Home / Rumah Tangga / Berbagi Suami / Tidak Mau Berbagi

Share

Tidak Mau Berbagi

Author: Si Nicegirl
last update Last Updated: 2024-01-18 19:35:49

Melihat Elsa yang hanya terdiam dan asik dengan pikirannya sendiri, Rangga kembali menegaskan,

"Mas tanya sekali lagi, apa kamu bukan putrinya? Mamamu bisa dengan mudahnya memohon kebahagiaan Elma meski dengan cara mengambil kebahagiaanmu! Lalu bagaimana denganmu? Bagaimana dengan kebahagiaanmu sendiri?”

Ya, Elsa tahu benar kasih sayang mamanya memang selalu timpang sebelah dan selalu condong kepada Elma. Tapi tetap saja dia mamanya, wanita yang telah melahirkannya. Dan Elsa akan menjadi anak yang durhaka kalau sampai menyakiti hati mamanya itu.

Sejak dulu, satu-satunya hal yang tidak ingin Elsa lakukan adalah menyakiti hati mamanya. Ia sangat menyayangi orangtuanya, terutama wanita yang telah melahirkannya itu. Jadi, meski tahu akan merasakan sakit di hatinya lagi, Elsa tetap akan menuruti apapun keinginan mama Tian, apapun.

“Mas, ini hanya untuk sementara waktu saja. Tolong berpura-puralah menjadi suami Elma dan menganggap Elma sebagai aku. Selama ini aku tidak pernah meminta apapun darimu, Mas. Jadi tolong kabulkan permintaanku kali ini saja.”

“Ya, kamu memang tidak pernah meminta apapun dariku, tapi sekalinya kamu meminta sesuatu, kamu meminta yang besar sekaligus, yang bahkan bisa membahayakan rumah tangga kita!”

“Apanya yang dapat membahayakan rumah tangga kita, Mas? Mas hanya harus berpura-pura menjadi suami Elma saja, apa susahnya dengan itu? Toh hanya berlangsung sementara sampai ingatan Elma kembali.”

“Apa itu berarti Elma akan tidur di kamar kita bersama dengan Mas, sementara kamu tidur di kamar tamu sendirian?”

"Kenapa bisa begitu?"

"Mas harus menjadi suami adikmu itu kan? Bagaimana bisa suami istri tidur terpisah?"

Deg!

Tadi Elsa tidak berpikir sampai sejauh itu. Ia hanya fokus pada apa yang menjadi permintaan mamanya saja, juga pada Elma yang kembali berulah dengan menjadi Elsa. Tapi ia sama sekali tidak memikirkan dampak dari sandiwara itu.

Melihat Elsa yang mulai merasa ragu, Rangga memanfaatkannya dengan menambahkan,

“Bagaimana kalau Elma mengajak Mas untuk melakukan hubungan suami istri? Sampai kapan Mas akan terus menolaknya? Dan bagaimana kalau dia curiga tiap kali Mas menolaknya? Mas harus bagaimana saat itu? Apa Mas juga harus mengabulkan permintaannya itu juga? Apa kamu rela kalau Mas melakukannya dengan adikmu itu?” Rangga memberondong Elsa dengan pertanyaan demi pertanyaan, dan berhasil membuat wajah istrinya itu memucat pasi.

Ya Tuhan … Elsa sama sekali tidak memikirkannya sampai sejauh itu, ia hanya mementingkan kesehatan mental Elma tanpa memikirkan lagi dampak dari keputusannya untuk merelakan Rangga yang akan berpura-pura menjadi suami adiknya itu.

Betapa cerobohnya Elsa. Rangga benar, bagaimana kalau ternyata Elma memintanya untuk melakukan hubungan suami istri? Apa Elsa akan merelakannya begitu saja?

Tidak, Rangga adalah suaminya, dan hanya akan menjadi miliknya. Ia tidak akan berbagi suaminya itu dengan wanita lain meski wanita itu adalah adiknya sendiri yang sedang sakit.

Sambil beruraian air mata, Elsa memeluk Rangga dengan erat, ia tidak mau membagi suaminya itu, Rangga adalah miliknya dan hanya akan menjadi miliknya,

“Tidak, aku tidak akan membiarkannya, Mas! Membayangkannya saja sudah membuat hatiku hancur. Aku tidak akan sanggup membagimu dengan wanita yang lain even itu adik aku sendiri,” isaknya dengan penuh sesal.

Ya, Elsa menyesal karena sempat menyarankan hal segila itu pada suaminya tanpa memikirkan lagi dampak baik dan juga buruknya dari keputusannya itu. Untunglah Elsa memiliki suami yang bijak seperti Rangga, dan ia teramat sangat mencintai suaminya itu.

Sambil menghela napas lega, Rangga membalas pelukan Elsa dan mengecup puncak kepalanya dengan penuh kasih. Hal yang terlihat ringan namun dampaknya mampu membuat dada Elsa membuncah dengan kebahagiaan atas kelembutan Rangga padanya.

“Lain kali, tolong pikirkan masak-masak apapun yang menyangkut rumah tangga kita. Jangan asal menyenangkan Mama dan adikmu itu sampai kamu mengorbankan kebahagiaan kamu sendiri, mempertaruhkan rumah tangga kamu sendiri, rumah tangga kita,” ujarnya dengan lembut.

Rangga selalu dapat menenangkan Elsa dalam hal apapun, dalam kondisi seberat apapun. Juga dapat meluruskan Elsa tiap kali ia membuat keputusan yang salah. Elsa sangat bersyukur mendapatkan Rangga sebagai imamnya.

“Iya Mas, maafkan aku,” ucap Elsa dengan lirih.

“Mas sudah memaafkan kamu bahkan sebelum kamu memintanya, Sayang. Jadi … Kamu sudah memutuskan untuk membatalkan rencana gila dan tidak masuk akal kamu itu kan?”

“Ya, aku akan membatalkannya, Mas. Aku tidak akan menuruti permintaan Mama yang satu ini. Kita akan mencari jalan keluar lainnya, kita pasti akan menemukan cara lain untuk membahagiakan Elma kan, Mas?"

Rangga tahu kalau saat ini Elsa sedang membutuhkan kepastian untuk menenangkan dirinya atas keputusan yang akan Elsa ambil itu. Dan Rangga bukan Tuhan yang dapat menentukan segalanya. Namun Rangga dapat sedikit menenangkan kegundahan hati istrinya itu,

"Kita banyak-banyak berdoa saja Sayang, semoga seiring dengan berjalannya waktu ingatan Elma akan segera pulih kembali seperti sedia kala. Memang beban yang sedang adik kamu pikul saat ini amatlah berat, namun Tuhan tidak menguji hambanya di luar batas kemampuan hambanya itu sendiri.”

"Ya, itulah yang menjadi harapan terbesar aku saat ini, Elma kembali mendapatkan ingatannya lagi. Tapi ... Elma pasti akan merasa terpukul sekali saat dia tahu kalau suami dan juga anaknya telah tiada."

"Elma wanita yang kuat. Mas yakin itu. Jadi, kamu jangan terlalu mengkhawatirkannya lagi, ok?"

Elsa baru akan merespon Rangga ketika terdengar teriakan histeris mama Tian dari dalam ruang rawat Elma,

“Elma!”

Sontak saja teriakan mama Tian itu membuat Rangga dan Elsa saling melepaskan pelukan mereka dan bergegas masuk. Apa yang Elsa lihat di dalamnya membuatnya kembali bersedih. Adik satu-satunya itu duduk di lantai sambil memukuli kedua kakinya, dengan isakan tangisnya yang terdengar begitu memilukan hati Elsa.

Entah bagaimana caranya hingga adik satu-satunya itu bisa terjatuh ke lantai.

“Aku lumpuh! Kenapa aku jadi tidak bisa jalan!” teriaknya histeris dengan suaranya yang terdengar serak.

Sementara mama Tian turut terisak sedih di samping Elma, tangan tuanya membelai lembut rambut Elma dan terus membelainya sambil membisikkan kata-kata yang dapat menenangkan Elma.

Tidak dapat berdiam diri begitu saja melihat mama Tian dan Elma terlihat sedih hingga seperti itu, Elsa pun ikut duduk di samping mereka,  “Kenapa Elma bisa duduk di lantai, Ma?” tanyanya sambil menepuk lembut punggung Elma untuk menenangkannya.

“Tadi Elma tersadar lalu menanyakan Samu dan Jingga. Mama tidak tahu harus jawab apa, tapi sepertinya Elma teringat kalau suami dan putrinya itu telah meninggal, jadi Elma langsung turun dari tempat tidur dan terjatuh,” jawab mama Tian di sela isakannya.

Elsa menghela napas lega karena ternyata Elma telah kembali menjadi dirinya sendiri lagi. Jadi, Elsa tidak akan merasa bersalah karena tidak dapat meminjamkan Rangga untuk membantu proses penyembuhan adiknya itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Berbagi Suami   Mengalah Untuk Menang

    "Ananta, kamu kah itu?" tanya sebuah suara yang terdengar berat karena faktor usia. Jelas sekali pemilik suara itu adalah kakeknya Ananta, Mahesa. Kakek Mahesa baru kembali dari pengobatan di luar negeri, dan harus bermalam di hotel mewah di dekat bandara itu untuk beristirahat, sebelum melanjutkan kembali perjalanan ke rumahnya keesokan harinya. "Iya kakek, ini aku," jawab Ananta sambil melangkah mendekati kakek Mahesa. Mata tuanya tidak memungkinkan sang kakek melihat jauh, Ananta harus berada tepat di depannya agar kakeknya itu dapat mengenalinya. "Ah, cucu tertua kakek, kamu ke sini dengan siapa?" "Elsa, Kek. Apa Kakek masih mengingatnya?" "Elsa? Calon cucu menantu Kakek?" Meski sudah tua, ingatan kakek Mahesa masih sangat bagus. Hanya saja, pria tua itu tidak mengetahui kalau Ananta dan Elsa sudah tidak lagi menjalin hubungan. Mereka sengaja tidak memberitahu kakek Mahesa yang saat itu tengah sakit parah. Saat ini, Ananta meminta bantuan Elsa untuk bertemu dengan kakek Mahe

  • Berbagi Suami   Terjadi Lagi

    Tidak terima diabaikan begitu saja oleh Rangga setelah apa yang mereka lakukan pagi tadi. Setelah lama menimbang-nimbang, Elma pun akhirnya ikut masuk ke kamar mandi. Dan sepertinya Rangga yang sedang berendam di dalam bathub itu terlalu asik dengan lamunannya hingga tidak menyadari kedatangan Elma. Perlahan Elma mendekati Rangga, lalu membantu Rangga menyabuni tubuhnya, namun dengan cepat Rangga menahan tangannya sambil menatap kesal Elma, “Bukankah tadi sudah aku tegaskan untuk jangan pernah menyentuhku lagi? Kesabaranku sedang tipis, jadi jangan salahkan aku kalau aku bersikap kasar padamu!” geram Rangga.“Aku tidak bisa meninggalkan kamu sendiri, Mas. Karena aku tahu kamu tidak sedang baik-baik saja.”“Mau aku baik-baik saja atau tidak, itu bukan urusanmu! Sekarang keluar!” hardik Rangga sambil mengarahkan jari telunjuknya ke pintu, namun Elma tetap bergeming.Sambil mengumpat kasar, Rangga berdiri untuk meraih bathrobenya dan menutupi ketelanjangannya sambil melangkah keluar dar

  • Berbagi Suami   Mereka Check In?

    "Mama tidak mau tahu, kamu harus menikahi Elma setelah ingatan Elma kembali! Atau sesuai kesepakatan kita, akhir bulan ini kita akan mengatakan kebenaran itu pada Elma, dan setelah itu kamu bisa menikah dengannya!"Ucapan mama Tian terus terngiang di telinga Rangga, hingga membuat suasana hati Rangga menjadi buruk, dan ia tidak fokus pada pekerjaannya.Ada dua rapat yang harus ia cancel, karena moodnya sedang buruk sekali. Untuk menghindari sesuatu yang tidak ia inginkan.Sambil bersandar pada kursi kerjanya, Rangga terus menatap bingkai foto dirinya bersama Elsa. Foto pernikahan mereka yang terpampang di atas meja kerjanya.Rangga mengambil bingkai foto itu untuk mengusap bagian wajah Elsa yang terlihat sangat cantik dengan kebaya pengantinnya.Senyum bahagia tidak hanya tersungging di wajah Rangga, tapi juga si wajah Elsa.Apa senyum itu akan terus mengembang di wajah cantik Elsa saat istrinya itu mengetahui kalau Rangga dan Elma telah melakukan hubungan itu?Sudah pasti tidak. Mala

  • Berbagi Suami   Alasan Yang Lemah

    Elsa memutar kembali tubuhnya hingga saling berhadapan dengan Rangga lalu melingkarkan lengannya di leher suaminya itu,“Syukurlah kalau Elma sudah sehat. Dan … Mau makan di mana kita?” tanyanya dengan manja.“Terserahmu. Mau di kaki lima pun kali ini aku akan menurutinya.”Kedua mata Elma turut tersenyum saat bibirnya tersenyum. Namun sorot mata itu terlihat membesar saat menangkap bercak merah di Leher Rangga,“Apa ini, Mas?” tanyanya.Jantung Rangga seketika berdebar, ia tahu apa yang dilihat Elsa, dan ia pun memutar otaknya untuk mencari alasan yang tepat atas tanda yang Elma tinggalkan itu padanya,"Oh bercak merah di sini kan?" Rangga menunjuk ke bercak di lehernya sendiri."Iya, kenapa?" tanya Elsa lagi, Rangga pun menyeringai lebar untuk menutupi kepanikannya,"Ck, semalam aku terlalu lama di balkon jadi tanpa sadar ada nyamuk yang menghisap darahku sampai nyamuk itu tidak kuat terbang lagi," kekeh Rangga."Apa karena kamu sedang menghindari Elma saat itu, Mas?""Umm, bisa dib

  • Berbagi Suami   Pura-pura Tidak Terjadi

    “Sa bangun! Di mana Rangga?”Mama Tian membagunkan Elma dengan menepuk bahunya. Ia setengah terguncang saat melihat Elma tidur tanpa sehelai benangpun. Ketakutan mulai menguasai dirinya.Sambil merenggangkan otot-ototnya dan menguap lebar, Elma yang nyawanya belum terkumpul sepenuhnya pun balik bertanya,“Ummm … Rangga?”“Iya Rangga! Di mana dia? Kamar mandi?”Saat itulah Elma baru menyadari kalau ia tidak mengenakan apapun. Refleks tangannya meraih selimut untuk menutupi dirinya, “Kenapa pagi-pagi sekali Mama masuk ke kamarku? Apa ada hal penting yang mau Mama sampaikan?”Tadinya mama Tian hanya ingin memastikan kalau Elma sudah sehat. Tapi berkali-kali mama Tian mengetuk pintunya, sama sekali tidak ada respon dari dalam kamar. Dan hal itu membuat mama Tian khawatir dan langsung masuk begitu saja ke dalam kamar itu.Apa yang mama Tian lihat justru membuatnya jauh lebih khawatir lagi. Namun mama Tian ingin memestikannya lebih dulu pada Elma, semoga saja tidak sesuai dengan dugaannya,

  • Berbagi Suami   Berharap Kejujuran

    POV Rania 2Perasaan sedih yang teramat dalam, juga bingung dengan kondisinya yang sekarang membuat Elma terduduk di sisi tempat tidurnya. Ia tidak mengenali dirinya sendiri, jiwanya sungguh tengah tergoncang.Dengan tidak adanya suami dan putrinya, Elma harus apa? Ia tidak akan sanggup melewati harinya tanpa mereka. Elma begitu mencintai mereka. Ia kembali menangisi kepergian mereka, ditambah lagi tidak bisa melihat wajah mereka untuk yang terakhir kalinya.“Ada apa lagi, Sa?” Pertanyaan Rangga yang begitu lembut menelusup masuk ke relung hati Elma, mengobat sedikit kesedihan di dalam sana, juga menghilangkan sedikit kedukaannya.Elma menatap sendu Rangga, pria yang kini tengah berpura-pura menjadi suaminya. Dan Elma tidak ragu lagi untuk mengungkapkan betapa takut dan sedihnya ia saat itu. Meski tidak menceritakan penyebab terbesarnya karena ditinggal pergi suami dan putrinya untuk selamanya.Sampai akhirnya Rangga membahas masalah psikolog. Dan Elma jadi merasa kalau saat ini ia se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status