"Apakah akan pulang malam lagi? tanya Hanna sambil memasangkan dasi di leher suaminya."Semoga tidak, tapi sampai sekarang belum ada keputusan siapa yang akan memimpin perusahaan." Dean menatap lekat wajah istrinya yang tampak fokus dengan dasi di tangannya. Wajah serius Hanna memang sangat menggemaskan hingga Dean tak bisa menahan diri untuk tidak mengecup hidung istrinya."Sabarlah ... sedikit lagi." Hanna berusaha mengelak dari tingkah usil suaminya. Dean hanya terkekeh sambil memandang istrinya."Jangan menunggu jika aku pulang malam. Kau pasti sangat lelah mengurus anak-anak. Kamu harus cukup istirahat." Dean mengalihkan pandanganya ke cermin, menatap dasi yah sudah dipakaikan Hanna."Bagaimana dengan makan malam? Sekarang ini kita lebih sering melewatkan makan malam bersama. Anak-anak sering menanyakan keberadaanmu," keluh Hanna pada suaminya.Dean mengangkat tangan kanannya lalu membelai pipi istrinya. Dia pun merasa bersalah karena terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga melewatk
"Alexander Slavik," desis Noura dengan mimik wajah ketakutan.Noura tentu mengenal baik pemilik wajah itu. Pria berdarah Rusia dengan iris mata berwarna hijau masih memiliki hubungan darah dengan mantan suaminya, Ruslan Sashenka alias Ruslan Slavik."Noura Al Khudr. Putri tunggal sekaligus ahli waris Rasyid Al Khudr, pendiri perusahaan Mideast Oil Company." Pria dengan setelan jas hitam itu menatap Noura dengan tatapan benci dan merendahkan."Apa lagi yang kau inginkan, Alex? Hubunganku dengan adikmu sudah berakhir. Kau juga tidak perlu melibatkan Dean. Semua ini tidak ada hubungan dengannya." Kedua netra Noura mulai berkaca-kaca sedangkan napasnya mulai menderu, hampir saja dia tidak bisa mengendalikan rasa takutnya.Alexander Slavik? Kakak kandung Ruslan Sashenka? Batin Dean menggaung, mengulang-ulang dua nama itu yang terdengar familiar."Noura Al Khudr ... aku berusaha menerima kenyataan ketika adikku memutuskan untuk memeluk Islam demi bisa menikah denganmu. Aku pun bisa menerima
"Saya sudah menemukannya." Mark berhasil memindai lokasi terakhir mobil Dean. Dia lalu menyimpannya di ponsel dan bergegas meninggalkan apartemen."Aku akan menemanimu, Mark." Nick hendak bangkit mengikuti langkah Mark."Kau terluka, Nick. Tetaplah di sini," pinta Hanna yang merasa tidak tega melihat kondisi Nick."Tidak apa-apa, Nyonya. Berbahaya jika Mark pergi sendiri. Jika terjadi sesuatu, salah satu dari kami bisa pergi mencari bantuan." Nick berusaha meyakinkan Hanna dengan argumennya."Baik. Tetaplah berhati-hati, segera berkabar jika sudah menemukan suamiku."Hanna kemudian melepas kepergian dua pengawalnya. Apartemen mulai terasa hening kembali setelah kepergian Nick dan Mark. Sedangkan Grace membenahi segala peralatan yang baru saja dipakai untuk mengobati luka Nick."Ingin kubuatkan teh, Nyonya? Atau Anda ingin istirahat dulu?" tanya Grace sebelum meninggalkan Hanna di ruang tengah sendirian."Tolong buatkan aku teh hijau, Grace. Aku masih ingin di sini menunggu dua pengawal
Samar-samar Dean bisa mendengar suara dengung di depan bangunan tempat dia dan Noura disekap. Setelah hening beberapa saat, telinga Dean kembali menangkap suara gemerincing rantai yang membelenggu pintu.Sinar matahari yang menyilaukan masuk ke dalam ruangan hingga membuat Dean menyipitkan mata. Kedua tangannya secara refleks mengangkat untuk menghalangi cahaya yang menyorot matanya.Dean bisa melihat dua sosok anak kecil memasuki satu-satunya pintu."Menjauhlah dari perempuan itu, Dad! Kami tidak suka melihatmu dekat-dekat dengan dia," kata Ethan dengan suara tegasnya. Sedangkan Elena memberengut sambil mengepalkan kedua tangannya.Melihat betapa marahnya kedua anak itu lantas Dean mengangkat kepala Noura dan meletakkannya di lantai. Dia lalu menggeser tubuhnya agar menjauh dari wanita itu.Setelah ayahnya membuat jarak dengan Noura lantas Elena membuka tasnya, mengambil sebotol air mineral dan meminumkannya pada Dean. Ethan memeriksa kondisi ayahnya dan segera mencari alat untuk mem
"Berikan tanganmu!" pinta Hanna pada suaminya.Dean mengulurkan tangannya, dan Hanna memasukkan tangan kanan suaminya ke dalam lengan baju. Kemudian memasukkan lengan kiri dan merapikan bagian depannya. Dia lalu menyematkan butir-butir kancing bagian depan dan pergelangan tangannya. Hanna mengambil sebuah dasi berwarna biru metalik dari dalam salah satu laci, kemudian memasangkannya di leher Dean dengan apik."Sampai jam berapa rapatnya?" tanya Hanna sambil membuat simpul dasi di leher suaminya. Dean tampak menawan dalam balutan jas dan kemeja berwarna biru tua senada dengan dasinya. Rambut halus di dagunya menambah kemaskulinan dalam dirinya."Aku usahakan tidak sampai malam." Dean membingkai wajah Hanna lalu memberikan kecupan yang dalam di keningnya. Dia tahu istrinya sedang mengkhawatirkan dirinya, maka dia melakukan hal itu untuk menenangkannya."Pastikan dua bodyguard mu selalu bersamamu. Aku tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi." Dean terkekeh mendengar nada cemas istrinya
Tampa, Florida....."I bear witness that there is no God except Allah, and I bear witness that Muhammad is the messenger of Allah," ucap Dean mengakhiri syahadatnya, kini Dean resmi menjadi seorang muslim."Alhamdulillah!""Allaahu Akbar!""Baarakallaahu fiik!""MaasyaAllaah!"Berbagai ucapan rasa syukur menggema di ruang sekretariat Masjid Jama'atul Mukminin. Kevin menatap punggung bosnya yang tenggelam dalam pelukan Syaikh Ibrahim, seorang ulama berdarah Syria yang terkenal di komunitas muslim di kota Tampa."Selamat, Dean!" Kevin merangkul sosok tiga tahun lebih muda di bawahnya. Meski kini mereka berbeda keyakinan, namun Kevin sangat menghormati pilihan bosnya. Agama adalah bagian dari hak asasi manusia, begitu menurut Kevin."Tolong rahasiakan ini, Kevin!" pinta Dean pada asisten yang telah setia mendampinginya selama lima tahun."Dengan senang hati, Bos." Sebagai tangan kanan CEO Joos Corporation, Kevin tahu apa yang harus dilakukan. Tidak mungkin bagi Dean untuk mengumumkan sta
Tok! tok! tok!Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan seorang wanita yang sedang berendam di dalam bathtub. Dia tidak mengerti kenapa layanan kamar datang sepagi ini, bukankah itu akan mengganggu tamu hotel yang belum bangun?Tok! Tok! Tok!Lagi-lagi dia bisa mendengar suara pintu diketuk, yang memang lokasi pintu masuk tidak jauh dari pintu kamar mandi. Wanita itu mencebik, menunggu pria yang semalam tidur bersamanya bangun untuk membukakan pintu.Tok! Tok! Tok!"Dasar tuli!" geram wanita itu sambil menyentakkan tangannya di permukaan air.Akhirnya kesabaran wanita itu sudah di ambang batas. Dia bangkit dari dalam bathtub dengan tubuh penuh busa sabun. Kemudian membuka sedikit pintu kamar mandi agar kepalanya bisa menyembul keluar."ZACK!? Apa kamu tidak mendengar suara ketukan itu?" teriak wanita dengan rambut keemasan yang basah kuyup sambil memegangi daun pintu."Ya, aku datang, Laura. Tenanglah!"Mendengar jawaban Zachary Newman lantas wanita yang memiliki nama lengkap Laura Adam
Assalamu'alaikumDear Dave, how are you doing?Thank you for sending me letter. I'm glad to have you as my friend. My name is Hanna Kirana, you may call me Hanna. I'm 21 years old and I'm single. I'm a teacher at the kindergarten school. I love writing stories and reading some books.I'm the oldest child in my family. I have a young brother, his name is Rayyan. I live with Rayyan and our mother. My father passed away last year.Dave, would you mind to tell me your reason embraced Islam? It must be a wonderful story. And why did you choose Islam? Please, answer my questions.By the way, do you have an email? should we send letter each other? I think sending email is not a bad thing. But if you feel better by sending me letter, it's not a big deal.This is enough from me. Forgive me if my english is very bad. I'll be waiting for your reply.With loveHannaSenyum terukir di bibir tipis Dean ketika dia membaca surat yang ditulis Hanna. Dia mengambil selembar foto yang terselip di dalam am