Share

118

Penulis: Elysian
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-18 23:42:27

Melody tidak memalingkan tatapannya dari Erina sejak dia pertama kali memasuki kafe dan menemukan wanita cantik itu duduk menunggunya di sebuah tempat yang terletak dekat jendela. Perempuan ini luar biasa cantik meski jika dilihat dari jarak dekat, Melody bisa melihat usia Erina tidak tergolong muda lagi.

Seharusnya Erina seusia dengan Shane, tapi entah Erina yang terlihat lebih tua dari usianya atau malah Shane yang terlihat muda dari usianya. Entahlah. Melody tidak mengingat banyak detail dari Erina.

Erina juga terang-terangan mengamati Melody. Barulah ketika Melody sudah berdiri di dekat meja, Erina menunjuk kursi kosong yang berseberangan dengan tempat duduknya.

"Silahkan duduk, Melody," ucap Erina.

Melody duduk di kursi yang ditunjuk oleh Erina. "Jadi, kenapa tiba-tiba minta bertemu dengan aku?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Gak mau pesan minum dulu?" tawar Erina yang langsung disambut dengan gelengan oleh Melody.

"Aku gak bisa lama-lama. Kalau ada yang ingin diomongkan, lang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   119

    Melody tidak mengucapkan apapun pada Giselle sampai wanita itu kembali dengan membawa nampan berisi segelas matcha latte. "Silahkan, Kak." Giselle tersenyum sopan dengan gerakan canggung. Melody tidak bisa menahan diri lagi. Sebelum Giselle beranjak, dia akhirnya angkat suara. "Kenapa kamu bekerja di sini?" tanya Melody. Giselle terlihat sedikit terkejut. "Ka--kamu kenal sama aku?" "Hanya karena aku kehilangan sebagian ingatan, bukan berarti aku gak bisa mencaritahu." Giselle tertunduk tanpa menjawab. "Aku hanya bertanya kenapa kamu gak bekerja sesuai dengan jurusan kuliahmu?" tanya Melody lagi mencoba meluruskan pertanyaannya yang pertama. "Setelah semua yang aku lakukan, mana mungkin ada perusahaan yang mau menerima aku," jawab Giselle pelan. Berbeda dengan Erina yang terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada Melody, Giselle terlihat begitu rendah diri. "Aku... aku minta maaf, Mel. Mungkin aku gak pantas dimaafkan tapi aku benar-benar menyesal atas apa ya

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   118

    Melody tidak memalingkan tatapannya dari Erina sejak dia pertama kali memasuki kafe dan menemukan wanita cantik itu duduk menunggunya di sebuah tempat yang terletak dekat jendela. Perempuan ini luar biasa cantik meski jika dilihat dari jarak dekat, Melody bisa melihat usia Erina tidak tergolong muda lagi. Seharusnya Erina seusia dengan Shane, tapi entah Erina yang terlihat lebih tua dari usianya atau malah Shane yang terlihat muda dari usianya. Entahlah. Melody tidak mengingat banyak detail dari Erina. Erina juga terang-terangan mengamati Melody. Barulah ketika Melody sudah berdiri di dekat meja, Erina menunjuk kursi kosong yang berseberangan dengan tempat duduknya. "Silahkan duduk, Melody," ucap Erina. Melody duduk di kursi yang ditunjuk oleh Erina. "Jadi, kenapa tiba-tiba minta bertemu dengan aku?" tanyanya tanpa basa-basi. "Gak mau pesan minum dulu?" tawar Erina yang langsung disambut dengan gelengan oleh Melody. "Aku gak bisa lama-lama. Kalau ada yang ingin diomongkan, lang

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   117

    Melody menekuri meja makan selama beberapa saat hingga akhirnya ia berucap, "Aku pengen sendiri dulu. Kamu juga mending tidur sekarang." Setelah berucap demikian, Melody berdiri dari duduknya. Tetapi Shane tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Dia segera menahan pergelangan tangan Melody. Genggamannya cukup tegas, namun tidak menyakitkan sama sekali. "We need to talk. Kamu dan aku tahu ada yang belum benar-benar selesai di antara kita. Aku gak mau berpura-pura lagi," tegas Shane. Melody memandang bagaimana tangan Shane yang besar dan hangat melingkar pada pergelangan tangannya. "Bukannya semenjak kita bercerai, semuanya sudah selesai?" Shane mengangguk. "Iya. Kita sudah menyelesaikan apa yang dimulai dengan sebuah keterpaksaan." Melody mendesah kecil sebelum akhirnya menarik tangannya dari genggaman Shane dan kembali duduk di kursi. Shane pun mengambil tempat di kursi yang terdekat dengan kursi Melody. "Dulu kamu sempat bilang kalau kamu suka sama aku," ucap Shane pelan memula

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   116

    Bibir Shane baru menyentuh sedikit bibir Melody ketika Melody tiba-tiba membuka mata dan bergerak mundur. Bahasa tubuhnya berubah defensif, rautnya terlihat linglung sesaat sebelum ia menyentuh keningnya. "Mel--" Shane hendak mendekatinya, namun Shane segera menahan langkahnya ketika Melody mengangkat tangan sebagai isyarat agar Shane tidak mendekat. Shane tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya karena kini ia bisa melihat bulir-bulir keringat di kening Melody. "Ada apa, Melody?" Melody masih diam. Sesekali ia meringis sembari terus mengusap keningnya. "Aku... aku ingat..." "Kamu ingat apa? Ingatan kamu kembali?" Melody masih belum mampu merespon pertanyaan Shane dengan baik. Ia berjalan kembali ke ruang makan dan duduk di salah satu kursi agar bisa lebih fokus dengan semua potongan-potongan kenangan yang muncul dalam benaknya layaknya sebuah film yang terputar secara acak. Begitu bibir Shane menyentuh bibirnya, seketika itu juga bayangan di malam saat dia dan Shane

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   115

    Selagi Shane mandi, Melody pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan. Sudah terlalu terlambat untuk makan malam, tapi itu lebih baik dari pada kalau Shane tidak makan sama sekali. Pria itu lelah seharian bekerja dan masih harus membantu Melody. Setidaknya hanya ini yang bisa Melody berikan. Melody ingat, semasa remaja dulu dia hampir tidak pernah memijakkan kaki di dapur kecuali untuk mengecek apa yang dimasak oleh para pelayan untuknya. Dan Melody yakin bahkan ketika dia beranjak dewasa, bisa dipastikan dirinya masih tidak bisa memasak. Melody mulai belajar masak ketika tinggal di panti asuhan Bu Ratna. Di sana, mau tak mau ia harus bisa memasak agar tidak terlalu merepotkan, apa lagi usianya yang paling tua jika dibandingkan dengan anak-anak panti yang lain. Setelah Kirana meninggalkan panti, Melody yang harus menggantikan peran Kirana. Meski Bu Ratna yang paling sering memasak, Melody selalu menyempatkan diri untuk membantu di waktu senggangnya. Oleh karena itu, kini kemampuan m

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   114

    Melody meletakkan Seira di dalam boksnya dengan hati-hati. Ia menyelimuti tubuh Seira, membelai rambutnya sesaat kemudian berjalan ke arah jendela. Melody berdiri di tempatnya tadi pagi berdiri bersama Shane. Hanya saja kini suasananya berbeda. Lampu-lampu taman berjejer menerangi taman, berpadu dengan cahaya bulan. Melody menatap langit yang dipenuhi bintang. Sepertinya cuaca esok hari juga akan cerah seperti hari ini. Melody pikir dengan merasakan udara malam yang sejuk bisa sedikit mengurangi beban pikirannya. Tadi pagi dia berhasil menghindari percakapan itu dengan Shane karena tiba-tiba Seira menangis. Melody tidak tahu bagaimana perasaannya pada Shane kala itu. Dia hanya bisa menduga-duga kalau waktu itu barangkali dirinya sangat menyukai Shane. Sekarang saja kalau dinilai dari penampilan, semua orang pasti setuju kalau Shane sangat tampan. Saking tampannya sampai Melody berpikir kalau dirinya dan Shane tidak sepadan. Mungkin itu penyebab Shane tidak tertarik pada Melody

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status