya. Dua puluh menit kemudian dia keluar dari kamar dengan menyeret satu buah koper besar berwarna hitam. Bajunya juga sudah ia ganti dengan hoodie berwarna abu-abu dan celana jin hitam panjang.

“Aku pergi,” ujar Kaila hendak keluar dari rumah.

“Balikin kartu Mama.”

Kaila mengeluarkan dompetnya dan mengambil satu buah kartu kredit di sana lalu melemparkannya di atas meja tamu. Setelah itu, ia pergi. Benar-benar pergi dari rumah itu.

---

Kaila tidak tahu harus pergi ke mana di tengah malam begini.

Jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul 01:45 menit. Ia juga sudah duduk di halte selama hampir sepuluh menit. Mobil-mobil masih banyak berlalu-lalang, tapi bus jelas tidak ada lagi.

Pandangannya fokus pada ponselnya. Sedari tadi ia mencari info mengenai kos-kosan atau apartemen yang akan ia tinggali. Beruntung siang tadi ia menarik sedikit uang dari kartu Mamanya, ia juga punya cukup uang karena Papanya terkadang mengiriminya uang meskipun Kaila selalu menolak dan tidak pernah menggunakannya.

Ia yakin uang dari Papanya selama beberapa tahun terakhir ini sudah berjumlah tiga puluh juta lebih di rekeningnya. Kali ini ia akan menggunakannya karena ia tidak punya pilihan lain. Dia juga butuh uang untuk menyewa apartemen.

Kaila memutuskan untuk menyewa satu buah apartemen, tapi ketika melihat harga satu tahunnya, ia mengurungkan niatnya. Terlalu mahal, begitulah pikirnya.

 Tangannya masih sibuk menggulir layar ponselnya dan mencari-cari mengenai rumah kontrakan, apartemen, atau kosan yang murah. Dua menit kemudian, ia menemukan sesuatu.

Sharing Apartment di Jalan Cempaka, 11jt per tahun. Kamar dua, toilet di dalam kamar. Balkon. Nyaman.  

Kaila melihat foto-foto yang di upload oleh pengguna twitter tersebut. Ia tertarik. Apartemennya bagus dan harganya setengah lebih murah dari yang sebelumnya karena ini sharing alias berbagi dengan orang lain. Tidak masalah.

Tanpa pikir panjang lagi dan juga karena matanya sudah sangat berat, kepalanya juga masih sedikit pusing karena mabuk walaupun ia sudah sadar sepenuhnya saat ini. Kaila mengirimi pesan pada pengguna twitter tersebut.

Awalnya Kaila takut kalau orang itu sudah tidur, tapi ternyata ia mendapat balasan saat itu juga.

@K_sa : Bisa langsung datang ke lokasi ya.

Malam itu, Kaila resmi pergi dari rumahnya dan sekarang ia sedang menuju tempat tinggalnya yang baru bersama orang yang ia tidak tahu siapa.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Daanii Irsyad Aufa
si othor ada d mari juga, semoga se asyik Namira Razka. ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status