Share

Bab 17. Tabok, Nih!

Varen. Dialah yang datang ke ruang perawatan. Mulanya lelaki sahabat Arash itu tampak khawatir, tapi kemudian dia bersikap tengil.

“Gimana rasanya ketusuk jarum infus? Enak?” tanya Varen.

“Enak, kok. Kau mau coba?” Dio balik bertanya.

“Rasa apa?”

“Kau sukanya rasa apa, Ren?”

“Cappucino cincau.”

“Bungkus! Sekarang, kau pergi ke ruang perawat jaga, lalu minta diinfus sepertiku! Jangan lupa bilang yang rasa Cappucino cincau ya.”

Varen dengan tanpa sungkan menepuk lengan kiri Dio, lantas tertawa dengan kencangnya.

“Karena aku baik, gimana kalau buat kau saja. Ini nih, punggung tanganmu yang satunya masih nganggur,” canda Varen.

Hanya candaan biasa, tapi rupanya cukup berhasil membuat Dio jadi ikutan tertawa. Kini, tiada kecanggungan yang tergambar di sana. Suasana menghangat, diikuti sikap Varen yang melembut.

“Gimana keadaanmu?” tanya Varen kemudian.

“Aku masih beruntung. Hanya luka ringan. Tuh, lihat!”

Luka ringan yang dimaksud Dio bukanlah luka lecet biasa, melainkan luka yang sudah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status