Miliana sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya di beranda saat Parjo datang menghampiri. Sekuriti di rumahnya itu terlebih dahulu mengatakan perihal Baskoro yang sedang sakit dan adiknya Baskoro yang akan menggantikan mengantar Pak Gun ke bandara. Tanpa banyak komentar Mili menyuruh sopir pengganti itu datang menemuinya.
“Pagi, Bu...!” sapa Firzan pada Mili yang sedang menuangkan teh dari teko ke dalam cangkir. Mata sipit Mili melihat ke sumber suara di depannya. Tiba-tiba mulut wanita yang masih mengenakan handuk piyama itu menganga melihat sosok pemuda di depannya. Matanya yang sipit berubah jadi bulat melihat keindahan yang terpampang nyata di depannya, "Wow..." gumamnya terpesona.
Ekspresi Mili seperti wanita-wanita yang melihat ketampanan Yusuf dalam sebuah perjamuan, tanpa sadar mereka yang sedang mengupas buah malah mengiris jari-jarinya sendiri karena takjub dengan keindahan sosok lelaki pilihan di hadapannya. Begitu pula dengan Mili, air teh yang sedang dituangkan ke dalam cangkir, tanpa sadar sudah meluber kemana-mana saking dia terpesona dengan ketampanan lelaki muda di hadapannya.
“Mauuu...” batin Mili penuh hasrat.
Sebelum Firzan datang, Mili telah merencanakan beberapa kegiatan setelah suaminya nanti pergi ke Surabaya selama tiga hari, salah satu diantaranya nanti malam dia akan berpesta bersama club mamah muda yang akan kedatangan berondong berotot yang berasal dari Bali. Atau selama suaminya pergi dia akan memberikan pendidikan gratis kepada anak tirinya, Kevin, bagaimana caranya menjadi pria sejati. Namun, semua rencana itu buyar setelah kehadiran bidadara surga yang baru saja turun dari langit dan mendarat di depan rumahnya.
“Ya ampun, belum pernah aku melihat seorang lelaki sesempurna ini,” gumam Mili dalam hati sambil tak sadar telah membuat kesalahan menumpahkan air teh yang sedang dituangnya ke dalam cangkir.
Firzan berusaha menyembunyikan tawa melihat tingkah istri boss yang suaminya akan diantarkan ke bandara itu.
Menyadari sedang melakukan hal konyol, Mili buru-buru memperbaiki sikap.
“Serius kamu adiknya Baskoro?” tanya Mili sambil mengangkat dagu dan membusungkan dadanya yang besar ke arah Firzan. Firzan hanya mengangguk mengiyakan.
“Kerja dimana, Mas?” tanya Mili sedetik kemudian berubah menjadi wanita yang ayu dan penuh kelembutan.
Firzan yang sudah sering berhadapan dengan berbagai perempuan bisa menangkap sesuatu yang penuh kepalsuan dari wanita di depannya. Sebagai calon sarjana psikologi, dia juga sudah terdidik untuk mengenal mental, pikiran, dan prilaku orang lain walaupun baru pertama kali bertemu.
Firzan langsung bisa menyimpulkan ada sesuatu yang tidak beres dengan Mili dan kesimpulan yang lain tidak bisa dipungkiri bahwa wanita di hadapannya ini juga wanita yang seksi dan menggairahkan.
“Masih kuliah tingkat akhir, Bu, menunggu sidang,” jelas Firzan, namun Mili sudah tak fokus lagi dengan jawaban itu. Dia hanya fokus mencari cara bagaimana bisa menikmati keindahan lelaki di depannya. Firzan jadi salah tingkah dipandangi terus sedemikian rupa.
“Menggemaskan sekali lelaki ini, ingin kulumat bibirnya yang merah itu,” batin Mili tak mampu lagi membendung gejolak di dalam dadanya. “Kau harus jadi milikku, ganteng!” lanjut Mili berceracau dalam hati.
“Mah, Baskoro sudah datang?” tiba-tiba muncul Gunawan Sutarjo, dengan berpakaian lengkap, sambil menyeret travel bag berwarna silver. Mili yang sedang tersihir dengan ketampanan Firzan tak menyadari kehadiran suaminya. Firzan coba memberi isyarat kepada Mili dengan menunjuk ke belakang.
“Eh, Papah... sudah siap ya, Pah?” ucap Mili setelah menoleh ke belakang.
“Itu siapa, Mah?” tanya Gun saat melihat kehadiran Firzan.
“Dia adiknya Baskoro, Pah, katanya Baskoro sedang sakit, jadi dia ini mau mengantar Papa ke bandara,” jelas Mili.
Lalu Gun menanyai nama dan pekerjaan Firzan, termasuk bertanya apakah dia punya SIM. Setelah Firzan menjelaskan bahwa selama ini dia nyambi driver online, Gun baru yakin pemuda di depannya bisa diandalkan membawa kendaraan. Di ujung obrolan, lagi-lagi ketampanan Firzan mendapat pujian.
“Papah sarapan dulu ya, Mama mau siap-siap,” ucap Mili yang tiba-tiba punya rencana di luar dugaan karena kehadiran sopir ganteng yang akan mengantar suaminya ke bandara.
Saat pulang nanti pasti dia butuh teman agar tidak kesepian dan aku yang akan menemaninya, sungguh ide brilian, pikir Mili dengan segala ketertarikannya kepada Firzan pada pandang pertama.
“Maksud Mama...?” ucapan Gun tak dihiraukan oleh istrinya, karena Mili langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Tapi, Gun langsung bisa menarik kesimpulan bahwa istrinya ingin ikut mengantarnya ke bandara.
Pasti Mili ingin membahagiakan diriku selama di perjalanan seperti yang pernah beberapa kali kami lakukan di dalam mobil. Baguslah, batin Gunawan sambil menikmati sarapan sepiring nasi goreng spesial.
“Sudah siap, Pah?” ucap Mili yang memakai blus berwarna biru muda yang panjangnya di atas lutut tanpa mengenakan leging. Di tangannya tergantung tas LV.
“Kok tadi enggak bilang kalau mau menemani Papah,” ucap Gun ketika bangkit dari duduknya.
“Kalau Papa enggak mau ditemani ya udah, Mamah masuk aja lagi...,” ucap Mili manja dan coba membalikan badannya, dengan refleks Gun menarik tangan istrinya.
“Papah becanda, Mah, Papa malah senang. Yang semalam tertunda gara-gara mati lampu kita lanjutkan di mobil ya, Mah?”
“Terserah Papa aja deh...”
Mili bergelayut manja di pelukan suaminya, sementara ekor matanya tertuju kepada lelaki tampan yang sudah bersiap berdiri di samping mobil yang pintu belakangnya telah terbuka lebar…
Gunawan baru saja menelepon istrinya, menanyakan keadaan di rumah, dan memberitahu bahwa dia belum bisa pulang ke Jakarta. Di obrolan via whatsapp tadi Mili mengutarakan keinginannya.“Pah, tadi di jalan Mama hampir nabrak lho, Pah,” ucap Mili mengarang cerita untuk mendapatkan keinginannya.“Makanya Mama dicarikan supir pribadi dong, Pah, biar kalau pergi ke mall juga Mama enggak repot-repot harus cari parkiran sendiri, kan bete, Pah!” “Kayaknya Baskoro aja sudah cukup, Mah, dia juga kan bisa nganter Mama.”“Dia kan supir pribadi Papa, lebih sering nganter Papa kemana-mana. Enggak mau, Pah, pokoknya Mama pengin punya supir pribadi juga!”“Ya, udah nanti kita bicarakan lagi kalau Papa sudah sampai Jakarta ya?” putus Gun. Mili di sana sudah berencana menjadikan Firzan sebagai supir pribadi. Selain membujuk suaminya, dia juga akan minta bantuan Baskoro, agar adiknya mau menjadi supir pribadinya. Cinta akan tumbuh jika kita selalu bersama, begitu yang ada di pikiran Mili terhadapa Firz
Di rumah kontrakan, sudah tiga hari Baskoro sakit, Tini tanpa mengeluh merawat suaminya dengan telaten. Begitu juga Farel anak semata wayangnya tidak rewel dari biasanya karena tahu ayahnya sedang sakit. Tapi pagi ini anak kecil yang gigi tengahnya ompong itu jadi berisik ingin segera mandi dan berpakaian karena Om Firzan akan membawanya pergi makan ke restoran fast food yang memiliki arena bermain. Saat melihat Firzan muncul dari balik pintu depan dia langsung mendekati dan memeluk tubuh om-nya. Firzan pun mendaratkan beberapa ciuman di pipi Farel untuk menunjukan rasa sayangnya kepada keponakannya itu. Bukan hanya kepada Farel, Firzan memang menyukai anak-anak kecil.Baskoro yang sedang duduk di kursi, mengecilkan volume TV saat sebuah panggilan masuk ke dalam handphone-nya. “Ya halo, Pagi Pak Gun...” sapa Baskoro kepada boss-nya di sana.“Pagi Bas. Oh iya kamu masih sakit, Bas?” tanya Pak Gun.“Sudah baikan Pak, besok sudah mulai kerja. Bapak nanti sore ya balik dari Surabaya,
Keluar dari suite room, Firzan ingin menghirup oksigen sebanyak-banyak untuk menghilangkan rasa sesak dan gemuruh di dadanya atas kejadian yang baru saja dia alami. Dia telah berperang melawan batinnya yang cukup sulit dia putuskan. Antara takut mengecewakan Mili dan merasa direndahkan oleh perempuan itu. Firzan yakin, semuanya sudah diatur untuk menjebaknya dalam situasi tersebut. Menyuruhnya mengembalikan tas Angela ke kamarnya, sangat jelas itu sudah terencana. Walaupun naluri lelakinya begitu bergelora saat melihat orang bercinta di depan matanya, ditambah dipaksa meraba dada seorang wanita, adalah sebuah godaan yang sukar ditolak oleh lelaki normal manapun di dunia ini, tapi Firzan berhasil mengambil keputusan yang terbaik yang harus dia pilih.Firzan mengingat kebaikan Pak Gun yang telah menghidupi keluarga abangnya selama bertahun-tahun menjadi sopir pribadinya, dia merasa sangat lancang sampai berani mengambil kesempatan pada istri orang yang telah menanamkan budi baik bagi k
Pintu Suite room yang dituju Firzan sudah berada di hadapannya, lalu dia mengirim pesan whatsapp kepada Mili sudah berada di depan pintu. Mili menyuruh Firzan masuk karena pintu tidak dikunci. “Sini tasnya, kamu duduk dulu di sofa sebentar, nanti kita turun bareng sebentar lagi ya,” ucap Mili saat Firzan sudah berada di dalam kamar yang luas itu. Mili mengambil tas dari tangan Firzan lalu menuju ke kamar Angela, meninggalkan Firzan sendiri duduk di atas sofa di bagian depan suite room.“Firzan...” ucap Mili berdiri di ambang pintu kamar, “Ke sini sebentar, aku ingin menunjukkan kamu sesuatu...” tambah Mili sambil melambaikan tangannya.“Ada apa, Tante?” tanya Firzan perasaannya semakin tidak nyaman.Mili meraih tangan kanan Firzan yang terasa dingin, lalu mengajaknya masuk ke dalam kamar.“Apa-apaan ini, Tante...” ucap Firzan kaget, sambil menarik tangannya dari pegangan Mili dan mundur dua langkah saat melihat di dalam kamar itu Ray sedang bergumul bersama tiga orang wanita di atas
Di akhir acara makan malam yang menghebohkan, Ray memilih Salsa sebagai pemenang games menjilat es krim. Bersama Angela dan Vira dia berhak merenggut keperjakaan berondong berotot dari Bali yang mengaku belum pernah berhubungan intim dengan wanita mana pun.Ray segera menggiring ketiga teman kencannya ke dalam suite room yang sudah dibooking. “Selamat bersenang-senang ya, ladies...” ucap anggota Mamih Rumpi dan Mamah Muda yang malam itu tidak kebagian jatah kencan, tapi mereka merasa bahagia bisa hadir ke acara dinner itu, terutama karena kehadiran si tampan Firzan yang tidak tahu kalau di akhir acara itu ada sesi bobo bareng,Di dalam kamar mewah itu, ada sebuah ranjang yang berukuran super king yang empuk dan sangat nyaman untuk ditiduri. Ray dan ketiga wanitanya malam ini akan menikmatinya.“Ladies, all of you sit down please!” Ray meminta ketiga teman kencannya duduk di kursi empuk yang ada di dalam kamar itu. “First, Vira, come here... open my clothes, please...”Vira pun denga
Masih di ruang VIP restoran Shangri-La hotel, permainan memasukan pisang ke dalam mulut dimenangi oleh Vira dan Angela. Dua wanita itu berpelukan untuk meluapkan rasa senangnya, wanita yang lain ikut memberi selamat kepada mereka. Salsa tampak kecewa, karena dia sangat berharap bisa bermesraan dengan berondong berotot dengan warna kulit cokelat yang eksotis dari Bali itu. Acara dinner dilanjutkan, para wanita sudah duduk kembali ke meja masing-masing untuk menyantap main course yang mulai dihidangkan. Ray pun ikut duduk bersama di samping Angela untuk menikmati makan malam dengan berbagai menu yang sudah dipesan Mili, mulai dari steak, BBQ chicken, pasta, thai steam fish, dan ada juga menu tradisional Indonesia. Selesai menyantap hidangan utama, Mili memberi pengumuman bahwa Ray ingin menambah satu slot lagi untuk diajak bermesra dengannya di kamar hotel, untuk menemani Angela dan Vira.“Mauuu...” teriak para wanita kompak. Ray hanya tersenyum melihat keseruan di hadapannya.Kalau