Share

Kembali Goyah

Author: Si Nicegirl
last update Last Updated: 2024-01-18 19:36:17

“Tadi Elma tersadar lalu menanyakan Samu dan Jingga. Mama tidak tahu harus jawab apa, tapi sepertinya Elma teringat kalau suami dan putrinya itu telah meninggal, jadi Elma langsung melompat turun dari tempat tidur dan terjatuh,” jawab mama Tian di sela isakannya.

Elsa menghela napas lega karena ternyata Elma telah kembali menjadi dirinya sendiri lagi. Jadi, Elsa tidak akan merasa bersalah karena tidak dapat meminjamkan Rangga untuk membantu proses penyembuhan adiknya itu.

“Aku lumpuh, Sa … Aku tidak hanya kehilangan anak dan suamiku tapi aku juga lumpuh! Kenapa Tuhan begitu kejam padaku?” isak Elma sambil memukuli dada Elsa dengan kepalan tangannya.

“Kamu tidak lumpuh, El. Kakimu hanya belum terbiasa bergerak lagi. Dua bulan kamu hanya berbaring di atas tempat tidur tanpa sekalipun menggerakkan anggota badanmu.” Elsa berusaha menenangkan adiknya itu.

“Dua bulan? Jadi mereka sudah meninggal selama dua bulan dan aku hanya tertidur saja? Jahat sekali aku, Sa! Istri dan ibu macam apa aku ini?"

“Kamu koma, El. Bukan tidur. Jadi jangan menyalahkan diri kamu sendiri untuk itu.”

Elsa memekik pelan saat tiba-tiba Elma menarik infusnya hingga terlepas dan darah segar mengalir keluar dari punggung tangannya yang membengkak karena lamanya jarum itu tertanam di dalam sana,

“Kamu mau apa, El? Jangan sakiti diri kamu sendiri! Sadar Elma!”

“Aku mau mati saja! Aku mau menyusul mereka! Untuk apa aku hidup tanpa mereka?”

Mama Tian pun turut serta menahan tangan Elma saat mengarahkan jarum itu ke lehernya sendiri,  “Jangan Elma! Bagaimana dengan Mama kalau kamu mati?  Jangan tinggalkan Mama … ” isaknya.

“Aku tidak bisa hidup tanpa mereka, Mama! Biarkan aku mati!”

Melihat istri dan mertuanya tidak dapat mengendalikan Elma lagi, Rangga akhirnya mengambil jarum itu dari tangan Elma bersamaan dengan kesadaran adik iparnya itu yang kembali menghilang.

Rangga membopong Elma dan merebahkannya kembali di atas tempat tidur sebelum menekan bel untuk memanggil dokter.

“Elma sangat terguncang dengan kematian suami dan putrinya, Sa. Apa kamu tega melihatnya seperti itu? Apa setelah Elma mati kamu baru merasakan kehilangan?” tanya mama Tian dengan lirih.

Dan sekali lagi, Elsa menjadi goyah karenanya.

"Ibu macam apa yang telah dengan tega meminta putrinya agar menyerahkan suaminya untuk putrinya yang lain?"

Pertanyaan Rangga membuat Elsa tersentak dari lamunannya, pun demikian dengan mama Tian. Ia tidak mengira kalau Rangga berani menyelanya seperti itu.

"Kalian belum memiliki anak jadi kalian belum bisa memahami apa yang sedang Mama rasakan saat ini. Setiap orang tua akan melakukan apapun demi anak mereka, termasuk juga Mama!"

"Tapi Mama rela menyakiti Elsa demi bisa membahagiakan Elma. Apa jangan-jangan Elsa bukan putrimu, Ma?"

"Apa kamu buta Rangga? Mereka kembar! Bagaimana kamu bisa mengira kalau Elsa bukanlah putriku?"

"Dari cara Mama memperlakukan Elsa secara tidak adil, Ma. Selama ini aku diam karena Elsa yang meminta aku untuk tidak menegur Mama. Tapi sekarang aku tidak bisa diam lagi, Ma. Karena apa yang Mama minta dari kami itu benar-benat telah melewati batas."

"Rangga benar, Ma. Aku tidak bisa menempatkan rumah tangga aku sendiri ke dalam masalah. Aku ... "

"Jadi kamu menganggap adikmu Elma adalah masalah? Apa Elma begitu menjadi beban untukmu? Untuk kalian? Mama akan menjual semua harta peninggalan Papamu untuk membantu kalian merawat Elma"

"Bukan seperti itu, Ma. Dengan gaji aku dan Mas Rangga pun itu telah lebih dari cukup untuk membantu Mama dan juga Elma nantinya. Tapi jika Mama meminta aku untuk meminjamkan Mas Rangga pada Elma, aku dengan tegas menolaknya, Ma."

Elsa terus berusaha membujuk mama Tian agar memikirkan lagi masak-masak ide gilanya itu. Mama Tian baru akan mendebatnya lagi ketika dokter dengan beberapa ners yang berjalan di belakangnya masuk ke dalam ruangan itu.

"Pasien melepaskan lagi jarum infusnya?" tanyanya.

"Ya, Dok. Tadi setelah putri saya siuman, dia langsung teringat pada anak dan juga suaminya, lalu menjadi histeris karenanya. Ditambah lagi kenyataan kalau Elsa tidak bisa jalan, putriku itu mengira kalau dirinya telah lumpuh."

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan hal itu karena dari hasil tes tidak ada satupun yang mengindikasikan pasien akan menjadi lumpuh akibat dari kecelakaan itu."

"Tapi, kenapa kakinya tidak dapat dapat berpijak di lantai, dok. Jangankan untuk jalan, berdiri saja kakinya tidak kuat, seolah tidak ada tulang yang menopangnya."

"Hal itu mungkin saja disebabkan karena kondisinya yang telah koma selama dua bulan ini dan tidak menggerakkan kakinya serta semua anggota badannya sama sekali. Tapi dengan rangkaian terapi nantinya kami yakin putri anda akan kembali bisa berjalan normal lagi," jelas sang Dokter sementara salah satu ners kembali memasang infus ke punggung tangan Elma.

"Jadi tidak seharusnya kami mengkhawatirkan hal itu, Dok?" tanya Elsa.

"Untuk hal ini tidak, untuk hal yang lain mungkin saja ya."

"Apa maksudnya Dok?"

"Akan sangat berbahaya untuk pasien jika dia kembali koma lagi. Besar kemungkinan nyawanya tidak akan tertolong. Jadi tolong setelah pasien siuman lagi, jangan lakukan apapun yang membuat mentalnya kembali down. Besarkan hatinya untuk dapat menerima kenyataan pahit yang sedang menimpanya itu, tapi ingat perlahan jangan sampai hal itu membebaninya lagi," saran dokter itu lagi.

"Baik, Dok. Terima kasih untuk sarannya," ucap mama Tian.

"Jaga terus mentalnya, untuk saat ini itulah yang terbaik untuk pasien. Juga dukungan terbesar dari keluarganya akan semakin mempercepat proses penyembuhannya!"

Sesaat setelah rombongan dokter dan ners itu keluar, mama Tian kembali menatap tajam Elsa dan juga Rangga,

"Kalian dengar apa yang disarankan dokter tadi? Apa kalian mau menempatkan nyawa Elma ke dalam bahaya?" tanyanya.

Elsa meremas tangan Rangga dengan erat saat balik bertanya, "Ya tapi kenapa harus menyerahkan suami aku padanya, Ma?"

"Bukan menyerahkannya, Elsa. Tapi meminjamkannya! Setelah Elma pulih sepenuhnya dari traumanya itu baru kamu bisa mengambil suami kamu lagi," ralat mama. Elsadapat mendengar napas berat Rangga di sampingnya yang berarti suaminya itu telah mulai habis kesabarannya.

"Bagaimana kalau Elma benar-benar mengira Rangga adalah suaminya dan meminta Rangga melakukan hubungan suami istri? Apa Mama akan membiarkan putri kesayangan Mama itu berzina?"

Untuk sesaat mama Tian terlihat mengkerutkan keningnya, mungkin saja sedang mencerna pertanyaan Elsa tadi. Dan Elsa sangat berharap mama Tian berhenti memaksakan ide gila itu padanya, pada mereka.

"Apa kamu pikir orang yang sedang sakit dapat melakukan itu? Dan terlebih lagi Elma tidak dapat menggerakkan kedua kakinya, apa kamu kira adikmu itu akan kepikiran ke arah itu? Tidak Sa, Elma pasti hanya akan fokus pada kesembuhannya. Dan saat ia sembuh nantinya ingatannya akan kembali pulih, jadi Rangga akan tetap aman dan menjadi milikmu sepenuhnya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Berbagi Suami   Istri Rasa Selingkuhan

    “Bagaimana dengan Elma dan Mama?” “Itu urusan nanti. Yang jelas Mas tegaskan sekali lagi, setelah satu bulan masih belum ada kemajuan dari Elma juga, maka Mas akan mengakhirinya. Silahkan benci Mas kalau memang kamu mau, itu jauh lebih baik daripada kita hidup seperti ini!” Setelah menimbang keputusan Rangga, akhirnya Elsa pun menyetujuinya. Ya Rangga benar, ia juga berhak untuk bahagia. Apakah ia egois? Entahlah. Tapi yang pasti, ia ingin sekali-kali mementingkan dirinya sendiri, kebahagiaannya sendiri, seperti yang baru saja Rangga ucapkan. Pikiran seperti itu terus saja berkecamuk di dalam diri Elma, ia ingin membenarkan keputusan yang akan ia dan Rangga ambil dalam akhir bulan nanti. Namun apakah keputusan yang akan Elsa dan Rangga ambil itu benar dan tidak akan ada penyesalan di kemudian hari? Ya, semoga saja. “Kamu setuju kan?” tanya Rangg

  • Berbagi Suami   Kamu Berhak Bahagia

    Rangga mencondongkan sedikit tubuhnya untuk berbisik di telinga Elsa, “Mas juga sudah memesan Villa di sini. Pemandangannya luar biasa, Aku yakin sekali kamu akan menyukainya juga.” “Villa? Apa kita akan bermalam di sini?” Alih-alih menjawab, Rangga malah menyeringai lebar. Sontak saja kelakuannya itu membuat Elsa dongkol padanya, “Jangan konyol, Mas. Kita tidak bisa bermalam tanpa memancing kecurigaan Elma. Lagipula, Mama pasti akan sangat murka pada kita.” Rangga merangkul pinggang Elsa, bersama-sama mereka menikmati pemandangan yang disuguhkan Kafe itu, “Kita tidak bermalam di sini, Beb. Mas hanya ingin memelukmu jauh lebih lama. Menikmati kembali kebersamaan kita tanpa harus merasa takut Mama dan Elma akan melihatnya.” “Bisakah Villa disewa hanya untuk setengah hari saja?”

  • Berbagi Suami   Makan Siang Yang Jauh

    “Sa!” panggil Tasya untuk yang kesekian kalinya, membuat perhatian Elsa teralihkan dari layar monitornya, “Astaga, Tas. Kalau kamu mau istirahat, kamu ke kantin saja duluan, nanti Aku nyusul!” “Tadinya aku juga memang mau duluan, Sa. Tapi ini si Bos. Tahu kamu sudah masuk malah minta Aku ajak kamu makan bareng di Kafe sebelah.” “Tas please, jangan mulai deh.” “Ih, aku serius, Sa. Nih liat chatnya kalau kamu tidak percaya.” “Cariin alasan deh, Tas. Banyak file yang harus aku terjemahkan.” “Kalau alasannya pekerjaan, Bos Nanta pasti bakal kasih kamu dispensasi, Sa. Jadi mau kasih alasan apa lagi dong? Sudah banyak bohong aku sama dia,” sungut Tasya. “Bukan aku yang minta kamu berbohong. Kamu sendiri yang tidak mau kasih alasan yang sebenarnya ke dia kalau aku tidak

  • Berbagi Suami   Kembali Bekerja

    Setelah menghadapi drama Elma yang kembali meminta Rangga untuk memandikannya, dan Rangga kembali lolos dengan alasan yang sama seperti yang Rangga gunakan sebelumnya, Elsa pun dapat kembali bekerja. Setelah mendengar ocehan panjang lebar mama Tian mengenai keegoisan Elsa yang memilih kembali bekerja daripada memperhatikan Elma tentunya. Mama Tian yang selalu menempatkan kepentingan Elma di atas kepentingan Elsa yang juga merupakan putri kandungnya. Dan sesampainya Elsa di ruang kerjanya, Ia menjatuhkan diri ke kursinya dengan helaan napas beratnya hingga menarik perhatian Tasya padanya, “Bertengkar lagi dengan Mamamu? Masih terus mendesakmu untuk segera hamil?” tebak Tasya sambil tersenyum miring. Biasanya, Elsa datang ke kantor dengan kondisi seperti itu tiap kali ia bertengkar dengan mama Tian. Dan Tasya tahu itu karena Elsa selalu mencurahkan keluh kesahnya pada sahabat baiknya itu. Satu-satunya saha

  • Berbagi Suami   Berhenti Minta Maaf

    “Kamu mengerti kan, kenapa Mas menolak keras saran kamu itu?” tanya Rangga yang langsung menghubungi Elsa sesampainya ia di kantor. “Aku tidak kepikiran sampai ke arah sana, Mas. Aku … “ “Sudahlah, jangan bahas lagi. Sekarang sebaiknya kita cari cara menghindari Elma. Tidak mungkin juga kan Mas beralasan pergi pagi-pagi buta untuk rapat setiap harinya?” “Iya juga sih, selama kakinya belum mantap melangkah Elma pasti akan terus meminta bantuan Mas untuk mandi, atau melakukan hal lainnya. Mungkin yang bisa aku lakukan hanya membantu Elma belajar melangkah lagi. Aku akan menyemangatinya untuk terus melakukan terapi yang by the way, susternya sudah datang. Saat ini sedang di kamar Elma.” “Apa kamu pikir dengan kembalinya kekuatan kaki Elma akan membuat masalah selesai? Tidak, Beb. Masalah baru lagi akan terus berdatangan selama Elma belum mendapatkan kembali ingatannya.” “Maksud Mas?”

  • Berbagi Suami   Bantu Aku Mandi

    “Kamu sudah mau berangkat, Mas?’ suara serak Elma membuat Rangga tersentak kaget. Ia baru saja menutup pintu kamar mandi sepelan mungkin agar Elmq tidak terbangun. Namun ternyata Elma telah Bangun lebih dulu. “Eh iya. Kenapa pagi-pagi sekali kamu sudah bangun, Sayang?” Rangga bertanya dengan senyum canggungnya. Sambil menguap lebar, Elma merentangkan kedua tangannya dengan manja, “Kemarilah, Mas. Aku ingin memelukmu,” pintanya. “Mas harus segera bersiap-siap, Sayang. Mas harus menghadiri rapat pagi ini,” elak Rangga. “Sebentar saja, Mas. Aku merasa ketakutan sekali semenjak mendapati diriku terbaring di rumah sakit. Aku … Aku takut sekali, Mas.” Sebagai kakak ipar, sudah pasti Rangga merasa iba melihat Elma yang begitu rapuh. Mungkin jauh di dalam dirinya masih tersisa trauma akibat dari kecelakaan itu. Meski saat ini Elma tidak dapat mengingatnya. 

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status