Home / Romansa / Bermain Api Dengan Tuan Mafia / 02. Tidur Bersama Pria Asing Sebelum Pernikahan

Share

02. Tidur Bersama Pria Asing Sebelum Pernikahan

last update Last Updated: 2023-10-04 13:34:49

"Aku memang sedang mabuk, tapi aku tidak gila!" Mika berteriak marah, sambil melepaskan diri dari dekapan pria itu. 

Gerakan tiba-tiba itu membuat kepalanya bertambah pusing karena efek alkohol. Mika pun bersandar pada meja bar untuk menopang tubuhnya sendiri.

"Aku hanya meminta hakku saja," jawab pria itu ringan, masih dengan senyuman yang membuat Mika bergidik.

"T-tapi tidak dengan tubuhku! Apa kamu pikir aku seorang pelacur?" Meski kesal, tapi Mika tidak bisa menelan rasa gugupnya karena terus ditatap oleh pria tampan itu.

"Kalau begitu, kamu bisa membayarku saja. Mudah, kan?"

"Aku tidak punya uang sebanyak itu!”

"Kamu tahu ada pilihan lain." Pria itu berjalan ke arah Mika dan menyeringai. Kedua tangannya ia letakkan di kedua sisi tubuh Mika, mengurungnya di meja bar hingga tidak bisa ke mana-mana.

"Kamu tidak perlu takut,” bisik Kai dengan suara rendah, membuat jantung Mika berdegup kencang. Gadis itu merasakan sesuatu yang aneh karena pria itu berbisik di telinganya.

"Aku tidak punya banyak waktu, kamu harus membuat keputusan sekarang." Kai kembali berbisik. Mika langsung mendorong tubuh Kai agar menjauh darinya. Ia berusaha mengingatkan diri bahwa mereka kini ada di tengah banyak orang.

“A-aku tidak tahu, bagaimana kalau kita membicarakannya di luar?” kata Mika berkelit. Rasanya ia akan lebih mudah untuk melarikan diri kalau berada di luar.

Tanpa menunggu respon dari pria itu, Mika berjalan sempoyongan karena masih mabuk. Kesadarannya kian menipis, masih belum bisa berpikir atau berjalan dengan benar. 

“Hati-hati.” Kai berusaha memeganginya, tapi Mika selalu menepis tangannya. Sampai akhirnya gadis itu hampir terjatuh kalau saja Kai tidak sigap menarik tubuhnya mendekat.

“Aku bilang hati-hati.” Bisikan Kai membuat Mika mendongakkan kepalanya. Tubuh mereka sudah sangat dekat, Mika tanpa sadar sudah tersudut di tembok, terkurung tubuh kekar pria asing di hadapannya. 

Mika menelan saliva ketika ia melihat Kai tersenyum miring kepadanya. Ia memegang lengan berotot pria itu yang dipenuhi dengan tato, mencari pegangan karena kakinya terasa lemas.

“Kamu tidak perlu takut. Aku akan memastikan kalau kamu tidak akan menyesal.” 

Bulu kuduk Mika berdiri karena Kai berbisik dengan bibirnya yang menyentuh telinganya. Ia ingin menolak, tapi minuman sialan itu sudah membuat tubuhnya tidak bisa diajak kerja sama. 

Dan anehnya lagi, Mika seketika lupa tentang pernikahannya. Entah karena efek alkohol atau karena ketampanan dan aura tak biasa Kai, atau mungkin keduanya, Mika tidak tahu pasti. 

Yang jelas, Mika tidak dapat menolak pesona memabukkan dari pria yang menatapnya penuh damba. Tanpa sadar, jarak wajah keduanya sangat dekat hingga mereka bisa merasakan hangat napas masing-masing. 

“Aku tahu kamu tidak bisa menolaknya,” kata Kai, sebelum mendaratkan bibirnya ke atas bibir Mika. 

Gadis itu hendak mendorongnya, tapi semakin lama ciuman itu membuatnya larut. Sebut Mika gila karena ia malah mengalungkan lengannya di leher Kai.

“Aku anggap kamu sudah memilih,” bisik Kai setelah memberi jeda pada ciumannya. 

Tatapan mereka bertemu, ada gelenyar aneh yang mereka rasakan. Meski asing, tapi entah kenapa keduanya merasa seperti magnet yang punya daya tarik tinggi.

“Bahkan dalam kegelapan pun kamu tetap terlihat cantik."

Jantung Mika seketika berdegup kencang mendengar pujian itu. Napasnya tercekat.

Kai kini menciumi leher dan dada Mika, membuat Mika mengerang. "Apa kamu menyukainya?" 

Mika tidak menjawab. Lidahnya terasa kelu. Suara lenguhan dari bibir mungilnya sudah cukup memberi Kai jawaban. 

"Panggil namaku. Namaku Kai."

"Kai ...." kata Mika dengan suara serak menahan gairah yang memuncak. 

Mendengar itu, Kai benar-benar tidak bisa menahan diri lagi. Ini pertama kalinya ia merasakan perasaan aneh ini pada seorang wanita.

"A-apa kita akan melakukannya di sini?" Mika mulai merasa malu ketika tangan Kai masuk ke dalam gaun yang dikenakannya. Ia takut kalau-kalau ada orang lain yang melihat mereka.

"Ayo pindah ke tempat lain.” 

Kai membawa Mika masuk ke dalam mobilnya yang berada tepat di samping gang yang gelap. Kai mengendarai mobilnya pergi ke hotel terdekat dan langsung memesan kamar hotel.

Sampai di kamar hotel, Mika dan Kai masih saling berciuman dan membuka pakaian mereka masing-masing sampai akhirnya Kai menghempaskan tubuh Mika ke atas kasur. Kai sudah berada di atas Mika, dengan ciuman mereka yang tidak berhenti.

"Apa ini pertama kalinya untukmu?" tanya Kai. Tadinya dia pikir Mika sudah sering melakukannya, tapi melihat betapa polos dan amatirnya gerakan Mika, Kai tahu dia salah mengira.

"Be-benar, ini pertama kalinya untukku...." jawab Mika dengan wajah merona. 

"Aku akan melakukannya dengan lembut." Kai mulai memasuki area intinya, tapi Mika masih merasa kesakitan. Bahkan kesadaran Mika sepertinya sudah kembali sepenuhnya, seolah ia tidak mabuk berat sebelumnya.

"Ah, sakit! Apa memang biasanya sesakit ini?" Mata Mika yang berkaca-kaca membuat Kai merasa bersalah karena telah memaksa gadis itu. Kai akhirnya berhenti melakukannya.

"Kai, ke-kenapa berhenti?" tanya Mika dengan polosnya, tidak mengerti mengapa Kai tiba-tiba berhenti dan diam.

"Aku akan melepaskanmu." 

Mika membelalakkan matanya karena terkejut. Kai melepaskannya? Tiba-tiba?

Mika benar-benar bingung. Tapi bukankah seharusnya ia senang? Kenapa ia malah merasakan yang sebaliknya?

"T-tapi, kenapa?" tanya Mika dengan suara setengah berbisik. Mereka sudah sejauh ini ….

"Tidak apa-apa, kamu tidak perlu membayar apa pun padaku," kata Kai, membuat Mika tidak bisa menampik rasa kecewa. Pikirannya benar-benar kacau. Gairah yang tertahan membuat perasaannya jadi campur aduk.

"Tidak, kamu bisa melakukannya lagi. Ini adalah satu-satunya hal yang bisa membuatku melupakan masalahku!" 

Kai terkejut ketika Mika menarik tangannya untuk menyentuh tubuhnya. "Sentuh aku, Kai." 

Mika sepertinya sudah gila, tapi dia tidak peduli.

Keraguan yang sempat dirasakan Kai seketika sirna. Mana mungkin dia bisa menolak permintaan dari wanita yang sudah menarik perhatiannya sejak tadi? 

"As you wish, Baby." Kai mulai melakukannya dengan sedikit lebih kasar. Mika yang sudah tenggelam dalam gairah, mulai menikmati perlakuan Kai. Pikirannya mendadak kosong. 

Mereka bergumul hingga berjam-jam lamanya. Kamar itu dipenuhi suara desahan-desahan nikmat hingga keduanya terlelap karena kehabisan tenaga.

Saat itu sudah jam 7 pagi dan sinar matahari cukup terang untuk mengganggu tidur Mika. Ia membuka matanya dan menyadari bahwa ia berada di sebuah kamar yang asing.

"Di mana aku? Kamar siapa ini? Kenapa aku bisa tertidur di sini?" gumam Mika bingung, tidak mengingat apa yang terjadi semalam. 

Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ternyata ibunya yang mengirim pesan, menanyakan keberadaannya.

Mika seketika ingat bahwa hari ini dia harus mencari gaun pengantin untuk pernikahannya. Saat meletakkan ponselnya, Mika teringat kejadian semalam dan menganga tak percaya.

"T-tadi malam aku melakukannya dengan orang asing?” Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Pria yang semalam tidur dengannya berjalan ke arahnya dengan senyuman menggoda, membuat Mika terdiam karena terpana akan ketampanannya.

"Kamu sudah bangun ternyata. Aku bawakan kamu secangkir kopi dan sandwich dari restoran." Mika menerimanya dan terus menatap pria itu.

"Kamu tidak lupa apa yang terjadi semalam, kan?" tanya Kai sambil terkekeh melihat wajah polos dan ingin tahu gadis itu.

"A-aku mengingatnya." Pipi Mika memerah saat ia mengingat apa yang terjadi semalam.

"Maafkan aku atas kecerobohanku," kata Mika, merujuk pada kejadian menumpahkan minuman ke baju Kai. 

"Jangan khawatir, kamu sudah membayarku semalam." Tatapan Kai seakan menghipnotis Mika dan mereka saling menatap satu sama lain selama beberapa menit.

"Dan itu sangat menyenangkan,” sambung Kai dengan senyuman menggoda.

"Benar, itu sangat menyenangkan. Tapi maaf aku harus pergi sekarang." Mika cepat-cepat mengalihkan perhatiannya dari Kai. Setelah meletakkan nampan berisi sarapannya di atas nakas, ia segera memakai pakaiannya kembali, tidak peduli bahwa ia melakukannya di depan Kai yang masih terus menatapnya. 

"Selamat tinggal!" Mika berlari dengan terburu-buru keluar dari sana tanpa menunggu reaksi dari Kai. 

Saking gugupnya, Mika sampai lupa menanyakan identitas pria itu. Tapi Mika berusaha tidak memikirkannya. Toh mereka tidak akan bertemu lagi karena ia akan segera menikah dengan pria lain.

"Hei, tunggu! Siapa namamu? Berikan nomor teleponmu!” teriak Kai, ikut keluar dari kamar.

Tapi Mika tidak mendengarnya. Ia terus berlari melewati lorong hotel yang sepi tanpa menoleh ke belakang.

Kai mendenguskan tawa geli sambil menggeleng tidak habis pikir. "Aku pasti akan menemukanmu lagi…”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bermain Api Dengan Tuan Mafia   42. Rumah Impian Mika

    "Mau kamu berapa kali memintanya pun, aku tidak bisa,” ucap Mika dengan raut wajah dinginnya. Namun, Kai tahu apa yang Mika rasakan, semalam Mika sudah memberitahu Kai semuanya tentang perasaannya."Tapi semalam kamu mengatakan kalau kamu…” Ucapannya terpotong karena ponsel Mika berdering dan Mika terlihat tidak mendengarkannya. "Sepertinya Eros tahu kalau aku tidak ada di rumah.”Mika segera mengambil tas-nya dan mengeluarkan ponselnya dan ia memberi isyarat pada Kai untuk tidak bersuara. Setelah melihat layar ponselnya, ternyata benar yang meneleponnya adalah Eros.Mika pergi ke sudut ruangan dan mengangkat panggilan Eros."Hallo, Eros. Apa kamu sudah sampai?” tanya Mika ketika ia mengangkat teleponnya. Mika merasa sedikit cemas, takut Eros mengetahui keberadaannya. "Iya, apa ayah tidak menanyakan apa-apa padamu?” Tapi ternyata perkiraannya salah, Eros sama sekali tidak menunjukan kemarahan sama sekali. "Tidak, dia tidak menghubungiku,” jawab Mika sembari menghela nafasnya lega.

  • Bermain Api Dengan Tuan Mafia   41. Jadilah Milikku

    Pagi sekali, Mika terbangun di sebuah kamar asing, kepalanya sangat sakit karena mabuk semalam. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan baru menyadari kalau dirinya bukan berada di rumah Eros, dan itu membuatnya terkejut. “Kamar siapa ini?” gumam Mika. Dsn ia mencium aroma tubuh seseorang yang tidak asing. Beberapa detik kemudian ia menyadari ada sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya dengan erat. “Astaga! Tangan siapa ini? Apa aku tidur bersama pria lain semalam?” Mika mulai khawatir. Ia takut, kalau dirinya kembali melakukan kesalahan yang sama seperti di malam ketika dirinya bertemu dengan Kai. Tapi anehnya, Mika merasa aroma tubuh pria di sampingnya sangat tidak asing. Pelan-pelan Mika membalikan tubuhnya, tapi ia tidak bisa melepaskan tangan yang memeluknya itu. Ia menghela nafasnya lega ketika melihat siapa yang tidur di sebelahnya."Aku kira kamu pria asing yang aku tiduri semalam. Thanks God, it's you, Kai,” ucap Mika sembari menghela nafasnya. Mendengar suara Mika

  • Bermain Api Dengan Tuan Mafia   40. Bad Girl

    Kai pergi ke tempat Mika berada. Ia berkendara dengan kecepatan tinggi karena Kai ingin segera sampai di club malam itu. Dan tak lama, sampailah ia di tempat ia dan Mika pertema kali bertemu.“Apa ini tempat favoritnya? Tapi bagaimana bisa ia pergi kesini? Eros akan marah kalau tahu,” batin Kai sembari berjalan masuk, dari kejauhan ia bisa langsung melihat Mika. Ia bisa melihat, Mika mengenakan pakaian yang seksi dan itu membuat Kai semakin terkejut. Kai mengedarkan pandannya ke sekitar dan bisa melihat ada beberapa pria yang menatap ke arah Mika. Ia kesal karena pria itu menatap miliknya dan melayangkan tatapan tajam pada mereka untuk memberi peringatan. Karena aura menakutkan Kai, mereka langsung menundukan kepala mereka. "Mika.” Kai memanggil wanita yang mabuk itu berkali-kali mencoba membangunkannya. "Mika, ayo bangun. Kenapa kamu bisa mabuk seperti ini? Apa Eros mengusirmu?” tanya Kai lagi. "Eros? Mana Eros? Tolong sembunyikan aku!” pekik Mika. Mika tiba-tiba terbangun dan m

  • Bermain Api Dengan Tuan Mafia   39. Terbebas Dari Eros

    Setelah pulang dari rumah Ergan. Eros langsung pergi ke kamarnya dan terlihat mengepak pakaiannya ke dalam koper. Mika yang terkejut, langsung ikut masuk ke dalam kamarnya. "Eros, kamu mau pergi kemana?” tanya Mika ketika ia melihat pakaian Eros yang sudah masuk ke dalam koper. "Ayah akan marah kalau tahu kamu pergi,” peringat Mika lagi. Padahal mereka baru saja dimaafkan, tapi Eros sepertinya masih belum kapok. "Mau kemanapun aku pergi, itu bukan urusanmu. Kenapa? Kamu merasa senang karena ayah memaafkanku karena kamu?Kamu harus ingat, Mika. Kalau yang membuatku berada di situasi ini itu kamu! Kalau kamu semalam menuruti keinginanku, mungkin aku tidak akan pergi,” sungut Eros. Pria itu masih belum terima dengan amarah ayahnya yang ia terima semalam dan terus menyalahkan Mika. "Aku tahu aku salah, Eros. Maafkan aku, tapi kamu seharusnya tidak pergi ke club malam dan mabuk,” balas Mika. "Tentu saja aku melakukan itu karena aku muak melihatmu menangis dan menolak permintaanku. Untuk

  • Bermain Api Dengan Tuan Mafia   38. Bersiap Untuk Murka Ayahnya

    "Tapi aku takut Kai bangun dan marah ketika melihatmu," ucap Mika merasa kalau dirinya berada di posisi yang serba salah. Ia ingin Kai berada di sini, tapi ia juga takut kalau keberadaan Kai akan memperburuk situasi antara dirinya dan Eros. "Apa aku harus pulang ke rumah orang tuaku dulu?” gumam Mika, mulai memikirkan cara agar ia bisa menghindari Eros untuk sementara. Tapi Kai menggelengkan kepalanya lalu kembali melangkah masuk ke dalam rumah."Kalau kamu pulang jam sekarang, orang tuamu akan mengira kalau ada sesuatu yang salah antara kamu dan Eros. Eros juga akan semakin marah kalau tahu kamu pergi,” balas Kai memberi saran pada Mika. "Biarkan aku menemanimu malam ini.”"Aku akan mengatakan kalau aku kelelahan setelah mengantarnya pulang, jadi aku menginap,” lanjut Kai lagi. Ia tahu ketakutan Mika jadi ia sudah memikirkan alasannya. “Apa aku tidak merepotkanmu?” tanya Mika merasa tidak enak. Kai hanya terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, Mika. Ayo masuk dan bersi

  • Bermain Api Dengan Tuan Mafia   37. Ergan Murka Karena Eros Tidak Berubah

    Kai segera pergi ke tempat di mana club malam yang Eros sering datangi. Tentu saja Kai tahu, ia sudah berteman dengan Eros sangat lama dan tahu kemana sahabatnya itu akan pergi ketika ingin bersenang-senang. Kai sampai di club malam itu, dan semua mata langsung tertuju ke arahnya."Hallo, selamat malam Tuan Kai. Sudah lama sekali saya tidak melihat anda kesini.” Ia di sambut oleh salah satu penjaga club malam dan hampir seluruh penjaga di club malam ini mengenal Kai, itu karena dia sering kesini dan pemilik club malam ini adalah salah satu kenalannya."Apa kamu melihat Eros? Aku sedang mencarinya,” tanya Kai tidak ingin berbasa-basi. Ia sedang ditunggu oleh Mika dan Ergan, jadi ia harus segera menemukan sahabatnya. "Maksud anda Tuan Eros Ryder? Saya melihatnya masuk 2 jam yang lalu bersama dua orang wanita,” jawab penjaga club malam itu dan Kai akhirnya bisa bernafas lega karena ia tidak perlu mencari Eros ke tempat lain. "Baguslah kalau dia di sini. Apa kamu tahu dia ada di mana?”

  • Bermain Api Dengan Tuan Mafia   36. Kedatangan Ayah Mertua Mika Di Tengah Malam

    Sudah hampir tengah malam dan Eros belum juga pulang. Mika tidak bisa tidur karena ia merasa khawatir pada suaminya itu. Mika terus berjalan kesana kemari, menghabiskan waktunya sembari menunggu Eros.“Apa Eros tidak akan pulang?” batin Mika. Ia mulai berpikir kalau mungkin saja Eros pergi menemui Paula dan tidur dengan wanita itu. Namun, entah kenapa perasaan Mika semakin gusar, seperti akan terjadi sesuatu yang buruk.Mika mengambil ponselnya dan menelepon Eros berkali-kali, tapi Eros tidak mengangkatnya. “Benar, sepertinya dia sedang bersama Paula.” Mika memutuskan untuk tidak memikirkan suaminya itu lagi, dan karena malam sudah semakin larut, Mika akhirnya menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa dan merebahkan dirinya di sana. Ia terus menenangkan dirinya dengan berpikir kalau Eros sedang bersama Paula.

  • Bermain Api Dengan Tuan Mafia   35. Istri Yang Tidak Berguna

    "Ayo Mika masuk ke dalam kamar mandi," ajak Eros. Mika hendak berjalan mengikuti Eros, namun Eros langsung menghentikannya. "Tunggu, kamu mau membantuku dengan memakai pakaian seperti itu?” tanyanya."Tidak apa-apa, aku akan mengganti bajuku kalau basah,” jawab Mika, tapi Eros menggelengkan kepalanya tidak memperbolehkan Mika memakai pakaiannya ketika membantunya mandi. "Tidak, lepaskan saja bajumu,” tolak Eros. Mika hendak mengatakan kalau tidak mau, tapi tatapan Eros padanya langsung berubah menjadi tajam. "Mika, apa aku harus memintanya dua kali? Aku sudah memintamu dengan perkataan yang sangat baik.” Mika tidak menjawab, ia terus menundukan kepalanya, tidak tahu harus melakukan apa. "Kamu adalah istriku, Mika. Apapun permintaanku, kamu harus memberikannya,” ucap Eros. Baru di saat seperti ini, Eros mengakui Mika sebagai istrinya padahal biasanya Eros selalu mengakui Mika sebagai pelayan atau budaknya. "Apa kamu tidak mendengarkanku?” Karena takut Eros semakin marah, Mika meng

  • Bermain Api Dengan Tuan Mafia   34. Mika Cemburu?

    Paula tidak menyangka kalau hanya karena ia memanggil nama Mika, Kai akan berubah menjadi iblis. Ia menyesal telah mengajaknya berbicara dan mencoba untuk menggodanya, kalau ia tidak melakukan itu, ia mungkin tidak akan berakhir seperti ini."Ma-maafkan aku," mohon Paula kembali menangis. Cekikan Kai membuatnya susah bernafas dan Kai masih tampak sangat marah."Kalau sampai kamu berani mengatakan nama Mika lagi, aku tidak akan melepaskanmu. Aku bisa membunuhmu dengan mudah, membuatmu hilang dan aku yakin Eros tidak akan mencarimu. Aku akan mengatakan pada Eros kalau kamu pergi bersama pria lain. Ia pasti akan mempercayaiku. Kamu tahu sedekat apa aku dengan Eros, kan?" Senyuman miring Kai kembali dan tangisan Paula semakin kencang."Tidak, tolong jangan lakukan itu. Aku mohon.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status