Share

Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya
Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya
Author: Jihan Fahrira

1. Kakek Ingin Cicit

Author: Jihan Fahrira
last update Last Updated: 2025-10-26 02:54:06

Brak!

Wanita yang semula tengah melipat pakaian itu terlonjak kaget ketika mendengar suara pintu yang ditendang secara kasar. Ia lantas menatap pria yang kini menghampirinya itu dengan raut heran bercampur takut. Apa lagi kali ini? Apakah ia akan ditampar, atau dirinya akan diseret ke kamar mandi dan disiram air bertubi-tubi seperti kemarin?

Baru kemarin sore Erick mendatanginya dengan amarah yang memuncak.

Erick bilang, ia sudah membuat pria itu marah karena berani menampakkan wajah di hadapan Hana—kekasih pria itu.

Ya. Walau sudah setahun lebih menikah, Giselle dan Erick sama-sama tidak saling mencintai. Justru, pria itu memiliki seorang kekasih sejak awal. Pernikahan Erick dan Giselle sendiri timbul karena perjodohan yang diatur oleh Tuan Warsana, kakek dari Erick. Satu-satunya keluarga kandung yang pria itu miliki saat ini.

Andai malam itu Tuan Warsana dan ajudannya tidak menolong Giselle yang hampir sekarat di tangan para rentenir, mungkin pernikahan semacam ini tak akan pernah terjadi.

Giselle adalah wanita yatim-piatu yang hidup sebatang kara di sebuah kota kecil. Setiap hari, ia bekerja serabutan untuk bisa sekedar membeli makanan yang cukup bagi dirinya seorang.

Pukulan dan cacian adalah hal yang biasa bagi wanita itu.

Namun, di suatu malam, rentenir kembali datang untuk menagih hutang yang ditinggalkan oleh mendiang orang tua Giselle. Mereka menyentak, memaksa, dan menyudutkan wanita itu hingga tak berdaya.

Giselle nyaris diruda paksa oleh sekelompok pria tersebut, andai teriakannya tidak menggema di malam yang sunyi kala itu. Beruntung, Tuan Warsana dan ajudannya yang sedang lewat di sana mendengar teriakan sang wanita dan segera menolongnya.

Giselle selamat malam itu, meski ia harus mendapat 12 jahitan di dahinya setelah rentenir itu membenturkan kepalanya ke dinding akibat berteriak dan memberontak. Namun, yang ia tidak ketahui saat itu adalah, penderitaan lain telah menunggu melalui kakek berhati malaikat tersebut.

Siapa sangka, Giselle harus menikah dengan Erick yang selama ini terus menunjukkan kebencian dan sikap kasarnya kepada sang wanita.

"Ada apa? Aku tidak melakukan kesalahan apa-apa seharian ini. Aku sedang melakukan pekerjaanku."

Erick menatap sengit wanita yang terlihat kumal di matanya itu. "Kakek memintaku untuk membawamu ke rumah. Hmph! Aku harap kau bisa menempatkan diri."

Giselle sontak menunduk memperhatikan penampilannya yang sedikit berantakan.

Tentu saja. Wanita itu sedang melakukan pekerjaannya sehari-hari, seperti mencuci, bersih-bersih, menyiram tanaman, dan yang lainnya.

Meski Giselle diboyong ke rumah mewah milik Erick, tetapi wanita itu tak pernah merasakan benar-benar menjadi Nyonya di rumah ini. Para pembantu sinis terhadapnya, bahkan tukang kebun sekalipun.

Giselle sering dikerjai oleh pembantu-pembantu di sini. Akan tetapi, wanita itu tak pernah sekalipun marah atau mengeluh. Justru sebaliknya, ia merasa bersyukur. Setidaknya, ia sudah tidak dihantui hutang-hutang mendiang orang tuanya. Juga, dirinya tak perlu bekerja serabutan lagi hanya demi menyambung hidup. Ia bisa berpakaian layak, tidur di ranjang yang empuk, dan makan 3 kali sehari. Semua itu cukup bagi Giselle.

"Apa kamu ingin aku berdandan?"

Erick mendengus geli. "Berpakaian saja tidak bisa, bagaimana mau berdandan?" ejeknya.

Kening Giselle sedikit mengernyit saat mendengar ledekan tersebut. Jadi, apa yang pria itu inginkan darinya?

"Suha!" Erick berseru memanggil salah seorang pelayan di rumah ini.

Sesaat kemudian, beberapa wanita yang Giselle ketahui sebagai pelayan rumah itu datang dengan beragam benda di tangan mereka.

"Lakukan pekerjaan kalian! Jangan buang waktu! Kakek menunggu di rumah," perintah Erick kepada para pekerjanya.

"Baik, Tuan."

***

Giselle berjalan mengimbangi langkah Erick. Ia sedikit gelisah akan hal ini. Berkali-kali wanita itu berusaha menarik turun rok yang dikenakannya. Hari ini, untuk pertama kalinya dalam hidup, wanita itu mengenakan pakaian berkelas seperti ini. Sebuah stelan rok dan blazer yang didalamnya dipadukan dengan blouse putih yang tampak elegan.

Hanya satu yang Giselle kurang sukai dari pakaian ini. Roknya yang terlalu pendek baginya.

Melihat kedatangan sang cucu, senyum Tuan Warsana langsung mengembang di ruang keluarga. Ia memeluk sejenak cucu dan menantunya, sebelum akhirnya mempersilakan keduanya untuk duduk.

Saat duduk, rok Giselle semakin terangkat ke atas. Dan rasanya sungguh tidak nyaman. Untung saja Erick menyadari kegelisahan wanita itu dan segera melepaskan jasnya sebagai penutup untuk sang istri.

Tuan Warsana merasa bahagia saat melihat bagaimana cucunya memperhatikan sang istri. "Ini baru cucu Kakek!"

Ah! Giselle langsung tersadar. Mungkin, Erick melakukannya bukan karena peduli, melainkan ingin mencari muka saja di depan Tuan Warsana.

"Kenapa Kakek tiba-tiba meminta kami datang?" tanya Erick yang tampak tak tertarik.

"Hei ...." Tuan Warsana mendelik. "Kenapa buru-buru sekali? Kakek bahkan belum menanyakan kabar kalian."

"Emh! Kami baik-baik saja, Kek. Kakek sendiri bagaimana? Sehat, bukan?" sahut Giselle yang tulus menanyakan kondisi pria tua itu.

"Yah .... Seperti inilah, Giselle. Sepertinya, waktu Kakek tidak lama lagi."

Giselle dan Erick sama-sama terkejut mendengar ucapan pria itu.

"Maksud Kakek apa, sih?!" sungut Erick kesal.

"Kakek, kenapa berkata seperti itu? Apa Kakek sedang sakit?" tanya Giselle khawatir.

"Ah! Tidak. Namanya juga orang tua," kata Tuan Warsana santai. "Ngomong-ngomong, apa kalian belum memiliki rencana bulan madu? Ini sudah satu tahun lebih, dan Kakek belum pernah dengar soal rencana bulan madu kalian."

"Untuk apa bulan madu?" sergah Erick cepat. "Kami bisa melakukannya di mana pun, Kek. Tidak perlu bulan madu."

Giselle terkejut, tetapi Tuan Warsana justru merasa gembira mendengar ucapan sang cucu.

"Haha! Kakek suka gaya kamu, Erick! Tapi, kali ini Kakek serius."

Erick hanya melirik, lalu menyilangkan salah satu kakinya di atas kaki yang lain.

"Kakek ingin agar kalian segera memiliki anak."

"Kenapa harus buru-buru? Aku dan Giselle masih berusaha mengenal satu sama lain."

"Sudah satu tahun, Erick. Kakek yakin, kalian sudah saling mengenal luar dan dalam."

Giselle menelan ludah mendengar perkataan Tuan Warsana. Ia memilih untuk diam dan tak ikut berkomentar. Entah bagaimana jika pria tua itu tahu yang sebenarnya, bahwa ia dan Erick tidur di kamar terpisah. Jangankan untuk melakukan hubungan intim layaknya pasangan suami istri. Bertatap muka saja jarang, meski satu rumah.

"Aku masih sibuk. Kalau istriku hamil, siapa yang akan memperhatikannya nanti?"

Tuan Warsana tersenyum mendengarnya. "Kakek tahu, kamu mengkhawatirkan Giselle jika dia hamil di tengah kesibukanmu. Maka, Kakek sudah mengatur segalanya. Selama tiga bulan ke depan, silakan beristirahat dari pekerjaan. Kamu dan Giselle akan berbulan madu ke pulau. Kalian bisa menikmati waktu bersama."

Erick hendak menyela. Namun, kakeknya itu lebih dulu menambahkan, "Jika kalian pulang dalam kondisi Giselle berbadan dua, maka Kakek akan langsung mewariskan seluruh aset milik Kakek ke tangan kamu dan Giselle, Erick."

Giselle tertegun. Ia refleks menoleh menatap Erick yang tampak kehabisan kata-kata.

"Tapi kalau kamu menolak, maka jangan pernah mengharapkan sepeser pun warisan dari Kakek," pungkas Tuan Warsana, yang memicu perang batin di dalam diri Erick.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya   7. Seperti Pelacur

    "Kau dari mana, hah?!" Erick tampak marah saat melihat Giselle baru kembali ke kamarnya. Padahal, ini sudah pukul 9 malam, dan pria itu sudah menunggunya sejak petang tadi.Sang wanita melirik ke arah jam dinding. Ia lantas mengulum bibir dengan kepala sedikit tertunduk. Ini karena Gabriel yang memaksanya untuk tetap tinggal, dirinya jadi terlambat untuk menemui suaminya."Kau bisu?! Mulutmu terkunci rapat! Apa perlu aku merobek mulutmu agar bisa terbuka?!""Aku ada urusan," jawab Giselle cepat."Urusan?" Erick mendekat. Membuat wanita itu mundur satu langkah darinya. Kemudian, matanya memicing tajam mendapati sebuah tanda kemerahan di leher sang istri yang biasanya selalu tampak bersih.Srak!Giselle tercekat saat tiba-tiba, Erick menarik kasar kemejanya hingga membuat beberapa kancingnya terlepas secara paksa.Pria itu langsung terperangah begitu mendapati banyaknya kissmark di sekitar dada dan bahu sang istri. "I–ini–"Giselle buru-buru membenahi pakaiannya. Kancingnya rusak, jadi

  • Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya   6. Berondong Simpanan

    Sudah Giselle duga sebelumnya. Tujuan Hana meminta Erick untuk membawa serta dirinya ikut jalan-jalan sebenarnya hanyalah alibi agar gadis itu bisa memamerkan kemesraan di hadapannya. Daripada menjadi obat nyamuk, Giselle memilih untuk duduk di kursi kafe tepi pantai sembari menikmati kelapa muda segar yang tersaji di hadapannya. Sementara di bibir pantai sana, terlihat Hana dan Erick yang tengah bermain air sambil tertawa bahagia seolah dunia milik mereka berdua saja. Sial! Andai Giselle tidak terlanjur berjanji untuk bisa diajak bekerja sama dengan Erick, wanita itu pastinya akan kekeuh menolak permintaan pria itu untuk ikut pergi. "Apa aku pergi saja? Toh, mereka tidak akan sadar, kalaupun aku menghilang. Kakek juga sudah menelepon pagi tadi. Pasti tidak akan jadi masalah besar," gumam Giselle pada dirinya sendiri. Wanita itu memeriksa ponselnya sejenak. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Sebentar lagi, senja akan tiba. Dan ia sudah berjanji kepada Gabriel untuk menemui pria

  • Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya   5. Jadi Simpananku

    Dering ponsel yang tiada henti membuat Giselle mau tak mau membuka mata. Ia meraba-raba ke samping tempat tidur, dan menemukan ponselnya yang berdering di atas meja nakas. Nama Erick terpampang di layar pipih itu sebagai identitas si pemanggil. Membuat Giselle buru-buru menjawab panggilannya. "Halo?" "Kau di mana, hah?! Di kamar tidak ada! Kau ini ke mana?! Kakek menghubungimu sejak tadi, tapi tidak bisa, jadi dia meneleponku. Aku mengatakan jika kau masih tidur," cecar Erick dari balik sambungan telepon. "Hmmh .... Maaf. Aku akan ke sana sekarang," jawab Giselle. "Kalau begitu cepat!" Panggilan berakhir saat itu juga. Giselle menghela napas seraya berusaha untuk bangun. Namun, lengan kokoh yang memeluk pinggangnya dari belakang itu seakan tak mengizinkannya untuk bangun. "Bisa kau lepaskan aku? Aku harus pergi," pinta Giselle yang benar-benar tak bisa bergerak. Akhirnya, pria itu melepaskan pelukannya. Membebaskan sang wanita untuk bangkit. Sementara, dirinya pun ikut duduk

  • Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya   4. Aku Milikmu Malam Ini

    Giselle memilih untuk keluar dari kamar malam itu. Ia juga sudah meminta petugas hotel agar membawa pria mabuk yang dibawa oleh Erick tadi keluar. Dengan sebuah mantel panjang berbahan bulu yang tebal, wanita itu menyusuri lorong hotel. Menoleh ke sana-kemari seperti seseorang yang kehilangan arah. Hingga akhirnya, indra pendengarannya menangkap sebuah suara riuh dari lorong yang tadinya hendak ia lewatkan. Penasaran, Giselle pun memutuskan untuk menyusuri lorong tersebut. Tiba di ujung lorong, dirinya menemukan sebuah pintu yang dijaga oleh 2 orang pria bertubuh tinggi besar. "Mau masuk, Nona?" tanya penjaga di sana. "Tempat apa ini?" "Tempat untuk bersenang-senang di hotel ini. Apa lagi?" "Bersenang-senang?" gumam wanita itu pelan. "Saya bisa masuk?" "Tentu saja, asal Anda menunjukkan kartu pengunjung." Giselle merogoh saku mantelnya untuk mengeluarkan kartu pengunjung miliknya. Untung saja ia membawa benda itu tadi. Ternyata, benda itu cukup berguna. "Anda boleh masuk," ka

  • Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya   3. Suami Berhati Iblis

    Sambil mendorong troli berisi 3 koper besar, Giselle berusaha menyusul langkah Erick yang lebih dulu meninggalkannya bersama Hana. Ia sedikit kewalahan. Namun akhirnya, wanita itu bisa menjangkau kedua insan tersebut di lobi bandara. Seorang pria paruh baya tiba untuk menjemput mereka. Namun saat hendak masuk ke dalam mobil, Erick menahan sang istri. "Kau cari taksi yang lain. Yang ini untukku dan Hana," ujar Erick. Giselle hendak melayangkan protes. Namun, pria itu sudah mengangkat tangan dan mengisyaratkannya untuk diam. "Kalau kau ingin uang dariku, kau harus bisa bekerja sama." Sial! Pada akhirnya, Giselle hanya pasrah ketika taksi meninggalkan dirinya beserta koper miliknya di sana. Saat menoleh ke belakang, secara kebetulan sebuah mobil lain berhenti. Tidak terlihat seperti taksi. Namun, Giselle yakin jika itu mobil angkutan seperti taksi pada umumnya. Dengan penuh percaya diri, Giselle ikut mendekat ketika sang sopir membuka bagasi mobil. Ia mendorong kopernya hingga men

  • Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya   2. Bulan Madu?

    "Kemasi pakaianmu!" perintah Erick, begitu mereka tiba di rumah. Giselle terkejut. "Kamu mengusirku?" "Apa maksudmu? Kita akan berangkat ke pulau besok." Mendengar itu, bukannya lega, Giselle justru semakin terkejut. "Kita benar-benar akan melakukannya?" tanyanya lagi. "Jangan harap, Giselle! Memandangmu saja sudah membuatku ingin muntah, apalagi menyentuhmu!" hardik Erick kesal. "La–lalu, bagaimana kita akan memberikan cicit untuk Kakek?" "Kita pikirkan itu nanti. Yang terpenting, kita berangkat ke pulau dulu," kata Erick santai. "Aku akan mengajak Hana." Giselle terbelalak. Ia menatap kepergian Erick dalam diam sambil mendumal dalam hati. Erick ini bagaimana? Kakeknya menginginkan seorang cicit dari rahim Giselle, hingga rela mengirim mereka berdua ke pulau untuk berbulan madu. Akan tetapi, pria itu justru berniat membawa selingkuhannya untuk ikut serta. *** Esok hari pun tiba. Erick dan Giselle pergi ke bandara dengan diantarkan oleh Tuan Warsana. Pria tua itu berharap pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status