Share

Dengan Kekasih

Semalaman Ryan memutuskan menginap di mansion miliknya. Paginya, laki-laki itu masih berada di ranjang berdekapan dengan sang kekasih. Ryan mengumpat di hatinya karena dia tak bisa membuat Anasthasya, wanita yang dia cintai bersanding dengannya dan malah dia bersanding dengan Amanda hanya karena harta gono-goni.

Ryan membelai surai legam Anasthasya yang sontak mengusik tidur Anasthasya. Wanita itu menggeliat pelan di dalam dekapang sang kekasih, dia kemudian membuka matanya pelan.

“Pagi!” sapa Ryan memberikan sambutan hangat bagi kekasihnya itu.

“Pagi juga, Sayang!” Anasthasya kemudian membubuhkan kecupan singkat di bibir Ryan sebagai sambutan hangat.  “Kamu tidak siap-siap bekerja? Ini sudah hampir jam 7,” ujar Anasthasya.

“Aku menunggu kamu bangun dulu, Sayang. Tidak mungkin aku pergi bekerja dan meninggalkan kamu di ranjang begitu saja,” timpalnya yang sontak membuat Anasthasya terkekeh geli.

Lantas, wanita yang berstatus sebagi kekasih Ryan Atmajaya itu pun bangkit dari ranjang, dia mengikat surai legamnya terlebih dahulu.  “Kalau begitu aku akan memasak sarapan untuk kita.”

“Bagaimana jika kita makan sandwich?” tanya Anasthasya sebelum berlenggang ke dapur.

“Boleh, Sayang. Aku akan memakan apa pun yang kamu makan, karena semua masakanmu enak,” ujar Ryan lantas tertawa lepas membuat Anasthasya pun tersenyum.

 “Bisa aja kamu,” ujarnya lantas melenggang ke dapur.

Lantas manik legamnya membulat, keningnya juga mengernyit pelan ketika dia melihat nama Amanda dan nama mamanya di ponselnya. “Astaga! Apa-apaan wanita itu? Dia meneleponku sampai 30 kali? Apa dia sudah gila?” tanyanya menggerutu kesal.

“Aku sudah mengatakan kepada wanita itu agar tak mengusik kehidupanku. Aku juga sudah mengatakan bahwa aku tak mencintainya. Tetapi dia masih saja meneleponku? Astaga! Hidupku benar-benar tak tenang jika seperti ini. Ini lagi, kenapa Mama meneleponku? Pasti si Amanda mengadu kepada Mama. Haissh!” Ryan tak berhenti menggerutu sekali dua kali, dia bahkan menggerutu berkali-kali hingga akhirnya dia kesal dan melempar ponselnya ke atas kasur setelah melepas kartunya.

Ryan kemudian duduk di meja makan dekat dapur melihat Anasthasya yang menyiapkan makanan untuk mereka. Bagi Ryan setidaknya melihat Anasthasya adalah pemandangan terbaik daripada mendengar ocehan mamanya ataupun panggilan dari Amanda yang tak kian berhenti.

Tak lama berselang bersiap Ryan duduk di ruang makan, Anasthasya datang membawa dua buah sandwich berkuran large untuk mereka berdua. “Kenapa wajahmu seperti itu, Sayang? Apa yang menyebabkan kamu kesal seperti ini?” tanya Anasthasya the point setelah dia melihat raut wajah Ryan yang sama sekali tak bersahabat itu.

“Apakah kamu tahu, Sayang? Amanda dan Mama menelepon dan mengirimku pesan untuk  pulang. Aku muak sekali mendengar dan membaca semua pesannya,” gerutu Ryan lantas laki-laki itu memilih untuk memasukan sandwich ke mulutnya.

Anasthasya yang mendengar itu pun sejenak terkekeh pelan. Bagaimanapun juga, dia lucu ketika melihat Ryan mencurahkan apa yang dia alami, termasuk ketika laki-laki itu selalu diserbu oleh mamanya.

“Wajar, Sayang. Kamu dan Amanda kan pengantin baru. Jadi, kamu dicari-cari karena tidak pulang itu wajar,” tutur Anasthasya.

“Kamu benar,  Sayang. Menyebalkan sekali,” ujar Ryan dengan kesal yang lagi-lagi melahap habis sandwich miliknya.

“Sudah, pulanglah saja, Sayang. Aku tidak mau mereka tahu bahwa kamu di sini. Akan jadi masalah jika mereka tahu kamu berduaan denganku,” ujar Anasthasya penuh pengertian. “Kita bisa bertemu di kantor," lanjut Anasthasya.

Ryan sebenarnya merasa tak nyaman jika dia kembali pulang ke rumahnya, karena ketika dia pulang dia harus bertemu dengan Amanda, wanita yang menyebalkan baginya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status